Jum'at, 31 Mei 2024 kelompok Tugu Pal Putih PMM 4 UAD melaksanakan kegiatan Kebhinekaan 6 (Kunjungan ke Tugu, Malioboro, Istana Presiden) dan Kebhinekaan 7 (Kunjungan ke Klenteng Poncowinatan). Kegiatan dimulai dari pukul 07.30 hingga selesai. Kunjungan pertama adalah ke Tugu Jogja, disana kami dipandu oleh seorang tour guide yaitu Ibu Wahyu Siti Khodijah. Beliau menjelaskan tentang sejarah kota Yogyakarta.
Tugu yang didirikan satu tahun setelah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri (sekitar 1756). Keberadaan Tugu Golong Gilig tidak dapat dipisahkan dengan Keraton Ngayogyakarta karena merupakan satu rangkaian filosofi antara Panggung Krapyak- Keraton -Tugu yang berada dalam satu garis lurus, yang merupakan sumbu filosofisnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Golong Gilig memiliki arti, Golong: tidak bersudut, Gilig: lingkaran, tidak lancip dan tidak tumpul, mempunyai makna sepakat, bersatu padu, rasa, dan karsa. Tugu Golong Gilig dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwana. Sepertiga bagian piartugu inipatah akibat guncangan gempa berskala besar. Setelah itu, Tugu Golong Gilig pun mulai terbengkalai. Selanjutnya, Tugu Pal Putih pun dibangun untuk menggantikan Tugu Golong Gilig yang sudah rusak karena gempa.
Setelah dari Tugu, kami melanjutkan perjalanan ke Malioboro, disana kami berjalan merasakan suasana Malioboro di pagi hari. Sesekali kami berhenti saat melihat suatu bangunan yang memiliki sejarah didalamnya. Beberapa bangunan yang masih berdiri ternyata adalah bangunan lama yang dirawat tanpa dirubah bentuknya. Lalu tak habis disitu, kami terus berjalan hingga tiba di Istana Kepresidenan Yogyakarta.
Kami melanjutkan kegiatan di Istana Kepresidenan Yogyakarta. Disana kami mengunjungi Museum Istana Yogyakarta. Sebelum masuk, kami diminta untuk mematuhi peraturan yang ada. Didalam museum itu kebanyakan berisikan berbagai macam lukisan-lukisan yang merupakan koleksi dari para Presiden RI, dan juga ada beberapa benda-benda bersejarah lainnya.
Kemudian, kami melanjutkan kegiatan modul nusantara kebhinekaan 7 yaitu, mengunjungi Klenteng Poncowinatan. Disana kami disambut oleh beberapa orang. Setelah mengenal sejarah singkat tentang tempat tersebut, kami diajak untuk langsung menelusuri seisi Klenteng. Kami ditunjukkan altar-altar yang sering digunakan oleh umat yang beragama Konghucu untuk berdoa, kami juga diberi tau tentang dewa-dewa yang ada di setiap altar dan juga beberapa furnitur di Klenteng tersebut yang memiliki makna masing-masing. Klenteng Kwan Tee Kiong atau lebih dikenal dengan Klenteng Poncowinatan dibangun oleh etnis Tionghoa pada tahun 1879 M. Tanahnya merupakan hibah dari Sultan Hamengku Buwono VIII. Klenteng ini menghadap ke selatan, dimaksudkan untuk menghormati Kraton Yogyakarta.
Kami menelusuri satu persatu altar yang digunakan oleh umat Konghucu untuk berdoa, setiap altar memiliki dewa yang berbeda. Usia klenteng ini sudah mencapai 130 tahun lebih, atau berdiri sekitar tahun 1880-an. Awal pendiriannya pembangunan kelenteng ini tidak terlepas dari peran Sri Sultan Hamengkubuwono VII yang menggunakan tanah hibah Keraton Yogyakarta seluas 2.000 meter persegi.
Kegiatan kali ini menjadi pengalaman yang menarik untuk kami, dan kedua teman kami memberikan tanggapan mereka mengenai kegiatan hari ini. Salah satunya adalah Yulia Syahbila yang berasal dari Institut Kesehatan Helvetia. "Kunjungan ke Tugu Malioboro di Yogyakarta memberikan pengalaman yang berkesan, dengan kombinasi antara sejarah, budaya, kuliner dan keramahan penduduk lokal. secara keseluruhan, Tugu Malioboro tetap menjadi destinasi yang menarik dan penuh kenangan bagi wisatawan.