Lihat ke Halaman Asli

Try NurahmadSlamet

Saya adalah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dan saat ini masih menempuh semester 2

Teori Konstruktivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Diperbarui: 29 Juni 2024   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kata konstruktivisme berasal dari kata konstruk dan isme. Konstruktif adalah proses membangun, memperbaiki dan membina. Sedangkan istilah Isme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengertian atau aliran. Biasanya, teori konstruktivisme tidak menganggap sains sebagai kumpulan fakta, prinsip, dan definisi yang harus diingat. Sebaliknya, konstruktivisme berpendapat bahwa manusia harus menciptakan pengetahuannya sendiri, sehingga dapat menambah nilai emosional dan mengeksplorasi pengetahuan melalui penyelidikannya sendiri, seperti penelitian. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut teori konstruktivisme, pembelajaran bukanlah proses mentransfer pengetahuan; sebaliknya, siswa harus membuat atau membangun pengetahuan mereka sendiri. Dengan demikian, siswa harus dapat menjalankan pusat pembelajaran secara mandiri. Dalam teori konstruktivisme, guru dan pendidik hanya berfungsi sebagai fasilitator. Akibatnya teori belajar ini memunculkan berbagai pendekatan, model dan metode yang berpusat pada siswa atau mahasiswa.

Teori pengetahuan konstruktif yang merupakan salah satu cabang filsafat pengetahuan menitikberatkan pada hasil ciptaan. Menurut konstruktivisme, pengetahuan berasal dari konstruksi kognitif atas realitas yang terjadi selama pelaksanaan tugas atau aktivitas sehari-hari. Dalam hal ini, konstruktivisme mengedepankan gagasan bahwa siswa harus mempunyai kesempatan untuk belajar sendiri dan meningkatkan kemampuan yang ada. Dalam proses belajar mengajar, guru atau pendidik tidak hanya membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan yang ideal.

Intinya, konstruktivisme adalah teori belajar yang mengklaim bahwa siswa dapat mengembangkan keterampilan, kompetensi, atau pengetahuan secara mandiri.

Pendidik dapat membantu mereka melakukan ini dengan menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran dan tindakan yang diperlukan untuk mengubah siswa. Konstruktivisme adalah filosofi pembelajaran kontekstual yang percaya bahwa manusia menciptakan pengetahuan. Menurut Jacqueline G. Brooks dan Martin G. Brooks, pengertian pembelajaran konstruktivis adalah pengetahuan yang tidak mutlak, berubah seiring berjalannya waktu, dan bersifat ambigu. Ini disebabkan oleh keyakinannya bahwa proses belajar terdiri dari pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman, refleksi, aktivitas kolaborasi, dan interpretasi. Melalui pembuatan makna berdasarkan pengalaman, pemikiran, dan refleksi, Metode ini mendorong partisipasi aktif individu dalam penciptaan pengetahuan dan pemahaman.

Teori konstruktivisme juga dikenal sebagai pembelajaran generatif. Artinya, proses belajar menciptakan nilai dari pengetahuan yang diperoleh. Gagasan konstruktivisme dalam teori pembelajaran sering dikaitkan dengan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Konsep utama ini memfasilitasi perolehan pengetahuan sebagai titik awal pembelajaran, siswa memiliki preferensi terhadap pembelajaran yang tercermin dalam tindakan dan aktivitas, dan guru. Akibatnya, teori konstruktivisme berpusat pada cara orang menciptakan pengetahuan dengan menggunakan konteks dan pengalaman pribadi mereka untuk memahami dunia.

Teori konstruktivisme adalah teori belajar yang mengutamakan pembuatan dan pembangunan dari apa yang telah dipelajari. Kegiatan membangun (konstruktif) dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dan meningkatkan kecerdasannya. Teori belajar konstruktivisme telah didefinisikan oleh banyak ahli. Hill mendefinisikan konstruktivisme sebagai proses menciptakan makna dari apa yang telah dipelajari.

Shymansky menyatakan bahwa teori konstruktivisme menggambarkan belajar sebagai aktivitas aktif di mana siswa belajar sendiri, mencari tahu apa yang sudah mereka ketahui, dan membuat kerangka berpikir sendiri untuk menyelesaikan ide dan konsep baru. Karli dan Margareta adalah ahli lain yang memahami teori belajar konstruktivisme. Menurut teori ini, belajar dimulai dengan konflik kognitif, dan siswa kemudian membuat pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

Kebanyakan guru menggunakan sistem pembelajaran satu arah dalam proses ini. Namun, jika itu tidak menghasilkan hasil, guru dapat menggunakan pembelajaran membangun atau kontruktivisme. Disarankan agar siswa menggunakan bahan ajar dan media yang tersedia untuk belajar secara aktif. Dalam penerapannya, setiap orang belajar dengan cara membentuk pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, teori belajar ini fokus pada mengadaptasi informasi baru melalui pengalaman sebelumnya.

Dengan menerapkan teori konstruktivisme dalam pembelajaran, tujuan adalah untuk mendorong peserta didik untuk berpikir, berpikir ulang, dan menunjukkan ide-ide mereka dalam situasi dunia nyata.

Salah satu elemen penting dalam proses belajar adalah perubahan, terutama dalam hal konsep. Di sinilah perubahan terjadi: tahap pertama, asimilasi, dan tahap kedua, akomodasi. Dalam tahap pertama, siswa menggunakan ide-ide yang sudah mereka miliki untuk menghadapi fenomena baru, sementara dalam tahap kedua, siswa mengubah ide-ide yang tidak sesuai dengan fenomena baru. Oleh karena itu, bahkan dalam domain teori konstruktivisme, perubahan masih merupakan tujuan utama. Sementara itu, jika ditinjau dari tujuan teori konstruktivisme, terdapat beberapa tujuan lain yang perlu dipahami, antara lain : 

1.Merangsang Berpikir Inovatif

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline