Lihat ke Halaman Asli

Tuanku Damanhuri

Padang Pariaman Bicara

Menyambungkan Shatariyah dari Syekh Burhanuddin ke Syekh Abdurrauf

Diperbarui: 9 Januari 2024   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rombongan Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Padang Pariaman di Ulakan, makan Syekh Burhanuddin. (foto dokpri)

Dari makan Tuanku Bagindo Lubuak Pua, Senin 8 Januari 2024 rombongan menziarahi Ulakan, sebelum bertolak ke Barus, Tapanuli Tengah dan Banda Aceh.

Ya, rombongan yang tergabung dalam Majlis Zikir dan Sholawat Al-Wasilah Padang Pariaman, dibawah Pimpinan Amrizal Tuanku Sutan, Buya Bustanul Arifin Khatib Bandaro dan Nursyamsu alias Bujang.

Sebelum ke Syekh Abdurrauf di Aceh, rombongan ziarah dulu ke Syekh Burhanuddin. Murid langsung Syekh Abdurrauf yang terkenal dengan islamisasi di Minangkabau.

Meskipun sebelum Syekh Burhanuddin sudah ada ulama yang menyebarkan Islam di tanah Minang, tapi pola halaqah di surau yang dilancarkan Syekh Burhanuddin, lebih semarak dan lebih menyebar.

Media Shatariyah yang diajarkan Syekh Burhanuddin, menjadi sambutan luas oleh masyarakat.

Syekh Burhanuddin Ulakan lahir tahun 1646 di Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman - meninggal 20 Juni 1704 pada umur 58 tahun. 

Dia adalah ulama yang berpengaruh di daerah Minangkabau, merupakan ulama sufi (mursyid) pengamal Tarekat Shatariyah.

Bermakam di Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis. Syekh Burhanuddin dinilai punya magnet tersendiri. Tak heran makamnya jadi pusat ziarah sepanjang masa.

Peringatan haul Syekh Burhanuddin digelar tiap tahun. "Basafa" dinamakan. Tepatnya di bulan Syafar.

Dari berbagai kampung di Minangkabau dan luar daerah, saat Basafa datang ke Ulakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline