Ketika sahabat kompasianer Muchtar Fajr men-TAG saya di dinding medsosnya yang baru dicat bersih ceria perihal kemenangan tulisan inspirasi #CitraCantikIndonesia "Saat Wiwit sang Relawan Muda, Berbagi Asa Untuk Sesama" sebagai juara ke dua dan berhak atas uang Rp. 7.500.000,- (Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah) serta Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah) untuk tokoh yang ditulis, saya langsung mengangkat telepon menghubungi sang tokoh walau jam sudah menunjukkan pukul 22.00 lebih dan memberitakan khabar bahagia itu.
Di ujung telepon terdengar suara tokoh mengucapkan syukur: "Syukur alhamdulillah aki, (halah....dia manggil saya aki), Wiwit bisa juga bagi THR buat teman-teman relawan...!". Subhanallah, ia masih saja berfikir untuk terus berbagi atas rizki yang telah diterimanya.
Di awal pertemuan pertama saya sudah berupaya membangun chemistry dengan membuka semua niat saya menuliskan kisahnya semata-mata demi membangun citra positif Banten tercinta, mengkisahkan perjuangan anak muda Banten dalam membangun daerahnya lewat menambal lobang-lobang pembangunan yang belum merata, terutama dalam prespektif kesejahteraan penduduknya. Lewat tuangan kisahnya saya ingin semua membuka mata bahwa masih ada generasi Banten yang mencoba terus meluangkan waktunya untuk membantu mereka para penduduk yang masih jauh dari sentuhan pemerintah Banten.
Maka kalaupun kisah ini kemudian lolos, sungguh semua ini semata-mata karena bonus dari Allah semata, dan imbalan Allah untuk sang tokoh yang mau ikhlas membantu sesamanya serta doa-doa kaum papa yang selama ini telah dilayani oleh sang tokoh.
Dan saya sebagai penulis merasa terhormat menjadi sarana dan alat untuk menuliskan kisah-kisah inspiratif #CitraCantikIndonesia ke hadapan pembaca untuk menjadi suri tauladan, rule model bagi perempuan di mana saja berada juga untuk kita semua.
Ucapan terima kasih tentu saja sangat layak saya sampaikan kepada Citra Cantik Indonesia dan Kompasiana yang telah menjerumuskan saya untuk belajar dan mengenal pribadi-pribadi inspiratif yang menjadi pembalajaran bagi saya sendiri tentunya.
Dan hadiah uang di mata saya hanyalah efek dari sebuah progres, sebuah kerja sama yang terjalin dari sang tokoh sendiri yang rela kisahnya diangkat ke permukaan, walau di awal kata selalu sang tokoh mengatakan "Tidak ada yang pantas dari saya yang untuk dikisahkan".
Hadiah. Jujur itu membahagiakan, namun kebahagiaan yang utama adalah terbukanya kesempatan untuk bertemu dengan generasi-generasi muda Indonesia yang memiliki kiprah positif, menjalin silaturahmi dengan komunitas mereka serta belajar banyak dari perjuangan mereka. Para generasi muda.
Mengenal Wiwit dan komunitasnya adalah anugerah tersendiri yang demikian indah di mata saya dibanding hadiah itu sendiri. Terus menjalin silaturahmi dengannya, membangun keakraban dan bertukar pengalaman adalah sesuatu buat saya.
Inilah kisah saya dengan tokoh inspirasi yang kini terus nyambung dan tidak terputus karena usainya sebuah lomba.
**************************