Partai Amanat Nasional (PAN) yang merupakan salah satu anggota koalisi pemenangan Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019 disebut-sebut sedang berupaya merapat ke mantan kubu lawan, yaitu koalisi pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Tujuan merapatnya PAN tidak lain dan tidak bukan supaya diberi kesempatan masuk kabinet pemerintahan yang akan datang di periode 2019-2024. Ya sama seperti yang pernah mereka lakukan usai Pilpres 2014 lalu, di mana memang akhirnya waktu itu berhasil masuk kabinet Jokowi-Jusuf Kalla.
Usai Pilpres 2014 lalu, salah seorang kader PAN bernama Asman Abnur duduk di pemerintahan. Dia menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi. Namun kemudian pada Agustus tahun lalu mengundurkan diri dan digantikan oleh mantan Wakapolri, Syafruddin.
Alasan pengunduran diri Asman yakni karena PAN telah memutuskan mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019. Asman mengaku merasa tidak enak jika berada di kabinet sebab partainya memilih posisi yang berseberangan, sekaligus tidak mau membebani pikiran Presiden Jokowi.
"Saya rasa posisi saya sebagai Menpan dengan partai saya di luar koalisi kerja tidak mengenakan dan membebani bapak presiden," ujar Asman (14/8/2018).
Itulah rekam jejak pilihan politik PAN lima tahun lalu. Lalu apakah sikap dan keputusan yang sama tersebut bakal berhasil lagi mulai tahun ini?
Tentu dinamika perkembangan politiklah yang menentukan, ke mana arah angin membawa. Termasuk juga pertimbangan-pertimbangan khusus dari Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Jokowi-Ma'ruf Amin.
Namun saya pribadi menilai PAN tidak mungkin lagi diberi kesempatan serupa sebelumnya. Betul, memilih para menteri merupakan hak prerogatif presiden, akan tetapi tetap saja ada yang namanya konsultasi bersama antara beliau dan partai-partai pengusungnya.
Jokowi bakal berpikir "tujuh keliling" untuk memasukkan kembali PAN ke dalam kabinet pemerintahannya. Mengapa?
Pertama, selama perhelatan Pilpres 2019, ada sembilan partai yang mengusung dan mendukungnya. Dan kepentingan kesembilan partai itu kiranya mesti diutamakan terlebih dahulu.
Kedua, selain PAN, ternyata ada beberapa partai lain (rival Jokowi di Pilpres 2019) yang berencana bergabung, misalnya Partai Demokrat dan kemungkinan juga Partai Gerindra.