[caption id="" align="aligncenter" width="780" caption="Sumber gambar: travel.kompas.com"][/caption]
Siapa yang tidak kenal sambal, rasa pedasnya disukai banyak orang walau bikin mulut berasap. Pedasnya sambel tidak membuat penggemarnya lari, mereka akan datang kembali untuk menikmati pedasnya sambal.
Tidaklah salah kalau ada orang yang bertobat tidak akan mengulangi perbuatan jelek kemudian ingkar, maka tobatnya dianalogikan sebagai tobat sambal.
Tobat sambel tersebar di mana-mana, ada dan menempel pada pribadi-pribadi yang tidak kukuh memegang janjinya, melanggar komitmennya sendiri. Maka sudah barang tentu akan sangat berbahaya bila tobat sambal ini hinggap dan masih hinggap pada pribadi pemimpin, pejabat, politikus yang efek besarnya akan berdampak pada luas pada rakyat yang seharusnya mereka ayomi, mereka layani.
Saat membutuhkan suara rakyat, beribu janji dan komitmen terucap.
Namun baru saja ia memimpin dan merasakan nikmat
Justru kian jauh dari rakyat.
Tobat sambal juga menghinggapi orang sekarat dengan kehidupannya, orang-orang yang berjanji berbuat baik saat susah namun jadi lupa saat kehidupannya menjadi mudah.
Tobat sambal juga sering menempel pada orang sakit, orang-orang yang berjanji tak akan malakukan aktifitas yang merugikan kesehatannya namun menjadi ingkar saat kesembuhan datang padanya. Dasar sambal...biar pedas ia membuat orang untuk datang berbalik menikmati kepedasannya.
Tobat sambal juga sering datang pada orang yang berhutang dan belum melunasi hutangnya yang dulu, kini datang dengan janji manis agar diberi pinjaman kembali namun saat waktu pelunasan datang ia hilang ditelan ilalang.
Berlawanan dengan tobat sambal adalah tobat Nasuha, tobat sebenar-benarnya tobat. Sebuah pribadi yang tudak mengingkari janjinya dan meninggalkan perbuatan yang merugikan diri sendiri.