Lihat ke Halaman Asli

Nyonya Besar

Akun Verified

Hidup Bersama Covid 19 untuk Kini dan Selamanya

Diperbarui: 9 Agustus 2020   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Kate Trifo on Unsplash 

      Sebagian besar informasi mengenai COVID 19 sebenarnya masih banyak yang belum benar-benar diketahui oleh para ilmuwan dan dokter. Walau dengan penelitian terbaru sekalipun. Ditambah lagi pola penyakit baru ini sangat bervariasi dan terlokalisasi. Virus dari Wuhan, berbeda dengan virus dari Amerika. Sehingga semuanya sebagian besar masih teka-teki. Bagaimana SARS-CoV-2 menular dari orang ke orang masih menjadi misteri. Yang pasti dapat ditularkan melalui tetesan pernapasan atau droplet (yang keluar saat batuk atau bersin). Bukti juga menunjukkan bahwa partikel aerosol yang lebih kecil, yang menyebar saat berbicara atau bernapas, juga dapat menyebabkan penularan. Ada beberapa bukti lain bahwa orang dapat menularkan virus sebelum mereka menunjukkan gejala.

Dengan data yang ada kini, aman untuk mengatakan bahwa hal paling salah dan berisiko adalah berdekatan dengan penderita Covid 19. Itulah mengapa anjuran isolasi diri jika merasa sakit menjadi sangat penting. Virus juga menular paling efektif dalam ruangan tertutup. Dimana terjadi kontak dekat antara orang yang terinfeksi, mungkin dengan kondisi ventilasi yang tidak memadai. Penularan seperti ini menjelaskan tingginya tingkat serangan di panti jompo, pabrik, penjara dan kapal pesiar. Risiko penularan tampaknya lebih rendah di luar ruangan.

Jika hal yang paling salah dan berisiko adalah berada di tengah orang banyak saat berada di dalam ruangan dengan penderita, maka perilaku yang paling tidak berisiko adalah berada dalam kelompok kecil, di luar ruangan, dan menghindari penderita. Tingkat keparahan infeksi tergantung pada beberapa hal: (1) lama kontak satu sama lain; dan (2) jumlah individu yang terinfeksi dalam suatu populasi. Karena itu intervensi non-farmasi (seperti masker dan menjaga kebersihan tangan, mengurangi kontak yang efektif) menjadi penting.

Bagaimana caranya meminimalkan risiko?

Ada pendapat ahli virus yang menyatakan bahwa Satu-satunya cara yang aman untuk menghindari flu adalah hidup dalam isolasi total dari seluruh umat manusia. Hal yang sama mungkin berlaku untuk COVID-19. Tapi itu tidak realistis. Ide yang lebih aplikatif harus meminjam ide dari pencegahan HIV, yang berfokus pada kejelasan pesan akan dampak buruknya. Bila tidak ada aturan untuk tinggal di rumah, masing-masing kita harus memutuskan sendiri seberapa besar risiko yang bisa kita toleransi.

Jika otoritas lokal telah mengizinkan pertemuan kecil, berkumpul dengan teman yang tidak sakit atau yang belum pernah berhubungan dengan orang sakit di luar ruangan adalah keputusan yang paling aman. Selama pertemuan, cobalah untuk menjauh satu sama lain sejauh mungkin. Siapkan masker dan pembersih tangan, jangan berbagi makanan atau minuman. Jika ada yang merasa sakit atau baru saja melakukan kontak dengan penderita, tunda saja pertemuan atau pertimbangkan pertemuan secara virtual.

Lonjakan angka penderita, menunjukkan makin banyak warga yang diperiksa. Perlu diingat bahwa, hasil pemeriksaan baru keluar setelah beberapa waktu, bervariasi dari masing-masing pusat pemeriksaan, ada yang 1 hari hingga 3 minggu. Bisa saja angka tersebut adalah hasil pemeriksaan sebulan yang lalu. Jadi rasanya tidak perlu menjadi fokus perhatian. Kita kini perlu fokus untuk menjaga kesehatan masing-masing saja ...... dan tetap bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline