Lihat ke Halaman Asli

Kadar Perasaan

Diperbarui: 27 November 2022   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah sampai di fase berpikir meskipun dia tidak ada, aku akan baik-baik saja tanpa dia. Benar, cinta itu ada waktu kadaluarsanya. Dan tidak salah jika perasaan juga punya kadarnya.
Cerita kali ini yang aku kira berbeda, ternyata sama-sama menyakitkan namun berbeda cara. Bersama dia, ternyata lebih menyesakkan. Awalnya, ku kira aku yang salah. Aku berpikir, mungkin cara menyayangiku yang salah. Aku menyayangi dia dengan segenap perasaan. Sampai-sampai perasaan lain coba ku tepikan.
Saat dia melakukan kesalahan-kesalahan kecil, aku coba memakluminya. Aku coba memahami semua tingkahnya. Dan aku sadar, aku hanya menyakiti diri sendiri. Membuat nyaman orang lain dan diri sendiri yang harus merasakan sesaknya sama saja seperti bunuh diri.
Aku mengatakan padanya bahwa aku tidak akan kemana-mana apapun keadaanya. Tapi, aku tidak pernah menyangka bahwa keadaanya akan se menyesakkan ini. Aku selalu mengatakan padanya bahwa aku akan selalu ada, tidak akan membiarkan dia merasa sendiri. Namun, aku tidak menyangka bahwa akan berakhir seperti ini.

Pergi? Tentu saja aku ingin. Tapu aku tahu dia tidak akan membiarkan aku melakukannya. "aku sangat menyesal, dan aku akan belajar dari kesalahan kali ini", dia akan mengatakan itu. Bukankah ini adalah hubungan orang dewasa? Orang dewasa tidak akan mudah memaklumi sebuah kesalahan. Karena orang dewasa tidak pernah mengharapkan kesalahan.
Aku membencinya, namun aku juga tidak ingin melihat dia tidak baik-baik saja. Jika kalian berada dalam posisi ini, kalian akan bagaimana? 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline