Lihat ke Halaman Asli

Agung Budi Santoso

Konsultan teknik dan penulis lepas tinggal di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Remaja dengan segala permasalahannya menarik untuk dikaji. Ya, di usia antara 12 - 18 tahun merupakan masa-masa rawan jika tidak disikapi dengan bijaksana. Mereka sudah tidak bisa lagi dikategorikan sebagai anak-anak lagi. Dikatakan dewasa juga belum saatnya. Ibarat bunga usia belasan atau teenager adalah masa yang perlu disiapkan agar tidak salah arah.

Pengenalan terhadap pendidikan kesehatan reproduksi mutlak diberikan. Dengan tujuan supaya mereka benar-benar paham akan sistem reproduksi yang sehat. Pendidikan kesehatan reproduksi bukan mengajarkan remaja untuk melakukan hubungan seksual, melainkan membekali remaja supaya tidak terjebak ke dalam perilaku seksual yang beresiko.

Contoh kasus perilaku seks pra nikah, perkosaan, pelecehan seksual, dan penyakit menular akibat seks serta HIV/AIDS perlu dipahami oleh remaja. Jika kita berhasil menyelamatkan generasi muda dari ancaman jaman yang begitu deras, tentu kita juga bisa menyelamatkan bangsa dari penurunan kualitas dan kerusakan moral. Dalam hal ini penulis bukan bermaksud untuk khotbah soal moral. Melainkan membentengi remaja dan membekali remaja dengan pengetahuan yang benar akan kesehatan reproduksi.

Terkadang remaja mendapatkan pengetahuan reproduksi bukan dari sumber yang tepat. Mereka mendapatkan informasi yang salah melalui tontonan pornografi, pergaulan bebas, dan perilaku seks yang menyimpang. Sudah kodratnya kalau wanita itu pasangan bagi pria. Namun alangkah indahnya jika mereka bertemu pada saat yang tepat, di tempat yang tepat, dan sudah siap untuk membina rumah tangga.

Jadi dengan bekal pendidikan kesehatan reproduksi secara mental dan perilaku sosial remaja nantinya benar-benar sudah siap memasuki fase orang dewasa. Mereka memasuki fase orang dewasa bukan karena dikarbit oleh informasi yang kurang tepat. Seperti pemahaman akan alat reproduksi pria dan wanita. Secara biologis memang remaja yang sudah mengalami masa pubertas sudah mulai tertarik akan lawan jenis.

Seorang remaja putri sudah seharusnya ia mengetahui perkembangan fisiknya secara biologis dan psikis. Demikian juga remaja putra juga sudah seharusnya paham akan pekembangan dirinya secara biologis dan psikis pula. Remaja yang di rumahnya mengalami trauma akibat broken home atau kasus perkosaan, pelecehan seks, dan penyakit menular akibat seks butuh penanganan khusus. Dan butuh waktu yang tidak singkat. Butuh tahap demi tahap agar secara psikis  bisa normal kembali.

Menjadi dewasa adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Karena semua orang dalam siklus hidupnya akan mengalami masa-masa balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan terakhir manula. Jika sejak dini sudah dibekali pengetahuan akan kesehatan reproduksi tentu ketika menjelang dewasa ia akan bertanggung jawab terhadap fungsi biologisnya dan menggunakannya dalam fungsi-fungsi sosial secara tepat.

Menyebarnya penyakit menular akibat perilaku seks yang beresiko kadang dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi. Jadi jika kita menginginkan bangsa kita menjadi bangsa yang sehat maka bekalilah para remaja dengan pengetahuan yang tepat. Tidak salah arah dan kita mendapatkan generasi yang sehat serta berkualitas.

Menggunakan fungsi reproduksi dengan cara yang tepat dan masa yang tepat akan berdampak kepada tatanan masyarakat yang bermoral dan beradab. Pengendalian populasi penduduk yang terkontrol, terarah dan terpadu akan memudahkan pemerintah dalam menentukan strategi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Generasi sehat dan berkualitas adalah harapan semua orang. Kemajuan teknologi dan informasi jika tidak diimbangi oleh perilaku yang sehat dari masyarakat secara umum tentu akan mendatangkan masalah baru. Dan sudah sewajarnya produk teknologi dan inovasi dari manusia dapat dimanfaatkan dengan bijak demi kebaikan manusia itu sendiri. Tidak mendatangkan musibah dan bencana hanya karena manusia sudah mengabaikan moral dan etika di dalam kehidupan sosialnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline