Lihat ke Halaman Asli

Tubagus Encep

TERVERIFIKASI

Secangkir Kopi Persahabatan

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto suasana kedai Kopi Bentara Budaya Palmerah (foto diculik dari Fawwaz Ibrahim)

Foto suasana kedai Kopi Bentara Budaya Palmerah (foto diculik dari Fawwaz Ibrahim)

Tiba di Bentara Budaya Palmerah, saya dikejutkan dengan pelukan keras seorang kompasianer dari arah belakang, sejenak terkaget saya menengok ke belakang dan hampir saja saya pingsan karena makhluk besar yang memeluk saya tersebut ternyata begitu saya hafal wajahnya walau baru sebatas di media sosial.

Seraut wajah ganteng berkacamata dan berpeci mirip Soekarno ada di depan saya, sambil tertawa lebar ia menyapa dengan suara keras ala Indonesia timur : "Hai...adik...apa khabar?". Mirip orang yang baru bangun tidur dan kesadaran masih belum sepenuhnya saya raih karena kaget bisa bertemu dengannya, saya menjawab tergagap-gagap: "Ba..baik bang....!".

Saya peluk ulang makhluk besar tersebut dengan menguncang tubuhnya, sementara di sudut lain tampak Gapey Sandi mengabadikan pelukan kami dengan kamera besarnya. Mata saya sempet melirik ke arah pintu pagar Bentara Budaya, ada Thamrin Sonata beserta mantan polisi RI Thamrin Dahlan yang tengah diskusi dan terhentikan oleh ulah kami berdua.

Makhluk besar berpeci tersebut langsung menarik saya ke arah dalam Bentara Budaya, "Kita ngobrol dan ngopi di dalam dik..., sekaliar ngobrol menunggu pemberangkatan!" dengan masih bersuara keras ia mengajak saya ngopi, tangan kanannya memberi isyarat pada Gaper R Fadli, pak Thamrin Dahlan serta editor kawakan Thamrin Sonata.

Berempat kami duduk, dan makhluk besar itu berteriak dengan cueknya ke arah kedai kopi: "Kisanak, beri kami lima cangkir kopi, yang paling enak. Jangan pake lama ya..!

Berlima memang kami tengah menunggu pemberangkatan bis menuju pabrik dan kebun kopi milik PT. Nestle Lampung. Keberuntungan rupanya datang pada kami berempat, karena tulisan kami Ini Bukan Sekedar Kopi, Bung"  milik Pak Thamrin Dahlan, Secangkir Kopi Sebagian Iman Seniman milik bang Thamrin Sonata, Ada Esa Eka Diantara Seduhan Kopi milik Gapey Sandi serta tulisan saya Saya Antara Kopi, Gula Merah dan Pesantren dan tulisan makhluk besar Secangkir Kopi dan Spirit Akademik diloloskan admin dan akhirnya mempertemukan kami berempat di kedai kopi Bentara Budaya Palmerah.

Sambil mengopi kami terlibat obrolan seru, tentu saja dominasi obrolan ada pada makhluk tinggi besar tersebut. Karena kami bertiga, Tubagus Encep, Duo Thamrin dan Gapey Sandi sudah sering bertemu di acara-acara nangkring kompasiana, sementara makhluk tinggi besar dari tanah Makasar tersebut baru sempat kami temui saat ini. Dan tulisan Kopi rupanya telah mempertemukan kami.

Keasyikan kemi berempat menyeruput kopi akhirnya terhentikan saat admin Ela memanggil sepuluh peserta #CeritamudibalikSecangkirKopi untuk bersiap naik ke bus dan segera berangkat menuju kota kopi Lampung.

Saking senangnya bertemu makhluk besar berpeci dan berkacamata, saya agak gegabah ketika kaki menaiki pintu bis dan gudubrag terpeleset jatuh di pintu bis.

*****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline