Kebebasan bereakasi yang melupakan etika.
Seluruh dunia (kita semua) sedang mengalami kegalauan dan ketakutan penyebaran ganasnya virus coronona yang sudah membawa korban kematian manusia yang tidak sedikit. Sementara bencana banjir begitu hebat melanda Jakarta yang nota bene sebagai metropolitan, pusat pemerintahan dan barometer ekonomi, politik, soasil dan budaya. Wabah virus corona dan banjir telah memunculkan reaksi kebebasan publik untuk menyuarakan pendapatnya melalui berbagai media. Jika kita mengamati dan menyaring, ternyata tidak sedikit pernyataan yang cenderung bernuansa negatif, politis sekalipun disertai dengan argumen teori, filosofi, bahasa agama, dasar hukum namun tidak sedikit pernyataan yang dilontarkan terkadang mengesampingkan etika, sebaliknya justru dijadikan upaya terselubung untuk menonjolkan diri demi ambisi.
Wabah dan bencana adalah sebuah misteri
Masih ingatkah peristiwa ini ? Berbagai peristiwa yang pernah terjadi seperti mad cow, flu Spanyol, flu burung, flu babi, sars dan masih banyak lagi virus, peristiwa tsunami di Aceh. Ini hanyalah sebagian kecil yang pernah terjadi. Pertanyaannya akan muncul adalah "bencana dan virus apalagi yang akan terjadi ?", inilah kenyataan hidup manusia yang penuh misteri.Maka yang dibutuhkan adalah sikap berhikmat, bijaksana, berjaga-jaga dan mawas diri.
Sikap positif yang menumbuhkan kesadaran
Sebenarnya kenyataan wabah virus corona, bencana banjir, tanah longsor adalah peristiwa yang kita semua tidak mengharapkan terjadi. Kita semua mengharapkan mengalami keadaan hidup yang serba kecukupan, tenang, nyaman tidak terganggu oleh siapapun. Jika kita merasakan bahwa semua masalah ini adalah "masalah kita", maka yang kita perlukan dan ditumbuhkan adalah tentang sebuah kesadaran diri. Kesadaran ?.Ya kita sedang ada dalam ujian kesadaran. Kita dalam kenyataan hidup, tidak tidur namun cenderung mudah mencari dan menemukan kesalahan. Apa itu kesadaran ?. Biasanya kesadaran menjadi kajian penting dalam disiplin ilmu psikologi yang dalam perkembangannya sangat menolong untuk memahami kesadaran manusia secara holistik.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang".Pengertian lain "kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya". Jika kita semua mau berusaha dan mencoba mencermati serta merefleksikan lebih jauh, apa itu sesungguhnya "kesadaran" dan bagaimana proses munculnya kesadaran dalam transformasi kehidupan pasti akan memunculkan harapan baru.
Pentingnya transformasi kesadaran
Mengacu dari pengertian kesadaran diatas maka sesungguhnya kesadaran tidak mengenal batas usia, pendidikan , status sosial, jabatan struktur dalam masyarakat maupun jenis kelamin. Kesadaran juga tidak mengenal batas wilayah geografis seperti pedesaan, perkotaannamun bersifat universal. Mengapa ?. Karena kesadaran menyangkut hati nurani, akal budi dan itu semua sudah diberikan oleh Tuhan, dimiliki oleh semua orang didalam dirinya. Kita sedang membutuhkan proses transformasi kesadaran sebagai refleksi dari Kitab Suci yang diyakini oleh umat beragama yang disebut dengan " sebagai pendengar dan pelaku firman Tuhan". Kitab Suci tidak hanya dipahami sebagai ilmu pengetahuan namun terwujud dalam karater, prilaku kebenaran yang terwujud penuntun, pengendali perilaku hidup sehari-hari. Kesadaran spiritual menyadari diri orang berdosa yang membutuhkan anugerah Tuhan. Kesadaran saling mengasihi, menolong, menghargai dan menghormati sebagai insan ciptaan Tuhan. Kita sedang membutuhkan para pejuang yang memiliki kesadaran Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, UUD 45 serta norma-norma kearifan lokal sebagai kekayaan bangsa. Oleh karena itu ada berbagai kesadaran positif lainnya yang perlu ditumbuhkan dan kembangkan adalah :
Kesadaran hukum, kesadaran berlalu lintas, kesadaran profesi guru/dosen, pejabat, kesadaran wajib pajak, kesadaran angggota dewan, kesadaran sebagai siswa, hidup sehat, hidup tertib. Dengan memahami makna sebuah kesadaran maka diharapkan menjadi orang yang bersyukur dan memaknai bahwa ini sangat berharga dan menjalaninya dengan bijaksana. Mungkinkah wabah dan bencana adalah bagian kesalahan dan kemasa bodohan manusia secara hukum, pendidik , pejabat, rohaniwan ?. Dengan hadirnya berbagai wabah virus dan bencana semoga mendatangkan kesadaran yang makin dalam disemua bidang kehidupan. Semoga.(T4).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H