Politik uang, penyakit kronis yang menjangkiti tubuh demokrasi, sulit diberantas. Praktik ini menyeruak di setiap pemilihan umum, membelah keadilan dan menodai suara rakyat. Banyak faktor yang menyebabkan politik uang berkembang subur. Namun, di balik faktor lainnya, tersimpan sebuah kunci yang perlu dipahami: kekuatan ekonomi masyarakat.
Masyarakat yang miskin dan terhimpit kebutuhan seringkali mudah tergoda oleh iming-iming uang. Mereka terpaksa memilih pragmatis, menukar hak suara dengan sejumlah uang, tanpa mempertimbangkan visi dan misi calon yang akan mereka pilih.
Sebaliknya, masyarakat yang memiliki daya beli kuat akan lebih kritis dalam memilih pemimpin. Mereka tidak akan mudah terpengaruh oleh iming-iming uang dan akan lebih memilih calon yang memiliki program yang bermanfaat bagi mereka.
Jadi, meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat adalah kunci untuk memperkuat demokrasi dan mengurai politik uang. Ketika masyarakat tidak lagi terbebani oleh kemiskinan, mereka akan lebih bebas menentukan pilihan politiknya tanpa terpengaruh oleh uang.
Perjuangan melawan politik uang bukan hanya tugas aparatur penegak hukum. Masyarakat juga harus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran politik dan memperkuat ekonomi mereka.
Dengan kekuatan ekonomi yang solid, masyarakat akan lebih berdikari dan mampu menentukan nasib politik mereka sendiri tanpa tergantung pada uang. Politik uang akan semakin terpinggirkan dan demokrasi akan berjalan dengan lebih bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H