kampungku lama tengkurap bangun sebentar untuk menindih yang bulat kembali pipih yang lain kembali tiarap.
kampungku kembali tengkurap yang lain balik menindih kini aku kembali berharap.
bulat pelor ujungnya perih menyerang lalu tiarap muka ciut di celana pipis yang lain semua pucat.
mari, kita baca bersama, yang jauh menyekat. yang dekat merepet. mari...! KITA BACA LAGI BERSAMA...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H