Lihat ke Halaman Asli

Belajar agama: mandiri atau ikut kajian?

Diperbarui: 15 Desember 2024   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam perjalanan seseorang dalam memperdalam agama, sering kali muncul pertanyaan tentang mana yang lebih baik: belajar agama sendiri atau mengikuti kajian agama. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangannya, tergantung pada kebutuhan dan tujuan individu dalam mencari pemahaman agama. Belajar agama secara mandiri bisa menjadi pilihan yang menarik bagi banyak orang karena memberi kebebasan untuk memilih materi yang ingin dipelajari dan mengatur waktu belajar sesuai dengan kenyamanan masing-masing. Dengan membaca buku, menonton video melalui platform media sosial, atau mendengarkan ceramah, seseorang dapat menggali pengetahuan agama secara lebih pribadi, tanpa batasan waktu atau tempat tertentu. Namun, belajar agama secara mandiri juga tidak lepas dari risiko kesalahan dalam memahami ajaran agama. Tanpa bimbingan dari seseorang yang berkompeten, terkadang kita bisa terjebak dalam penafsiran yang keliru atau terlalu terfokus pada pemahaman yang sempit. Salah tafsir atau pengambilan hikmah yang tidak tepat bisa terjadi, terutama jika seseorang mengandalkan sumber-sumber yang kurang kredibel atau tidak memahami konteks ajaran agama yang lebih luas. Belum lagi jika lingkungan yang kurang mendukung.

Di sisi lain, mengikuti kajian agama bisa memberikan keuntungan yang lebih besar dalam memperdalam pemahaman agama secara lebih komprehensif dan terarah. Kajian yang dipandu oleh ulama atau ustadz yang berkompeten memungkinkan seseorang untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang ajaran agama, serta bisa langsung bertanya jika ada hal-hal yang tidak dipahami. Hal ini sangat membantu dalam memperjelas banyak konsep agama yang terkadang sulit dipahami hanya melalui pembelajaran mandiri. Kajian juga memberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan orang lain yg sefrekuensi, yang bisa memperkaya pemahaman kita melalui perspektif yang berbeda. Selain itu, berada dalam lingkungan kajian yang baik bisa memperkuat iman dan mempererat ukhuwah di antara umat, menjadikan seseorang lebih termotivasi untuk terus belajar dan beribadah. Namun, mengikuti kajian juga memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua kajian agama memiliki kualitas yang sama, dan terkadang ada pengajian yang tidak benar-benar mendalami topik secara kritis atau malah mengarah pada pemahaman yang kurang tepat. Oleh karena itu, memilih kajian yang tepat, dengan pengajar yang kompeten dan memiliki pemahaman yang sesuai dengan ajaran agama yang sahih, sangatlah penting.

Namun, meskipun kedua pendekatan ini memiliki keuntungan masing-masing, banyak orang yang merasa lebih efektif ketika menggabungkan keduanya. Belajar agama secara mandiri memberikan kebebasan untuk menelusuri ajaran agama dengan cara yang lebih pribadi dan mendalam sesuai dengan minat, sementara mengikuti kajian memberikan kesempatan untuk mendapatkan bimbingan langsung dan klarifikasi dari orang yang lebih berpengalaman. Dengan memadukan kedua pendekatan ini, seseorang bisa memperoleh pengetahuan secara teori yang kuat dari pembelajaran mandiri dan sekaligus memperkaya pemahamannya dengan bimbingan serta diskusi yang lebih mendalam dalam kajian. Hal ini memungkinkan kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih terbuka dan mencegah terjadinya kesalahan dalam penafsiran.

Pada akhirnya, tidak ada satu satu cara mutlak yang lebih baik antara belajar agama sendiri dan mengikuti kajian agama. Keduanya saling melengkapi, dan yang terbaik adalah memadukan keduanya dalam kehidupan sehari-hari. Belajar agama secara mandiri memberi kebebasan untuk memperdalam pengetahuan pribadi, sementara kajian agama memberikan arah dan penguatan dari segi pemahaman yang lebih luas. Dengan cara ini, kita bisa terus tumbuh dalam pemahaman agama, meningkatkan kualitas ibadah, serta menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama yang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline