Upacara perayaan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ke-74 telah selesai dilaksanakan kemarin, Sabtu, 17 Agustus 2019.
Upacara tersebut tidak hanya diselenggarakan di tingkat pusat atau nasional, melainkan juga di tingkat daerah (provinsi, kabupaten, kota madya, kecamatan, kelurahan, desa, dusun, RW dan RT).
Khusus upacara di tingkat pusat atau nasional cukup menarik karena selain disorot media televisi dan dihadiri oleh para pejabat tinggi, yang menjadi inspektur upacaranya adalah presiden.
Selain itu, hal menarik lainnya yaitu keberadaan para petugas upacara yang dinamakan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional yang berjumlah 68 orang dan merupakan utusan terbaik dari 34 provinsi di Indonesia.
Para anggota Paskibraka Nasional yang dilatih lebih lanjut selama beberapa bulan di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga milik Kementerian Pemuda dan Olahraga di Cibubur, Jakarta Timur, sebelumnya telah melalui seleksi ketat di daerah mereka masing-masing, mulai dari level sekolah hingga provinsi.
Itulah alasan mengapa menjadi seorang Paskibraka Nasional sebuah kebanggaan, karena tidak semua siswa terpilih untuk merasakan pengalaman serupa. Jangankan tingkat nasional, untuk lolos jadi Paskibraka Provinsi saja tidak gampang.
Apakah hanya lolos jadi Paskibraka Nasional yang paling membanggakan itu? Tentu tidak. Masih ada hal lain yang lebih membanggakan, misalnya ketika terpilih sebagai komandan pasukan atau pembawa baki bendera merah-putih.
Untuk Paskibraka Nasional pembawa baki kiranya lebih istimewa lagi, karena selain mengantar baki dan bendera secara hati-hati, juga langsung berhadapan muka dengan presiden, inspektur upacara. Latihan mereka pasti lebih ketat dan sering dibanding petugas lain.
Seperti yang menjadi tradisi, petugas pembawa baki terdiri dari dua orang, yakni satu yang bertugas saat upacara pengibaran bendera di pagi hari dan satu lagi saat upacara penurunan bendera di sore hari. Dan kedua petugas ini umumnya berjenis kelamin perempuan.