Lihat ke Halaman Asli

Dari Mana Datangnya Isyu

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

IBARAT cinta, menurut pepatah, bermula dari mata lalu turun ke hati. Ada awal ada akhir, ada sebab ada akibat. Begitu juga dengan isyu, pasti ada pangkalnya lalu ada ujungnya. Ada apinya, ada asapnya.

Sebagai pelakon utama, organisasi harus ditempatkan sebagai sumber isyu. Para publik adalah sumber reaksi atas isyu. Imej atau citra yang tertanam di benam publik baik positif, netral, atau negatif, hakikatnya hanyalah respon atas kondisi yang terjadi di tubuh organisasi.

Maka, jangan salahkan bunda mengandung, jika publik bersifat negatif terhadap organisasi. Yang bijaksana adalah, mengutip Ebiet G. Ade, tengoklah ke dalam sebelum bicara. Atau dalam bahasa lain, melakukan instrospeksi adalah jalan terbaik tiap kali menghadapi isyu.

Isyu bisa bermakna ganda, bisa masalah boleh jadi peluang. Bisa juga sebuah masalah, jika dicermati dengan bijak, akan menjadi peluang, sebuah kesempatan. Inilah yang disebut sebagai proses berpikir kreatif, kemampuan melihat dan menentukan sisi positif pada situasi yang negatif. Atau melihat kebaikan pada kondisi terburuk sekalipun.

Dalam praktik persaingan bisnis, kelemahan pihak lain bahkan akan dimanfaatkan untuk menjadi kekuatan pihak lainnya. Kekurangan pihak lain akan dimanfaatkan menjadi kelebihan pihak lainnya. Masalah pihak lain, akan dianggap sebagai peluang atau kesempatan oleh pihak lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline