Apakah penentu keputusan seseorang? Satu sumber sajakah atau lebih dari itu?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Sabtu, 06 Mei 2023
Inti pembahasan tulisan kita kali ini adalah bagaimana keputusan dari seseorang, yang merupakan manusia. Hal tersebut karena orang adalah sama artinya dengan manusia.
Keputusan adalah suatu yang sudah pasti berdasarkan berbagai pertimbangan, atau malah langsung pegang prinsip sendiri dan pasti kemungkinan besar akan dilaksanakan atau eksekusi di lapangan. Dalam pengambilan keputusan bisa jadi ada yang butuh waktu lama karena mempertimbangkan satu dan lain hal. Bahkan ada yang hanya sekejap saja seperti kecepatan cahaya muncul dan lalu di putuskan.
Semua kembali dari diri sendiri karena semua itu beda, unik dan itulah modal persatuan. Seperti yang dituliskan pada sila ketiga pancasila kita, yaitu: persatuan Indonesia. Bersatunya masyarakat Indonesia dari berbagai perbedaan yang bahkan agama saja berbeda, apalagi yang lainnya seperti suku, jenis kelamin, bahasa, termasuk beda pulau, dan lain sebagainya.
Tapi, alangkah lebih baik dan tepat jika keputusan diambil lebih cepat, serta siap menanggung segala resiko yang ditimbulkan. Itu tidak baku, kembali lagi kepada masing-masing individu. Mulai dari cara berpikir, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Semua unik, indah dan menarik, pasti adanya.
Masuk kita pada inti pembahasan, apakah penentu keputusan seseorang itu? Penentu seseorang dalam pengambilan keputusan ada berbagai macam atau ragam. Dari segi jumlah referensi atau bacaan, bisa jadi lebih dari 50, 100, bahkan bisa jadi 1.000 lembaran halaman. Bisa juga dari segi bidang pengetahuan beragam. Ada yang dipengaruhi bidang keagamaan, politik, hukum, dan masih banyak lagi.
Apalagi itu dari segi tingkatan pendidikan sangat beragam. Hal tersebut karena tingkat pendidikan itu banyak jenisnya. Mulai dari tingkat usia dini, dasar, menengah dan bahkan hingga tingkat tinggi, sampai katanya pada tahap tertentu pantas dan layak menciptakan teori katanya.
Begitu juga dari segi jenis kelamin pasti lah berbeda. Apalagi jenis kelamin, tidak hanya ada satu, melainkan hanya pasti ada dua, untuk saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Jika lebih dari itu, pantas jika orang tersebut dilabeli penyesat dan sangat tersesat. Harus segera di rawat, mungkin di rumah sakit jiwa kali ya yang tepat.
Perbedaan dasar perempuan dari segi pengambilan keputusan dengan laki-laki terletak dari perasaan dan logika. Adanya kecenderungan perempuan lebih bermain di hati atau perasaan. Sedangkan laki-laki lebih ke arah logika. Tapi, alangkah lebih baik jika bercampur keduanya. Bukan dalam artian menciptakan jenis kelamin ketiga, keempat, kelima, atau yang lainnya kata si penyesat itu.