Lihat ke Halaman Asli

Apakah Emosi adalah Amarah dan Marah? Betulkah?

Diperbarui: 24 April 2023   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apakah emosi adalah amarah dan marah? Betulkah?

Oleh: Try Gunawan Zebua

Gunungsitoli, Senin, 24 April 2023

Pada kehidupan kita saat ini, telah beredar suatu konsep dimana jika seseorang yang marah adalah orang yang emosi. Dalam artian bisa disimpulkan bahwa orang yang marah atau suka marah adalah emosi. Amarah adalah wujud kemarahan dari seseorang, dimana ada marah disana. Marah ini memiliki kecenderungan adalah saat seseorang banting-banting meja, kacau-kacau kan meja dan barang-barang, pecahkan barang-barang, lempar-lempar barang-barang, dan sebagainya yang cenderung kepada sesuatu yang memiliki sifat merusak dan membinasakan, sehingga orang begitu benci dan menjauhi hal tersebut. Sehingga marah termasuk ke dalam jenis sesuatu yang negatif karena merusak dan pasti akan di hindari.

Itulah marah yang saya lihat dari sekeliling kita. Sampai-sampai warna merah, digambarkan sebagai sesuatu yaitu marah juga. Itu salah satunya karena seperti darah yang berwarna merah, sangat bergairah, bersemangat, sampai kepada pertumpahan darah yang tidak sedikit dan waktu lama. Ada juga merah adalah marah yang jika dikaitkan dengan makanan, akan bersifat berupa ingin makanan disitu, bahkan kalau bisa beli semua makanan dan minuman disitu.

Ada juga marah yang katanya jika dari segi tinggi atau rendahnya suara, disimpulkan dengan nada tinggi. Seolah-olah jika seseorang bersuara tinggi, lantang, keras, dan tegas, maka orang tersebut disimpulkan pasti lagi marah. Menurut pengamatan saya, hal tersebut tidak dapat dijadikan kesimpulan secara umum. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena ada daerah tertentu memang kalau berbicara itu keras sekali, dan juga ada yang lembut sekali, dimana terlalu lembutnya sampai saya tidak atau kurang mendengarkannya. Di daerah orang yang berbicara kerasnya minta ampun, bisa jadi dan pasti, suara mereka yang keras itu bukan marah. Malah mereka terbiasa jika bersuara itu harus dengan keras, kalau tidak mereka akan menganggap aneh.

Malah ada yang ketawa-ketawa sambil suaranya keras sekali. Begitu di tanya anda sedang marah? Tidak katanya, itu sudah kebiasaan mereka. Malah kemungkinan besar dan pasti, jika ada orang datang ke daerah mereka dengan suara kecil saat bicara, mereka akan menertawakan karena terasa aneh dan beda dengan mereka.

Begitu juga di suatu daerah tertentu ada yang halus sekali sampai tidak kedengaran saat sedang menghentikan suatu angkutan umum. Saya malah bingung, bagaimana mereka kalau marah. Mereka saja kalau ngomongnya itu kecil sekali dan halus. Malah, jika di daerah mereka kita bersuara keras akan di marahi dan katanya seperti orang yang lagi marah. Ternyata sepertinya orang di daerah yang halus ini, cenderung jika marah di pendam dan dibiarkan musnah dengan sendirinya. Mereka tidak ada bercerita disana dan disini. Mereka tutup dengan serapat-rapatnya. Itu terbawa dari nada suara rendah, yang memiliki arti apapun masalah buruk harus di rendahkan atau ditutupi. Sehingga ada konsep bahwa mereka-mereka itu adalah penurut karena mereka tidak akan berteriak atau bersuara keras, seperti di daerah yang nada tinggi.

Sampai-sampai ada yang mengatakan karena terlalu lembut suaranya, suka pendam perasaan dan sampai ada yang mengaitkan bahwa di daerah mereka wanitanya cantik-cantik karena halusnya suara mungkin kali ya. Apalagi dari segi bentuk wajah laki-lakinya cenderung agak halus, tapi bukan perempuan, dibanding dengan daerah yang suaranya tinggi bentuk wajah laki-lakinya kayaknya sangat menyeramkan sekali. Rambut keriting, kulit agak hitam atau cokelat, muka agak kotak, dan bahkan layaknya seperti seorang monster yang siapa menerkam siapapun di waktu kapanpun.

Ada lagi dari segi tegak atau tidaknya badan saat berjalan. Ada kecenderungan mengatakan bahwa orang yang badannya tegak, jalannya lurus, selalu menatap ke depan dengan mata agak tajam, di sebut mungkin pembentuk marah. Ada keberanian disana, ada aroma darah sepertinya, ada ketegasan dan tanggungjawab, dimana suasana seperti itu layaknya sedang marah. Padahal bisa jadi malah tidak. Mungkin karena sudah terbiasa di lingkungannya dan bahkan tugas pekerjaaannya. Tapi, kecenderungan di arahkan ke situasi marah.

Lain juga, tidak terlalu tegap, tidak juga terlalu keras, dan sebagainya, bahkan ada yang dari generasi pertamanya dibiasakan menunduk, supaya terlihat rendah hati dan penyabar. Sepertinya agak ada suasana lembut, tetapi bukan kelembutan perempuan. Mungkin karena terbiasa lembut dan menunduk disana, prianya gak terlalu lembut namun kalau di bilang berani juga ya berani. Tapi, mungkin karena terbiasa lembut, jika terjadi seperti perkelahian, tidak sampai kedengaran 1 desa. Hanya jarak sekitar 1 sampai 2 meter di daerah mereka berselisih. Beda dengan yang sebelumnya, bukan hanya satu desa, bisa langsung satu dunia ini tahu kalau mereka sedang bertengkar. Padahal bisa jadi mereka tidak sebarkan di internet, tapi dari mulut ke mulut sampailah ke seluruh dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline