Lihat ke Halaman Asli

Nyonya Besar

Akun Verified

Ahli Bicara Seperti Ahli yang Benar-benar Ahli

Diperbarui: 11 Agustus 2020   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Austin Distel on Unsplash 

        Ada istilah pakar, ahli, jago, profesional, senior dan sejenisnya. Semuanya berusaha menggambarkan berapa ahli dan berpengalaman seseorang di bidang tertentu. Kalau menurut saya mah, istilah ahli udah yang paling tinggi tuh. Kata ahli itu menggambarkan pengalaman dan keahlian menghadapi semua kemungkinan gangguan. 

Buat yang pernah baca komik Kenji (bagus banget ini komik), mungkin masih ingat ada ahli tombak yang melatih dirinya habis-habisan sampai 10.000 kali. Angka 10.000 ini juga pernah ditulis oleh seorang ahli di jurnal ternama, tapi maaf, jujur saja... saya lupa siapa beliau. Jadi bila seorang montir mobil memperbaiki mobil sampai 10.000 kali, dia bisa disebut seorang ahli. Semua 10.000 penyakit mobil tadi harus diselesaikan dengan baik. 

Kasus gagal tidak dihitung disana. Satu lagi syaratnya, harus ada bukti catatan perbaikannya. Bukan hanya testimoni sepihak saja. Bayangkan sehari ada 1 mobil yang diperbaiki, artinya untuk mencapai predikat ahli, perlu waktu 27 tahun! Itu baru satu kasus montir mobil. Hal yang sama harusnya berlaku juga untuk bidang lain.  

Untuk kasus di bidang kesehatan. Wah, aturannya harus lebih lengkap dan terstruktur karena berhubungan dengan kehidupan manusia. Seperti Anthony Fauci yang sedang ramai di televisi. Ia bukan hanya tenar karena Covid 19, tapi ia telah lama malang melintang di dunia kedokteran. Catatan dari wikipedia menyatakan bahwa beliau adalah penulis nomor 13 dari jutaan penulis dunia yang paling sering dikutip. 

Fauci sejak tahun 1976 mempublikasikan penelitiannya, artinya sudah 43 tahun! Semua penelitiannya tercatat dan bisa di tracing bahkan diteliti ulang oleh peneliti lain. Jadi sudah sewajarnya kalau ia disebut seorang ahli. 

Sedangkan di kita sini, kata ahli diobral murah bahkan gratis. Dengan kekuatan testimoni - apalagi yang ngasih testimoni pejabat populer atau artis. Wah sudah deh, langsung jadi ahli .  Dan ini bukan kejadian pertama lho. Ahli tulang, ahli jantung, sampai ahli brainwash.  Semuanya hanya didukung oleh testimoni belaka. Mengapa bisa begitu ya? Mengapa kita bisa percaya tanpa mencari tahu? Mengapa orang tidak kritis atau tergerak mencari tahu? 

Menurut teori Newton, semua benda bersifat lembam atau malas bergerak. Mungkin berlaku juga untuk kemampuan berpikir. Kebiasaan skeptis memerlukan kemauan untuk mencari. Rasa penasaran yang rindu akan fakta. 

Ditambah dengan kenyataan bahwa secara alamiah, manusia hanya akan " mendengarkan " yang ingin kita dengar atau yakini. Klop sudah.  Terjadilah semua kekacauan. Saya bicaranya berantakan ya? Mari, saya permudah ya. Matematikanya tuh begini... 

1. Orang malas berpikir

2. Orang merasa terdesak kondisi (sakit, keuangan, keyakinan)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline