Lihat ke Halaman Asli

Perilaku Tata Ruang lalu Banjir

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

oleh : tubagus

Pernahkah kita sedikit merenungkan apa yang menyebabkan musibah banjir saat ini sangat rentan terjadi ? kenapa ini bisa melanda beberapa daerah di kita atau berpikir untuk menemukan solusi kenapa masalah banjir ini seolah tidak pernah selesai. Banjir yang terus terjadi seolah-olah menjadi tradisi musibah di tiap tahunnya. Dari tahun ke tahun berita mengenai banjir seolah menjadi tajuk utama di tiap pemberitaan baik melalui media cetak maupun elektronik.

Kebiasaan hidup sehar-hari yang seolah tidak memperdulikan akan pentingnya pengelolaan lingkungan sekitar menjadi penyebab utama kenapa musibah banjir terus terjadi. Selain itu peranan dari pemerintah yang rasanya belum terlalu maksimal dalam melaksanakan program untuk menuntaskan banjir ini. Masyarakat yang kini hidup di era globalisasi identik dengan cara yang ingin serba instan. Masyarakat tidak mau ambil pusing dengan permasalahan yang terjadi di sekitarnya termasuk permasalahan lingkungan ini.

Pola pikir yang merasa bahwa pengelolaan terkait sampah ini sudah ada yang mengelolanya yaitu dinas kebersihan lingkungan menjadikan masyarakat seolah-olah lepas tangan terhadap hal ini. Pola pikir ini semestinya sudah mulai harus dirubah karena bila di biarkan terus menerus bisa menjadi semacam pembenaran. Hal yang bersifat seolah benar tetapi padahal hakikatnya adalah salah atau sophistis ini bila tidak di rubah maka akan menjadi polemik yang berkepanjangan. Masalah banjir ini bukan hanya masalah yang bersifat individual tetapi bersifat komunal sehingga penanganannya pun memerlukan solusi dan peran aktif bersama.

Seperti apakah hubungan pembangunan di daerah dengan musibah banjir ini ? Banjir juga di sebabkan karena pola pembangunan tata ruang daerah yang salah sehingga di daerah-daerah seperti di perkotaan kehilangan daya resap airnya karena pembangunan gedung-gedung beton pencakar langit dan gorong-gorong yang penuh sampah menjadi masyarakat harus menerima dampak dari perilakunya. Perlunya pembangunan yang berorientasi pada pola-pola pembangunan yang berwawasan lingkungan mesti sudah harus mulai di giatkan agar masalah banjir ini cepat teratasi. Jadi pembangunan daerah itu tidak hanya melihat aspek keuntungan finasialnya saja tetapi juga keuntungan lingkungannya. Gaya hidup yang selaras antara manusia dan alam layak di kedepankan untuk mengentaskan permasalahan pola pembangunan di perkotaan ini.

Tapi bila pembangunan di daerah perkotaan itu sudah terlanjur tidak berwawasan pada lingkungan hidup lalu mesti seperti apa solusi yang bijaknya ? adalah pendidikan pada masyarakatnya itu sendiri karena pendidikan itu adalah upaya yang sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia. Pendidikan yang diberikan mesti dapat melatih masyarakat itu sendiri sehingga pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat terhadap lingkungan itu dapat terus bergerak maju. Dengan begitu niscaya pembangunan yang sudah terlanjur salah kaprah tersebut dapat ditanggulangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline