Lihat ke Halaman Asli

Tuhombowo Wau

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Iran Masuk "Perangkap Licik" Trump, Cuitan Berbahasa Persia

Diperbarui: 12 Januari 2020   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuitan twitter Donald Trump (Twitter @realDonaldTrump) | Gambar: cnbcindonesia.com

Sulit rasanya percaya penuh bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah "tobat" dan tidak berniat lagi menyerang Iran, meskipun dua pangkalan militer AS di Irak (Al-Assad dan Irbil) dibombardir menggunakan puluhan rudal balistik pada Rabu (8/1) sebagai wujud pembalasan Iran atas kematian mantan Komandan Pasukan Quds, Qassem Soleimani pada Jumat (3/1).

Pernyataan "ingin berdamai dengan Iran" yang dimaknai sebagian pihak merupakan sikap ikhlas Trump, atau barangkali dinilai lagi jika serangan terhadap pangkalan militer AS cukup sebanding dengan nyawa Soleimani, dan oleh karena itu perang susulan tidak mungkin terjadi (kondisi tegang berakhir antiklimaks), sebaiknya jangan langsung diafirmasi.

Atau prediksi lain oleh para pengamat yang mengatakan Trump tidak akan melanjutkan serangan terhadap Iran karena 3 (tiga) alasan, yakni pertimbangan Pilpres 2020 (pada 3 November 2020) karena Trump butuh simpati warga AS, adanya penolakan oleh sekutu AS di Timur Tengah (terutama Kuwait, Dubai, Arab Saudi, dan Israel), serta keberadaan bisnis Trump (hotel dan klub golf) di Dubai yang dikhawatirkan terdampak, belum tentu jadi pemikiran Trump.

Trump tidak bakal mengambil sikap seikhlas itu. Bagaimana mungkin Trump memilih cara damai, sementara pembunuhan Soleimani nyata didasarkan pada aksi balas dendam atas serangan Iran yang pernah terjadi beberapa waktu sebelumnya?

Bukankah serangan terbaru Iran justru lebih dahsyat? Bukankah pula Trump sempat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran pada 2018, yaitu melarang negara itu mengekspor minyak ke negara-negara lain?

Hemat penulis, Trump tetap membalas Iran, namun dengan cara lembut dan tak langsung, di mana efeknya terasa berkepanjangan. Jika Iran tidak menyadari taktik serangan Trump, negara itu pasti akan mengalami kerugian besar.

Iran harus sadar bahwa Trump sedang melakukan pembalasan bukan perang, tetapi dalam bentuk lain. Taktik atau balasan bentuk apa yang dimaksud?

Balasan yang dilancarkan Trump adalah memanfaatkan kecerobohan Iran saat menembak jatuh pesawat komersial jenis Boeing 737 milik Ukraina pada Rabu (8/1) yang diketahui menewaskan 176 orang (167 penumpang dan 9 awak kabin). Mayoritas korban merupakan warga negara Kanada dan Iran sendiri, di mana rata-rata berstatus mahasiswa.

Pihak militer Iran yang mengaku "tidak sengaja" menembak pesawat yang berangkat dari Bandara Internasional Imam Khomeini, Iran menuju Kiev, Ukraina karena mengira "rudal jelajah" tersebut, ternyata turut membuat Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau berang. Justin meminta pertanggungjawaban Iran karena telah menghilangkan nyawa puluhan warga Kanada yang tidak berdosa.

Ditambah lagi pengakuan peneguhan Presiden Iran, Hassan Rouhani yang menyatakan bahwa kecerobohan militer negaranya sebagai kesalahan yang tak termaafkan, seraya melayangkan ungkapan belasungkawa kepada para keluarga korban dan negara asal mereka. Rouhani pun berjanji akan mengidentifikasi dan mengusut tuntas masalah itu.

Kiranya dua pengakuan di atas (dari militer dan presiden Iran) yang dimanfaatkan oleh Trump. Seolah "menunggangi" duka, Trump diketahui telah melibatkan sebagian negara Eropa agar terlibat dalam perselisihan AS dan Iran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline