Untuk kamu yang sudah masuk ke dunia kerja, pasti pernah merasakan kondisi emosional. Kondisi dimana kamu merasa capek baik jiwa maupun raga. Tetapi, karena bekerja itu wajib jadinya kamu tetap kerja walaupun ada rasa lemas dan kurang semangat bahkan pada saat bekerja rasanya semua kerjaan salah. Pernahkah kamu mengalami hal semacam ini?
Jika iya mungkin kamu lagi ngalamin yang namanya job burnout. Sebenarnya rasa burnout atau stres kerja itu wajar apalagi melihat waktu yang dipakai untuk kerja saja delapan jam atau sepertiga dari hidup kita.
Apalagi di masa-masanya kerja dari rumah ini, kerjaan datang tanpa ada hentinya, bukan? Nah, diartikel kali ini akan membahas mengenai stres kerja atau job burnout, mengapa bisa terjadi dan dampaknya apa sampai bagaimana cara kamu bisa mengatasinya.
Apa itu Stres Kerja?
Sinambela, Greenberg & Barton, Luthans (dalam Permatasari & Prasetio, 2018 : 89) menyatakan bahwa stres kerja ialah keadaan ketika seseorang mendapat tekanan dalam pekerjaan dan lingkungan kerjanya sehingga orang tersebut merespon secara negatif dan merasa terbebani dalam menyelesaikan kewajibannya.
Sedangkan job burnout adalah kondisi kelelahan secara fisik atau psikis karena stres yang berkepanjangan atau terjadi secara berulang akibat pekerjaan. Ciri-cirinya tidak beda jauh dengan namanya "burnout" alias habis terbakar.
Energi kita secara fisik maupun psikis rasanya sudah tidak ada lagi, tetapi masih harus kerja. Ibarat kendaraan, sudah tidak ada bahan bakarnya tetapi masih dipaksa untuk hidup dan jalan.
Kendaraannya dipaksa setengah hidup dan setengah mati, sama halnya dengan kamu kalau dipaksa kerja dengan kondisi seperti itu antara mau dan tidak.
Kalau kamu bekerja dengan kondisi seperti itu, dampaknya dibagi dalam dua hal yaitu pertama kamu bekerja secara tidak maksimal dan yang kedua pasti tumbuh perasaan negatif ke pekerjaan sendiri. Yang dulunya senang terhadap pekerjaannya, sekarang justru sebaliknya.
Stres dan burnout bisa dikatakan serupa tetapi tidak sama. Meskipun keduanya sama-sama terjadi karena adanya tekanan. Psikolog Herbert Freundenberger memperkenalkan istilah burnout pada tahun 1970-an. Istilah tersebut menggambarkan seseorang yang sedang mengalami kondisi stres parah hingga memicu kelelahan mental, emosional dan fisik.