Jika Anda menyempatkan diri beranjangsana di sekitar daerah Kebondalem Kecamatan Kota Kendal, Anda akan menemui suatu lokasi yang bernama Hutan Klorofil Kendal. Jika dibaca dari namanya saja, lokasi itu berkesan ilmiah dan akademis. Tapi apa benar, lokasi itu sudah mencerminkan sebagai hutan klorofil ?
Klorofil dan fotosintesis adalah sesuatu yang sangat berhubungan, karena klorofil sangat penting untuk fotosintesis, yang memungkinkan tanaman untuk menyerap energi dari cahaya.
Apa saja koleksi tanaman yang ada di hutan ini ? Menurut Kasi Pertamanan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kendal, ada beberapa koleksi pohon seperti trembesi, ketapang, flamboyan, kamboja, karet, cemara, bambu kuning, pisang kipas, dan tanaman langka. RTH ini dibangun di atas lahan seluas 1,2 hektare dengan menelan anggaran sebesar Rp. 4,6 milyar. Hutan Klorofil Kendal dibangun di sekitar wilayah pemukiman, sekolah dan stadion olah raga.
Jika memang difungsikan sebagai paru-paru kota dan resapan sekaligus tempat rekreasi dan penelitian bagi pelajar atau mahasiswa, nampaknya Desa Kebondalem sudah mewakili dari tiga fungsi tersebut. Sebagai paru-paru kota Hutan Klorofil memang berada dekat di pusat pemerintahan Kabupaten Kendal. Sebagai tempat rekreasi keluarga hutan ini juga dekat dekat kawasan pemukiman warga. Dan untuk fungsi ketiga sebagai wahana penelitian nampaknya masih perlu ditingkatkan lagi.
Untuk disiplin ilmu botani, yang khusus mempelajari mengenai tanaman. Nampaknya Hutan Klorofil belum sepadan jika kita bandingkan dengan Kebun Raya Bogor atau Kebun Raya Baturraden. Tapi dengan adanya pohon trembesi, seolah-olah pohon ini menjadi wakil dari nama hutan klorofil. Karena pohon ini dapat dimanfaatkan sebagai tempat berteduh, penghasil oksigen, membantu penyerapan air berlebih dan manfaat yang lain. Di wilayah Desa Kebondalem yang relatif masih agak terbuka dan sinar matahari yang berlimpah sangat berpotensi untuk proses fotosintesis, di mana pohon trembesi akan dapat menghasilkan oksigen setelah gas karbon dioksida dan air berreaksi di dalam klorofil dengan bantuan sinar matahari. Selain oksigen, karbohidrat yang dihasilkan disimpan sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan.
Sebagai tempat rekreasi, tempat ini sangat cocok sebagai tempat berteduh dan melakukan aktifitas olah raga santai bersama keluarga. Dapat dilakukan di sore hari atau pagi maupun siang hari. Namun ketika penulis berkunjung ke tempat ini, pintu gerbang masih dalam kondisi terkunci. Jadi praktis penulis tidak dapat masuk ke dalam kawasan hutan klorofil. Penulis hanya sempat memotret dari luar pintu gerbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H