diatas permadani hijau kilau mentari menari.
disana, detak jantung mengabarkan sunyi,
setelah ribuan langkah berhenti bernyanyi.
lalu angin tertiup seperti lintah,
merambah pangkal pahamu yang bau basi,
menghisap nanah merah lalu pergi.
sekarang, kau masih merintih pedih sendiri
saat awan berwarna merah lalu abu-abu.
burung-burung baru akan menyambar ingin turun,
namun, cepat kau cabut urat nadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H