Lihat ke Halaman Asli

Tuanku Damanhuri

Padang Pariaman Bicara

Sprit Menghidupkan Masjid dan Surau dari Tuanku Bagindo Lubuak Pua

Diperbarui: 8 Januari 2024   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jemaah Al-Wasilah Padang Pariaman ziarah di makam Tuanku Bagindo Lubuak Pua. (foto dokpri)

Muhammad Umar Tuanku Bagindo (1875-1955) dan Surau Pekuburan, tak dapat dipisahkan.

Keduanya saling berkembang dengan amat sangat berkait satu sama lainnya. Ketika disebut Tuanku Bagindo Lubuak Pua, orang langsung mendatangi Surau Pekuburan.

Di surau itu nama besar Tuanku Bagindo Lubuak Pua membangun dunia spritual. Dunia pengajian yang menembus ruang dan waktu.

Pengajian dimana tujuan makhluk diciptakan Tuhan adalah untuk mengabdi. Ya, pengajian mendudukkan paham, dan paham itulah yang membimbing diri agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan.

Tuanku Bagindo Lubuak Pua sebagai tokoh sentral di surau itu, di zaman yang masih bergolak.

Apa saja yang akan dibuat masyarakat, Tuanku Bagindo selalu didatangi. Tempat bertanya dan mengadu dalam banyak hal.

Pun mau mengangkat seorang labai di sebuah surau, masyarakat mendatangi sambil membawa sanak kemenakan yang akan jadi labai, untuk diberikan petunjuk dan pengajian, agar tidak salah langkah nantinya.

Labai adalah seorang ulama yang punya kedudukan tersendiri di tengah kaum dan masyarakat.

Kalau di masjid, itu dinamakan "Labai Nagari", sedang di surau kaum, itu labai biasa, yang aktivitasnya selalu berpedoman pada Labai Nagari.

Beda dengan tuanku. Meskipun tuanku ini ulama yang punya pengajian, kedalaman ilmu akibat pergulatan dalam menuntut ilmu yang panjang, tapi di masyarakat, tuanku tidak punya kewenangan dalam sebuah surau korong dan kaum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline