Lihat ke Halaman Asli

Mengapa, Bagaimana,... tapi Siapa?

Diperbarui: 16 Agustus 2016   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhir pekan lalu, dalam sebuah kegiatan bertajuk Midori-Camp, rekan senior Midori menyampaikan materi tentang Pribadi Muslim. Visi adalah salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang Muslim Ideal…nah dalam bahasan ini pula beliau menyampaikan bahwa Visi hanya akan menjadi halusinasi bila tidak disertai dengan aksi.

Hari ini, lihat rak buku iseng tertarik ingin tahu apa pesan PFD dalam bukunya The Daily Drucker. Ternyata, untuk tanggal ini beliau memberi judul `Converting Strategic Plan to Action : The best plan is only good intentions unless it degenerates into work`. Dalam isi pesannya beliau mengatakan `The distinction that marks a plan capable of producing results is the commitment of key people to work on specific tasks.`

Yap, dua point diatas sebenarnya bukan `nilai` yang baru meskipun di dua momen itu `efek nasihat` nya cukup kuat, terlebih keduanya mencuat dalam rentang waktu yang dekat.

Jadi teringat juga dengan diskusi di salah satu milis terkait salah satu point dalam buku `Menjadi Bangsa Pintar` dimana Pa Heppy Trenggono menyebutkan dibukunya itu bahwa `Bangsa Pintar bertanya bagaimana, bangsa Bodoh bertanya mengapa` .

Alhamdulillah, salah seorang rekan milis berkomentar bahwa kedua pertanyaan itu, bagaimana dan mengapa, sama-sama penting sehingga tidak bisa dipisahkan seperti itu. Dengan menemukan jawaban `mengapa` kita akan dapatkan alasan dan mengarah kepada strategi mengatasi masalah, dengan mencari jawaban `bagaimana` kita lebih jauh dapat menetapkan langkah-langkah bagaimana merealisasikan strategi tersebut. Betul! sy sepaka, diskusi mengapa dan bagaiman adalah diskusi yang sangat penting.

Namun faktor paling penting dan menentukan terjadinya transformasi atau perubahan adalah dengan mendapatkan jawaban dari pertanyaan `siapa ?`.

Siapa yang siap melakukan strategi tersebut? Siapa yang siap maju dari ranah diskusi mengapa, menuju ranah diskusi bagaimana, lalu dengan mantap berkata,

saya akan melakukannya! saya akan memperjuangkannya!

(catatan lama waktu sekolah dulu, Midori adalah semacam rohis kami komunitas muslim Indonesia di Tokodai / Tokyo Tech.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline