Lihat ke Halaman Asli

Gerakan Kebudayaan Memperingati Sewindu Tsunami Aceh

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

26 Desember 8 (delapan) tahun yang lalu, tsunami meluluhlantakkan Aceh. Kini situasi telah jauh berubah, Aceh telah berkembang pesat. Aceh telah menjadi gampong donya dan kembali menjadi episentrum bagi dunia.  Aceh yang dulunya terisolasi kini telah menjadi lahan bagi pertarungan nilai-nilai.

Kondisi  yang berubah sedemikian cepat juga membawa pengaruh negatif. Telah terjadi degradasi nilai di masyarakat Aceh. Pembangunan yang berorientasi fisik ikut memperparah kondisi tersebut. Hal ini bisa dilihat dari memudarnya budaya gotong royong, berganti dengan budaya cash for work. Fenomena tersebut bermuara pada keresahan-keresahan sosial.

Keresahan-keresahan tersebutlah yang menginjeksi mahasiswa Aceh di Yogyakarta untuk melahirkan sebuah gerakan kebudayaan, melalui momentum peringatan sewindu tsunami. Kepedulian ini merupakan gelombang semangat dari rantau, sebuah usaha untuk merekonstruksi nilai-nilai ke-Acehan. Peringatan tsunami selayaknya tidak lagi mengurai air mata, akan tetapi menjadi tonggak penyemangat untuk kerja-kerja bagi Aceh yang lebih baik.

Pemaparan diatas menjadi landasan bagi pelaksanaan kegiatan ini. Refleksi yang dihadirkan dalam bentuk hikayat, tidak sekedar menjadi pengingat dahsyatnya bencana, namun juga menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan didalamnya. Doa yang dipersembahkan dalam bait-bait puisi tidak sekedar ditujukan untuk menggugah empati, akan tetapi juga untuk mempertegas kefanaan hakikat manusia dan kekalnya kuasa Illahi. Tari dan pertunjukan seni lainnya bukan hanya penanda keberagaman budaya  dan simbolisasi ke-Acehan. Akan tetapi juga mengeksplorasi nilai-nilai yang menjadi stimulus bagi usaha rekonstruksi kebudayaan yang dimaksud.

Acara yang berupa long march dan performance arts tersebut dimulai pada jam 2 siang dari Asrama Aceh Merapi dua menuju Malioboro dan berakhir di titik nol kilometer. peserta merupakan mahasiswa, seniman muda dan orang-orang yang simpatik terhadap Aceh. Tergabung semuanya tersebut dalam wadah Taman Pelajar Aceh Yogyakarta. yaitu sebuah wadah besar tempat belajar dan berkumpulnya seniman muda, intelektual, masyarakat, dan mahasiswa Aceh Yogyakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline