Lihat ke Halaman Asli

Manusia sebagai Komentator

Diperbarui: 11 April 2016   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh Tri Handoko

Apapun yang kita lakukan, Baik ato Buruk, Benar Ato salah. Pasti kan selelu dikomen. Pancen menungsa duwe tutuk kanggo ngomong. Duwe mripat kanggo deleng. Jadi apapun yang terlihat oleh mata manusia pasti mulut kan berkomentar. Entah itu komentar baik ato buruk.

Nah kalo pada dasarnya memang seperti iku maka gak perlu lah kita bingung menanggapi komentar orang. Toh cuma komentar. Kita berhasil dia juga komentar. Kita gagal dia juga komentar. Kita diam saja dia juga berkomentar.

Benar kata Pak Dahlan Iskan : " Seribu kalipun saya berbuat baik Orang akan tetap mencari kesalahan saya... ". Jadi gak perlu lah kita dengerin apa kata orang. Yang penting kita sudah dijalur yang benar. Dan buktikan jika kita kan berhasil, sukses, dan bisa mandiri. Anggap saja komentar komentar itu sebagai motivasi tak perlu lah ditanggapi. Bikin hilang saja energi. Lebih baik untuk berpikir kedepan yang lebih baik.

Maka pengendalian diri harus terus dipupuk. Jaga emosi jaga Ego. Berpikir secara rasional, optimis dan realistis walau kantong tipis. Tak usahalah menangis histeris.

Satu hal yang perlu diingat. Lawan emosi dengan dengan rendah hati. Jangan dilawan dengan emosi pula. Sebab Magnet pun bisa bersatu kalau beda kutub. Tinta spidol bisa menempel di papan tulis karena ada adesi dan kohesi. Maka dalam hal emosi pun harus direspon dengan dengan lawan jenisnya supaya cepet bubar. Damai dan tenteram.

 Ciri dewasa adalah bisa mengendalikan diri. Melawan Okol dengan Akal Sehat.
 (red-@Handocoe_HanCel)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline