Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Literasi Matematika untuk Memperkenalkan Budaya Nias

Diperbarui: 5 Mei 2021   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pentingnya Literasi Matematika untuk Memperkenalkan Budaya Nias

Oleh: Try Gunawan Zebua

Gunungsitoli, 03 April 2021

Penilaian PISA (Programme for International Student Assesment) dalam Putra dan Vebrian (2020:1) mencakup pada penilaian tiga kompetensi, yaitu membaca (reading literacy), matematika (mathematical literacy), dan sains (scientific literacy). Prestasi Indonesia pada Penilaian PISA bagian bidang Matematika (mathematical literacy) adalah (Putra dan Vebrian, 2020:3) pada tahun 2000 Indonesia memiliki peringkat ke-39 dari 43 negara peserta, pada tahun 2003 Indonesia memiliki peringkat ke-38 dari 41 negara peserta, pada tahun 2006 Indonesia peringkat ke-50 dari 57 negara peserta, pada tahun 2009 Indonesia peringkat 61 dari 65 negara peserta, pada tahun 2012 Indonesia peringkat ke-64 dari 65 negara peserta, pada tahun 2015 Indonesia peringkat 62 dari 70 peserta, dan pada tahun 2018 Indonesia peringkat 73 dari 79 negara. Jika kita lihat dari prestasi bangsa kita Indonesia dalam bidang literasi matematika tersebut yang dinilai oleh PISA, maka dapat kita simpulkan bahwa kemampuan literasi matematika bangsa kita masih bisa dikatakan rendah karena masih berada pada bagian papan bawah atau prestasi bawah mulai dari tahun 2000 (awal) sampai tahun 2018.

Apakah itu literasi? Menurut Abidin, Mulyati dan Yunansah (2020:1), secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Kemudian menurut Abidin, Mulyati dan Yunansah (2020:1) mengatakan bahwa pengertian literasi selanjutnya berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Menurut Suwandi (2019:4) secara etimologis atau asal-usul kata, literasi berasal dari bahasa Latin literatus yang berarti 'learned person' atau "orang yang belajar". Selanjutnya Suwandi (2019:4) mengatakan bahwa hal ini didasarkan pada masa abad pertengahan yang memberikan suatu penilaian bahwa seseorang disebut "literatus" apabila orang tersebut dapat mahir membaca dan menulis dalam bahasa Latin.

Kemudian Suwandi (2019:6) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan literasi adalah seseorang yang bisa membaca, mau membaca, dan terbiasa membaca. Kemudian perkembangan defenisi literasi menurut Fisher dalam Suwandi (2019:8) mengatakan bahwa konsep dasar literasi mencakup tiga hal penting: membaca, berpikir dan menulis. Dari kedua pendapat di atas menurut Abidin, Mulyati, dan Yunansah serta Suwandi, maka dapat disimpulkan bahwa pada mulanya atau pada awalnya literasi itu adalah membaca dan menulis. Kemudian defenisi literasi berkembang karena digunakan pada berbagai bidang pengetahuan dan membentuk istilah baru, seperti literasi dalam bidang matematika disebut sebagai literasi matematika, literasi dalam bidang sains disebut sebagai literasi sains, dan lain-lain sebagainya.

Jenis dari literasi ada beragam atau berjenis-jenis, namun ada 6 jenis program literasi yang digalakkan pemerintah dalam Muti'ah, dkk., (2020:8), yaitu: 1). Literasi baca-tulis, 2). Literasi numerik (literasi matematika), 3). Literasi sains, 4). Literasi teknologi informasi dan komunikasi, 5). Literasi finansial, 6). Literasi budaya dan kewarganegaraan. Dari beberapa jenis literasi tersebut di atas, literasi matematika merupakan sesuatu hal yang penting atau berguna sekali. Hal tersebut karena matematika itu merupakan ratu atau pelayan ilmu. Selain itu, matematika ada dimana saja dan kapan saja, serta matematika itu digunakan dalam mengukur kemampuan seseorang apakah seseorang itu cerdas atau tidak. Hal tersebut dapat kita lihat dimana matematika digunakan dalam tes ujian masuk perguruan tinggi, ujian nasional (UN) saat masih diberlakukan dan bahkan saat melamar pekerjaan tertentu.

Menurut The Report of the Expert Panel on Student Success in Ontario 2004 dalam Abidin, Mulyati dan Yunansah (2020:100) menyatakan bahwa literasi matematis merupakan prasyarat untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan. Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa literasi matematika itu termasuk kedalam suatu hal yang penting sekali karena dapat menjadi prasyarat untuk bisa meraih kesuksesan dalam kehidupan. Sehingga mau-tidak mau, suka-tidak suka, senang-tidak senang, dan lain-lain sebagainya, kita sangat memerlukan atau membutuhkan kemampuan literasi matematika itu.

Apakah itu literasi matematika? Menurut Muti'ah, dkk., (2020:11) secara sederhana, literasi matematis adalah kemampuan untuk memahami dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2020:100) secara sederhana, literasi matematis berarti sebagai kemampuan memahami dan menggunakan matematika dalam berbagai konteks untuk memecahkan masalah, serta mampu menjelaskan kepada orang lain bagaimana menggunakan matematika. Dari pendapat Muti'ah, dkk., serta Abidin, Mulyati, dan Yunansah dapat kita simpulkan bahwa literasi matematis adalah kemampuan untuk memahami dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta kemampuan menjelaskan kepada orang lain bagaimana menggunakan matematika itu. Sehingga literasi matematika itu bukan hanya kita paham apa dan seperti apa matematika, tetapi juga dapat mengajarkan matematika kepada orang lain.

Buku literasi yang ditemukan oleh penulis yang dikaitkan dengan budaya masih berjumlah 1, yaitu literasi matematika yang dikaitkan dengan konteks bangka Belitung yang dituliskan oleh Yudi Yunika Putra dan Rajab Vebrian yang berjudul: "Literasi Matematika (Mathematical Literacy): Soal Matematika Model PISA Menggunakan Konteks Bangka Belitung. Selain Bangka Belitung, perlu juga untuk memberikan budaya daerah lain seperti Jakarta, Yogyakarta, dan bahkan budaya Nias. Nias merupakan suatu kepulauan dan suku yang terletak disebelah barat pulau Sumatera yang terdiri dalam 4 Kabupaten (Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kabupaten Nias Selatan) serta 1 Kota (Kota Gunungsitoli).

Suku Nias memiliki berbagai kebudayaan seperti lompat batu, bermacam-macam tarian (maena, sekapur sirih, dan lain-lain sebagainya), rumah adat, dan lain-lain sebagainya. Kebudayaan ini dapat dipromosikan melalui literasi matematika, dimana mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, terkhusus dalam hal suku atau kebudayaan Nias. Manfaat literasi berbasis budaya nias, yaitu: 1). Memperkenalkan budaya Nias bagi generasi selanjutnya dan bagi daerah lain, 2). Memperkuat atau menanamkan rasa bangga bagi suku nias, 3). Mempertahankan atau melestarikan kebudayaan Nias, serta 4). Membuat orang Nias memiliki prestasi atau kemampuan dalam hal matematika. Sehingga literasi matematika berbasis budaya nias perlu untuk dibuat atau diproduksi dengan sesegera mungkin.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline