Lihat ke Halaman Asli

Cara Tubsat Versi RDE?

Diperbarui: 14 Agustus 2016   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

Salah satu rekan dalam delegasi kunjungan ke Rusia kali ini adalah Pak Kris Dewanto dari LAPAN. Sarjana alumni amrik dari beasiswa Habibie ini telah kerja di LAPAN sekitar 25 tahun. Naah..dalam salah satu diskusi beliau cerita tentang pengalaman transfer teknologi pembangunan satelit pertama lapan yang bernama LAPAN-TUBSAT1.

Awalnya pihak LAPAN mendatangi pemerintah Jerman membicarakan kemungkinan `belajar` bikin satelit. Setelah mendengar apa yang diinginkan pihak LAPAN, pemerintah JErman nunjuk satu professor di TU Berlin…”Silahkan berguru ke professor ini klo memang mau belajar tentang satelit yang dimaksud”, kurang lebih begitu arahan dari pemerintah Jerman. 

Maka LAPAN langsung mengkontak Professor tersebut dan akhirnya deal proses belajar dimana LAPAN akan bikin satelit langsung di bawah arahan professor tersebut. Klo sy gak salah ingat harga total proyek tersebut, termasuk bayar Pak Prof. nya beberapa  milyar rupiah. Dari sisi LAPAN dipilihlah 30 orang dimana mereka secara bergantian berkunjung ke TU Berlin ketika memang tahap pengerjaan sedang pada tahap bagian keahlian mereka, hanya ada 4 orang yang terus berada disana selama 1.5 tahun tersebut mengikuti semua proses pembangunan satelit tersebut. Akhirnya satelit tersebut beres dibangun dalam waktu yang direncanakan…sekarang dikenal dengan nama LAPAN-TUBSAT1 (TUB= TU Berlin).

30 orang yang terlibat aktif dalam proyek pembangunan TUBSAT menjadi modal SDM utama LAPAN untuk membangun satelit-satelit selanjutnya secara mandiri.

Bagaimana dengan RDE?

Pengalaman tahap desain di tahun 2015 sesungguhnya sangat luar biasa…ilmu tentang desain HTGR yang kita terima sangat banyak dan ini terdokumentasi dengan baik dalam dokumen-dokumen hasil tahun 2015. Meskipun memang ilmu ini belum sampe pada tahap how-to, gimana cara bikinnya? masih pada tahap konsep desain dari HTGR dan konsep analisis keselamatannya. NUKEM sebagai salah satu konsultan dalam proses ini mungkin telah berperan sebagai TU Berlin dalam proyek TUBSAT, representasi dari ilmu dan pengalaman berbagai institusi jerman (baik kampus seperti Julich, ataupun industri seperti  SIEMENS).

Selanjutnya RDE akan masuk pada tahap EPC, inilah tahap yang penting bagi kita untuk benar-benar bisa belajar bagaimana bangun sebuah HTGR. `Kita` disini tidak terbatas hanya pada pihak BATAN tp juga pihak-pihak lain misalnya dari industri nasional yang memang akan mendukung pengembangan industri nuklir Indonesia berbasis teknologi RDE ini. Siapa memainkan peran sebagai TU Berlin ? Hingga saat ini belum fix, meskipun kemungkinan besar BATAN mewakili Indonesia akan bekerjasama dengan ROSATOM sebagai wakil dari Rusia dalam skema G-to-G cooperation. Siapa Tim30 yg berperan penting menangkap semua ilmu, pengalaman, dan know-how dari proses pembangunan RDE ini? 

Hmm..siapapun dan bgmn pun caranya, perlu menjadi target (selain target dasar yaitu RDE berdiri dan beroperasi, juga kita bs jd operator) bahwa setelah pembanguna RDE ini, kita telah cukup ilmu dan pengalaman untuk bisa membangun sendiri secara mandiri. Mungkin tidak semuanya bisa dibikin dari dalam negeri, tapi kita sendiri yang bisa menentukan mana yang perlu didatangkan dari luar dan mana yang bisa dibuat didalam negeri…yg jelas reaktor berbasis RDE kedepan harus berlabel `made* by Indonesian`! Dengan begitu, kedepan kita bisa melanjutkan sejarah HTGR dan menjadi pemain didalam sejarah tersebut. Melanjutkan gambar dari Prof. Klostermann di TU Delft tentang kiprah menuju penguasaan dan komersialisasi teknologi HTGR, kedepan semoga `sejarah` berikut bisa diwujudkan.

Melihat demand listrik Indonesia yang besar dan distributed, reaktor berbasis RDE kedepan bs jadi pemasok kebutuhan listrik yang fleksibel baik untuk Indonesia timur dengan daya kecil-kecil (orde 50-100MWe) atau Indonesia barat yang perlu orde Giga dengan mengaplikasikan skema modular. Ketika ini terjadi…seharusnya kita gak lagi cuma jadi `penonton`, semoga!!

(reblog dari catatan dinas ke Moscow awal tahun ini)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline