Sebutan alternatif ini mungkin melekat karena para pasiennya adalah orang - orang yang telah gagal atau frustasi berobat dengan cara pengobatan kedokteran yang biayanya sangat mahal. Atau juga sebutan alternatif tersebut muncul karena cara pengobatan yang dilakukan oleh ahli - ahli pengobatan ini tidak menggunakan alat - alat yang lazim dalam praktek kedokteran. bahkan ada yang kelihatan aneh dan tidak dapat dicerna oleh logika. Sehingga sering juga pengobatan alternatif disamakan dengan praktek perdukunan. Walapun begitu, pengobatan alternatif tersebut sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Bahkan masyarakat semakin menyukainya apalagi keberadaannya sudah diakui oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan (Depkes) sebagai salah satu cara pengobatan.
Praktek pengobatan alternatif oleh Eyang Agung atau yang mempunyai nama asli Prof DR H Agung Sutrisno SH MA yang berlokasi di JL. Eyang Agung No.27A, Sarua Indah Ciputat, Tangsel."Pendopo Eyang Agung" orang mengenal kata itu karna disana tempat Eyang Agung membuka Praktek Alternatifnya. Banyak orang yang mengira praktek yang dilakukan oleh Eyang Agung ini adalah praktek perdukunan.Padahal cara atau metode praktek penyembuhannya bisa dijelaskan dengan logika atau akal sehat. secara garis besar praktek yang dipakainya adalah, pertama mendiagnosa penyakit dengan menggunakan tenaga prana.setalah mengetahui penyakit apa dan di mana terdapatnya penyakit yang diderita pasien itu, langkah selanjutnya adalah mengeluarkan (menguras) semua sisa - sisa obat - obat paten (pabrik) yang pernah dikonsumsi pasien sebelumnya, karena residu ( sisa obat ) yang tertinggal di dalam tubuh pasien mengandung bahan kimia. Bahan kimia itu sangat berbahaya dan bisa menimbulkan komplikasi penyakit lain didalam tubuh pasien. Pasien yang berobat kepadanya akan distop menggunakan obat - obatan yang menggunakan bahan - bahan kimia tersebut.
Kemudian dia mengobati bagian yang sakit itu dengan cara memijat daerah tertentu untuk mengaktifkan pembulu darah. Pengaktifan pembulu darah ini untuk menghilangkan penyakit. setelah itu ia memberi obat - obatan atau ramuan yang terdiri dari jahe dan madu. Kalau perlu pasien pun diminta (disuruh) melakukan senam sebagai terapi menuju penyembuhan total.
Jadi langkah - langkah parkatek yang dilakukannya baik cara atau teknik maupun ramuan (sebagai obat) yang diberikan sangat logis dan bisa dijelaskan dengan ilmiah.
Passien yang datang ke pendopo Eyang agung dibatasi hanya 400 pasien / hari. Mereka berasal dari berbagai pelosok tanah air dan juga manca negara seperti Singapura,Malaysia,Korea,Arab Saudi, Australia dan inggris. Penyakit yang diderita pasien bermacam - macam.Misalnya stroke,jantung koroner,vertigoo,kelainan saraf dan komplikasi berbagai macam penyakit.Apapun jenis penyakitnya Eyang Agung bersedia mengobatinya dan hasilnya cukup menggembirakan.
Dalam menangani banyak pasien Eyang Agung tidak pernah lelah meski ia harus berdiri dari pagi hingga sore bahkan sampai malem. Ia hanya dibantu oleh beberapa orang asisten untuk melanjutkan pemijatan kepada pasien yang sudah didiagnosannya. Yang unik dalam mengobati pasien itu Eyang Agung selalu mengajak pasien bercanda, bergurau sambil mendegarkan musik campur sari karyanya sendiri. Maka tak heran ruang prakteknya itu full music. Satu hal yang patut diacungkan jempol adalah ia selalu memperlakukan pasienya sama semuanya. Tidak ada diskriminasi atau diistimewakan, baik dia itu orang kaya, orang miskin,pejabat atau pengangguran. Semua sama. Yang datang duluan mendapat giliran pertama dan yang datang belakangan mendapat giliran belakangan. Siapapun pasiennya tetap diberi pelayanan yang sama.
Kalau pembaca mempunya keluhan dalam kesehatan dan ingin berobat dengan cara alternatif artikel ini mungkin dapat menjadi rekomendasi untuk anda. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H