Tak terasa perjalanan waktu begitu cepat dan kencang. Baru kemarin rasanya Jumadil Akhir tahun kemarin, sekarang sudah berada pula di penghujung Jumadil Akhir tahun ini.
Bagi keluarga besar Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuk Pandan, Jumadil Akhir adalah bulan bersejarah, bulan yang punya catatan tersendiri, karena di bulan ini Syekh H. Abdullah Aminuddin Tuanku Shaliah, pendiri pesantren ini pergi keharibaan-Nya.
Tepatnya 19 Jumadil Akhir 1419 H, Buya Lubuk Pandan ini meninggal dunia.
Mengambil dari tahun hijriah yang sekarang 1445 H, sudah 26 tahun Buya meninggalkan pesantren, meninggalkan keluarga dan tentunya berpisah dengan dunia seisinya.
Secara tahun Masehi, Buya lahir 1908 dan wafat 1996. Buya berusia 88 tahun, dan sebagian besar usianya dihabiskan untuk belajar dan mengajar.
Tercatat, Buya berguru ke banyak ulama, menuntut ilmu di berbagai tempat. Diantara gurunya, tersebut nama Syekh Abdurrahman Bintungan Tinggi, Syekh Muhammad Yatim yang dikenal dengan Tuanku Ampalu dan Tuanku Mudiak Padang, Syekh Bonta Ulakan, Syekh Alumma Koto Tuo dan Syekh Muhammad Djamil Jaho.
Artinya, Buya mengkolaborasikan pendidikan halaqah dengan pendidikan madrasah. Di madrasah, tepatnya di Jaho, Padang Panjang, Buya tak lama di situ.
Sering naik kelas itu secara melampaui. Artinya, dari kelas dua dia bisa dinaikkan ke kelas empat. Begitu seterusnya, sehingga untuk tamat di Jaho, Buya tidak selama mengaji di Padang Bintungan dan Ulakan.
Buya seangkatan dengan Syekh Zakaria Labai Sati Malalo. Sama tahun tamatnya, tapi ujian terakhirnya langsung dari Syekh Muhammad Djamil Jaho ke Buya, adalah mengajar di kelas yang isinya orang hebat dan pilihan.
Diantara isi kelas itu, adalah Syekh Zakaria Labai Sati, yang kelak mendirikan sekolah tarbiyah di Malalo, tak jauh dari Jaho, Padang Panjang.