Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Kecemasan Menjadi Suatu Hal yang Wajar Terjadi, Terlebih di Masa Kini?

Diperbarui: 11 Mei 2022   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mengapa kecemasan itu menjadi suatu hal yang wajar terjadi, terlebih-lebih di masa kini?

Oleh: Trygu (Try Gunawan Zebua)

Gunungsitoli, 04 Mei 2022

Catatan: bagian sub bab dari bab 1 (Pendahuluan) rencana buku kesembilan yang lagi disusun (dengan judul: "Menggagas Konsep Kecemasan Belajar Matematika")

 

            Kecemasan tersebut dialami oleh siapapun tanpa terkecuali, bahkan bayi pun mengalaminya (sudah dijelaskan lebih detail pada tulisan sebelumnya di atas). Kecemasan pada masa kita masih bayi terjadi saat kita masih bayi dan dipisahkan dari orangtua (ibu) kita. Hal tersebut dinyatakan oleh Freud (2002:434), yaitu: bentuk kecemasan pertama muncul saat perpisahan dengan ibu. Hal tersebut dapat kita lihat, saat seorang bayi di gendong ke suatu tempat tertentu atau digendong oleh oranglain, bayi tersebut akan menangis atau meronta-ronta, bahkan menjerit. Jika bisa berbicara, bisa jadi si bayi akan mengatakan bahwa: "kamu siapa dan kenapa kamu mengendong saya, lalu menjauhkan saya dari ibu saya?". Jadi, saat seorang bayi dipisahkan dari seorang ibu, maka bayi tersebut akan mengalami kecemasan. Sehingga dari sejak kita bayi, kita sudah mulai mengalami kecemasan tersebut, apalagi jika kita sudah menjadi remaja, orangtua dan bahkan sampai kita meninggal dunia baru akan berakhir kecemasan tersebut. Itu terjadi karena saat kita meninggal kita tidak bisa berpikir lagi, tidak bisa merasa lagi, tidak bisa menyentuh dan bernafas lagi, dan sebagainya.

            Kecemasan tersebut dialami pada berbagai bidang kehidupan kita, dimana kecemasan yang terjadi dalam bidang atau hal keluarga disebut sebagai kecemasan keluarga, kecemasan yang terjadi dalam bidang atau hal kerja disebut sebagai kecemasan kerja, kecemasan yang terjadi dalam bidang atau hal belajar disebut sebagai kecemasan belajar, dan berbagai bidang atau hal dalam kehidupan kita yang lainnya. Bahkan ada kecemasan yang lebih spesifik atau khusus terjadi dalam bidang tertentu dari yang lebih luas sebelumnya, seperti kecemasan saat belajar matematika statistika disebut sebagai kecemasan belajar matematika statistika, dan lain-lain sebagainya. Sehingga kecemasan tersebut merupakan suatu hal yang wajar terjadi dan menimpa siapapun tanpa terkecuali. Kecemasan merupakan suatu hal yang wajar terjadi pada masa kini, dikatakan oleh Ekawarna (2018:240), dimana Ekawarna mengatakan bahwa: hidup di zaman modern penuh dengan kecemasan. Kecemasan menjadi suatu hal yang wajar terjadi pada masa kini atau di zaman modern ini.

            Kecemasan tersebut menjadi suatu hal yang wajar saja terjadi dalam kehidupan kita, lebih-lebih di zaman modern ini karena seluruh aspek atau bidang dalam kehidupan kita pasti tersentuh oleh kecemasan tersebut. Misalnya dalam kegiatan belajar di sekolah. Di sekolah pasti kita akan mengalami kecemasan, yang kemudian disebut sebagai kecemasan sekolah (karena terjadi di sekolah) atau kecemasan belajar (karena terjadi pada saat atau kondisi spesifik belajar di sekolah). Yang membuat kita mengalami kecemasan di sekolah saat belajar, yaitu: adanya nilai Ketuntasan Minimal atau KKM, dimana setiap pelajaran di sekolah pasti mematok nilai minimal yang harus bisa kita capai supaya bisa dikatakan lulus atau tuntas pada mata pelajaran tersebut. Hal tersebut membuat kita menjadi cemas, dimana kita menjadi khawatir atau gelisah, lebih-lebih saat ujian maupun ulangan, atau mungkin ada hal lain yang menjadi tolak ukur atau indikator penentu berapa besar nilai yang telah kita peroleh untuk dibandingkan dengan nilai minimal tersebut.

            Tetapi jika nilai minimal tersebut tidak diberikan, siswa atau anak-anak di sekolah akan menjadi seenaknya dalam melakukan setiap kegiatan di sekolah. Tidak ada taget atau sasaran ke depannya. Siswa menjadi acuh-tidak acuh dengan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Tidak ada pendorong atau motivasi siswa dalam belajar. Selain di sekolah, kecemasan juga dapat kita temukan pada dunia bisnis atau disebut sebagai kecemasan bisnis. Pada kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari ada saja yang membuat kita mengalami kecemasan. Misalnya masalah harga yang kita berikan murah atau mahal. Jika harga barang yang kita berikan tersebut murah, maka akan banyak yang membeli. Tetapi, jika harga barang yang kita berikan lebih mahal dari pada yang ditawarkan oleh penjual lain, akan menyebabkan kita menjadi sepi pembeli dan bahkan sampai kita menggulung tikar, atau dengan kata lain bangkrut (jika dibiarkan secara terus-menerus).

            Bisa jadi di zaman sekarang, kita memakan untung hanya Rp. 500., maupun hanya Rp. 1.000., Rp. 2.000., saja. Hal tersebut terjadi karena sekarang penjual sudah ada dimana saja, kemudian penjual mencari harga termurah bahkan didatangkan dari daerah lain yang bahkan beda pulau dan Negara. Asal harganya murah, barangnya bagus, cepat sampai dan tidak ada cacat sama sekali. Selain itu, untung yang kita makan murah karena pihak pemerintah, khususnya di bagian perdagangan tidak membatasi dengan tegas mana itu agen dan penjual eceran. Pada masa kini, agen bisa menjual secara langsung kepada pembeli secara eceran, sehingga harga bisa menjadi lebih murah. Dimana agen bisa menjual kepada pembeli sesuai dengan harga penjual eceran maupun lebih rendah sedikit atau sama persis dengan harga yang diberikan kepada pengecer. Sehingga lebih banyak orang membeli kepada agen dan membuat pengecer menjadi makan untung sedikit, bahkan sampai-sampai si pengecer bisa gulung tikar karena bangkrut. Hanya dalam hitungan beberapa hari, bulan, dan bahkan tahun jika dapat bertahan.

            Apalagi diperparah jika pengecer tidak melakukan inovasi dengan menjual produk di media sosial dan memberikan sarana pengantaran sampai ke rumah masing-masing pembeli. Hal tersebut terjadi karena di masa kini, para penjual cenderung menjual secara online sehingga toko-toko fisik menjadi tutup. Selain itu, ada saja penjual yang memberikan ongkos pengiriman ke rumah pembeli dengan harga yang murah dan bahkan gratis, atau dengan kata lain tidak dipungut biaya pengiriman (pengantaran) sama sekali. Kecemasan tersebut terjadi saat pembeli mengatakan bahwa harga barang kita lebih rendah dibandingkan penjual yang lain, kita tidak menjual online dan memberikan pengantaran gratis bagi para pembeli. Kita menjadi khawatir, takut atau gelisah akan nasib dagangan kita kedepannya. Selain dalam bidang sekolah dan bisnis, kecemasan juga dialami oleh orang yang dalam aktivitas atau kegiatan kerja, dimana kecemasan tersebut disebut sebagai kecemasan kerja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline