Lihat ke Halaman Asli

Tuhombowo Wau

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Inilah Guru Terbaik Sedunia Tahun Ini

Diperbarui: 28 Maret 2019   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peter Mokaya Tabichi, guru yang memenangkan penghargaan sebagai Guru Terbaik Sedunia dari Varkey Foundation melalui Global Teacher Award 2019. Acara penganugerahan diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab pada Minggu (24/3/2019) di Forum Pendidikan dan Keterampilan Global (Global Education and Skills Forum). Gambar: hidupkatolik.com

Peter Mokaya Tabichi (Peter), seorang guru Matematika dan Fisika di Sekolah Menengah Keriko, Desa Pwani, Nakuru, Kenya berhasil menyabet penghargaan bergengsi di bidang pendidikan, pemenang Global Teacher Award 2019 yang diselenggarakan Varkey Foundation. Peter sukses mengalahkan 10.000 nominasi lainnya yang berasal dari 179 negara. Dengan prestasinya yang menakjubkan tersebut, Peter dihadiahi uang sebesar US$ 1 juta atau setara dengan Rp14,2 miliar.

Acara penganugerahan penghargaan yang diperuntukkan bagi mereka yang memberikan kontribusi luar biasa pada profesi guru ini adalah tahun kelima diselenggarakan. Tahun lalu, penghargaan serupa diraih oleh seorang guru seni dari London Utara, Andria Zafirakou.

Apa istimewanya Peter sehingga bisa memenangkan hati pihak penyelenggara?

Peter telah membuat harum nama sekolahnya, di mana dia berhasil membawa murid-muridnya mencetak prestasi dalam kompetisi sains nasional dan internasional, termasuk memperoleh penghargaan dari Royal Society of Chemistry di Inggris.

Apakah hanya karena itu? Bukankah ada banyak guru di dunia ini yang justru lebih unggul dari Peter?

Kalau dibandingkan dengan guru-guru hebat lainnya yang lebih banyak lagi mencetak murid-murid terbaik, Peter jelas jauh di bawah mereka. Apalagi guru yang berkarya di wilayah perkotaan, prestasi mereka tidak mungkin dikalahkan oleh Peter.

Di atas disebutkan bahwa Peter adalah seorang guru di desa, yang pasti penuh keterbatasan. Di sekolahnya, Peter tidak memiliki akses fasilitas memadai seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah di perkotaan. Tidak ada internet, buku-buku penunjang dan sebagainya yang seharusnya dia butuhkan.

Lalu bagaimana cara Peter mengajar mata pelajaran sains dengan fasilitas terbatas?

Supaya siap mengajar murid-muridnya dengan materi ajar yang cukup, Peter terpaksa rutin pergi ke warung internet (warnet) mencari beragam informasi untuk meningkatkan wawasan. Dan Peter harus membayar tagihan biaya dari uangnya sendiri.

Di samping keterbatasan fasilitas, Peter juga mesti bersusah payah mengajari murid-murid di kelas dalam jumlah banyak. Satu kelas bisa mencapai 70 sampai 80 orang. Bayangkan mengajari murid sebanyak itu, bukan perkara mudah. Belum lagi, mereka berasal dari keluarga tidak mampu, anak-anak miskin, yatim-piatu dan berkemampuan akademik rendah. Peter ibarat sedang menggosok sebongkah batu untuk dijadikan berlian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline