Lihat ke Halaman Asli

troy aprilio

Mahasiswa

Kurangnya Literasi di Kalangan Remaja: Tantangan dalam Komunikasi Antar Budaya

Diperbarui: 30 November 2024   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di era digital ini, salah satu tantangan utama bagi remaja adalah kurangnya literasi, baik dalam membaca, menulis, maupun literasi budaya. Kondisi ini menghambat kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan efektif, terutama dalam konteks komunikasi antar budaya. Kurangnya pemahaman tentang keberagaman budaya, ras, dan etnis dapat memperburuk hubungan antar individu yang berasal dari latar belakang berbeda.

Komunikasi internasional, antar etnis, dan antar ras semua bergantung pada kemampuan untuk berinteraksi dengan orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Kurangnya literasi budaya dapat menyebabkan kesalahpahaman, misalnya dalam komunikasi internasional, di mana perbedaan budaya dan konteks sosial sering kali tidak dipahami dengan baik. Hal ini juga berlaku dalam komunikasi antar etnis dan ras, di mana rendahnya literasi budaya dapat memperburuk kesenjangan dan konflik antar kelompok.

Stereotipe, prasangka, dan etnosentrisme seringkali menjadi penghalang besar dalam komunikasi antar budaya. Stereotipe adalah pandangan yang keliru atau terlalu sederhana terhadap kelompok tertentu. Prasangka adalah sikap negatif terhadap orang dari budaya atau ras lain. Sedangkan etnosentrisme adalah keyakinan bahwa budaya kita lebih baik dari budaya lain. Semua ini diperburuk dengan kurangnya literasi budaya yang memadai, yang menyebabkan kesulitan dalam menghargai perbedaan.

Ketika bertemu orang baru dari budaya yang berbeda, beberapa langkah yang perlu ditempuh adalah:

- Mendengarkan dengan empati untuk memahami pandangan orang lain.

- Bertanya dengan sopan untuk mengetahui lebih dalam tentang budaya mereka.

- Menghindari penilaian cepat, karena setiap budaya memiliki cara berpikir dan norma yang berbeda.

- Menghargai perbedaan, dan mencoba untuk lebih terbuka.

- Berbagi pengalaman pribadi secara terbuka tanpa menggurui.

Pengalaman antar budaya yang saya alami terjadi saat berlibur ke Malaysia. Di sana, saya bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar budaya, seperti Melayu, Tionghoa, dan India. Saya merasa terkesan karena meskipun kami berasal dari budaya yang berbeda, kami tetap bisa berkomunikasi dengan mudah. Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat saya berinteraksi dengan pedagang Tionghoa di pasar malam. Meskipun kami berbeda bahasa, kami bisa saling memahami berkat bahasa tubuh dan senyuman. Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya sikap terbuka dan rasa saling menghormati dalam berkomunikasi antar budaya.

Sebagai seorang jurnalis, memahami komunikasi antar budaya sangat penting. Dalam meliput peristiwa internasional atau berinteraksi dengan narasumber dari berbagai latar belakang, literasi budaya akan membantu jurnalis untuk tidak hanya menyampaikan fakta dengan tepat, tetapi juga dengan sensitif terhadap budaya dan nilai-nilai yang ada. Tanpa pemahaman yang baik tentang perbedaan budaya, jurnalis dapat salah menafsirkan atau menyampaikan informasi dengan cara yang tidak sesuai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline