Lihat ke Halaman Asli

Tryvenya Regyana Shintya

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fenomena Korean Wave, Hegemoni Budaya K-Pop di Indonesia

Diperbarui: 5 Januari 2022   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baru-baru ini Fenomena Korean Wave begitu populer di tengah masyarakat dunia. Doobo Shim dalam artikelnya yang berjudul Hybridity and The Rise of Korean Popular Culture in Asia yang dimuat dalam Jurnal Media, Culture & Society Volume 28 (1) (2006) menuliskan bahwa Korean Wave atau Hallyu merupakan istilah untuk menyebut budaya pop Korea Selatan yang secara global telah tersebar ke berbagai negara di dunia, tanpa terkecuali Indonesia. Hal ini lah yang kemudian menjadikan budaya Korea Selatan sebagai budaya populer.

Produk Korean Wave dapat dengan mudah ditemukan dalam serial K-Drama, K-Film, K-Pop, K-Fashion, K-Food, dan K-Beauty. Dimana produk-produk tersebut sangat cepat diterima oleh masyarakat, terutama generasi muda. 

Adapun popularitas budaya Korea didukung oleh pemanfaatan teknologi komunikasi yang dapat diakses dengan mudah, seperti internet dan media sosial. Selain itu, budaya populer juga tersebar berkat adanya campur tangan media massa, baik media cetak maupun media elektronik.  

Sari Yuanita dalam bukunya yang berjudul Korean Wave dari K-Pop Hingga Tampil Gaya ala Korea (2012) menyebutkan bahwa Korean Pop atau K-Pop merupakan sebuah jenis aliran musik yang berasal dari Korea Selatan. Musik tersebut identik dengan nuansa lagu yang ceria dengan tempo cepat, dan diiringi modern dance, serta menggunakan bahasa campuran Korea dan Inggris pada liriknya.

Musik K-Pop menjadi salah satu produk hiburan Korean Wave yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan berkali-kali telah diadakan pergelaran konser musik K-Pop di Indonesia. Tidak hanya itu, saat ini banyak brand yang menggunakan artis Korea sebagai bintang iklan. 

Kepopuleran K-Pop tersebut menunjukkan adanya aliran budaya populer dari Korea ke negara Indonesia. Sehingga perlahan namun pasti, budaya lokal pun mulai tergerus oleh hegemoni budaya K-Pop.

Menurut Gramsci, hegemoni yaitu suatu organisasi konsesus dimana penyerahan dicapai melalui akuisisi idealis kelas yang menghegemoni. Artinya, kelompok yang terhegemoni setuju dengan nilai-nilai idealis penguasa. 

Dalam hal ini, hegemoni budaya K-Pop mampu menggeser tren selera musik di Indonesia dari Western menjadi K-Pop. Selain itu, gaya hidup seperti pola berfikir, cara berbusana, tren kecantikan, bahasa dan gaya berbicara pun mulai terpengaruh dengan budaya K-Pop.

Hegemoni K-Pop menunjukkan sebuah dominasi budaya populer Korea yang begitu luas terhadap budaya dan tren di kalangan generasi muda. Adanya dominasi tersebut menyebabkan berkurangnya minat dan kecintaan generasi muda terhadap budaya lokal. Padahal, menjaga dan melestarikan budaya lokal merupakan tugas generasi muda. 

Semestinya, generasi muda dapat menggunakan teknologi komunikasi secara bijak, supaya tetap mengikuti perkembangan zaman, tanpa tergerus arus globalisasi. Hal ini penting untuk menghindarkan diri dari jebakan partai kapitalis yang ingin berkuasa, melalui penyebaran budaya populer.

Penulis : Tryvenya Regyana Shintya, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline