Suatu ketika salah seorang teman mempertanyakan keabsenan salah satu teman (genk) di salah satu grup yang sering kali sudah tidak pernah terlihat dalam setiap event di medsos bersama dengan kami.
Demikian pula jika ada acara seperti reuni, sebut saja si "A" ini tidak pernah lagi duduk satu meja. Ternyata pemandangan ini menjadi tanda tanya besar dan keingin-tahuan bagi sebagian orang. "kenapa nga gabung sama temen-temen genk nya sih"?. Pertanyaan ini dilontarkan teman laki-laki yang kepo banget().
Tentu saja saya tidak bisa menjelaskan kronologisnya secara rinci, disamping bisa menjadi bahan gosip bahkan bisa jadi 'ghibah'.
Dalam menjalin suatu pertemanan tentu tak lepas dari plus-minus masing-masing karakter. Persahabatan yang sudah berlangsung lama, tidak menjamin bisa mengetahui atau membaca keseluruhan karakter seseorang.
Namun, seiring berjalannya waktu dan intensitas pertemuan, lambat laun, sifat asli masing-masing akan terlihat, dan kamu harus siap jika beberapa di antaranya ternyata memberi dampak buruk.
Teman yang kerap membuat suasana atau suatu hubungan menjadi lebih keruh, selalu memandang orang lain memiliki sifat buruk dan selalu berfikir negatif terhadap orang lain, juga suka merendahkan, mempermainkan dan menjadikan teman sebagai bahan gosip serta senang membuat ketidak nyaman, inilah yang disebut dengan racun dalam pertemanan (toxic friendship).
"Teman toxic juga tak segan menyakiti, membanding-bandingkan dan memperlakukan kita sebagai sekadar alat untuk mencapai tujuan pribadinya dan memperoleh kepuasan baginya. Bisa jadi ketika sedang berkumpul dan salah satu diantara teman tidak hadir, maka ketidak hadiran teman itu akan dijadikan bulan-bulanan serta kesempatan baginya untuk mengadu domba diantara satu dengan lainnya.
Keadaan ini akan membuat suasana pertemanan menjadi keruh saling curiga mencurigai. Oleh sebab itu, sebaiknya kita harus menghindari apalagi memberikan dukungan ketika dia mulai menceritakan keburukan teman lain dan harus berani berkata "tidak", karena suatu saat bisa menjadi bomerang buat kita yg akan menjadi target berikutnya.
Nah, jika memiliki teman toxic seperti ini maka jangan sekali-kali mengumbar masalah pribadi/ keluarga atau informasi negatif tentang orang lain, karena bisa menjadi bahan baginya untuk menyebar luaskan rahasia kamu dan bahayanya akan menjadi komsumsi publik.
Jika kamu menghadapi teman yang toxic seperti ini, tidak perlu mengambil cara-cara yang dramatis atau bertengkar hebat dengannya, apalagi saling sindir di media sosial. Lebih baik minimalkan interaksi dengan dia, karena perbuatan ini justru akan merendahkan martabat kita sendiri bahkan bisa menyedot energi kita. Jadi anggap saja "dia"tidak sekelas dengan kita. Kalau istilah anak sekarang, "ngak level!"
Orang yang memiliki sifat 'toxic' ini biasanya memiliki sejarah kekerasan verbal di masa lalu atau kurangnya kasih sayang yang didapatkan dari keluarga dan bisa jadi pernah mengalami kekerasan fisik.