Berbicara mengenai fintech rasanya memang tidak ada habisnya. Sebuah mahluk yang lain dari yang biasa kita temui sehari-hari. Kita sangat terbiasa bertemu dengan lembaga keuangan kita gunakan. Bahkan kehadiran lembaga keuangan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Baik kehidupan personal maupun bisnis. Hampir kita tidak bisa membayangkan hidup tanpa lembaga keuangan.
Tiba-tiba kita dikenalkan dengan jenis penyedia jasa keuangan lain yang unik. Dengan gaya hidup yang berubah, karena kehadiran internet diiringi dengan teknologi canggih, terasa kehidupan dengan penyedia jasa ini mempermudah kehidupan kita. Orang yang tadinya harus berurusan dengan beberapa bank untuk memperoleh kredit, sekarang bisa membandingkan suku bunga kredit dengan mudah di internet. Itu baru salah satu contoh kemudahan yang kita dapatkan. Tentu masih banyak yang lain.
Berbagai ide model bisnis yang ditawarkan oleh perusahaan fintech ini merupakan kolaborasi apik antara kemajuan teknologi dengan perubahan gaya hidup. Teknologi dimanfaatkan untuk mempermudah, mempermurah dan memperbaiki hidup kita.
Sebagaimana gerakan revolusi yang timbul, pasti ada dobrakan dan gugatan terhadap tatanan yang ada. Revolusi fintech ini paling tidak mendobrak tatanan sebagai berikut :
- Lembaga keuangan yang terlalu formal
- Lembaga keuangan hidup atas dasar kepercayaan. Semakin tinggi kepercayaan makan lembaga keuangan tersebut akan semakin bonafide. Salah satunya terkait dengan keamanan dan kerahasiaan.
- Hal ini sering mengakibatkan adanya tuntutan formalitas yang tinggi yang sulit untuk dijangkau oleh kalangan masyarakat tertentu.
- Operasional lembaga keuangan berbiaya tinggi
- Manajemen lembaga keuangan memiliki penghasilan di atas rata-rata industri non lembaga keuangan. Sehingga menjadikan salah satu faktor mahalnya jasa keuangan yang ditawarkan kepada masyarakat. Beban digeser kepada konsumen jasa keuangan.
- Untuk jumlah dana kelolaan yang besar, tingginya biaya operasional mungkin bukan issue, asalkan pelayanan baik. Tapi bagi konsumen retail, price does matter.
- Lembaga keuangan kurang transparan
- Sesuai teorinya lembaga keuangan menjadi intermediasi. Intermediasi ini juga tidak bisa lepas dari assymetri. Oleh karena itu, lembaga keuangan menjadi tidak transparan. Karena dengan inofrmasi yang asimetri inilah lembaga keuangan mendapatkan ruang untuk menangguk profit.
- Lembaga keuangan kurang memenuhi kebutuhan komunitas
- Lembaga keuangan dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum. Hal ini juga terkait prinsip economies of scale. Dengan rigiditas dari lembaga keuangan akan sulit untuk memodifikasi layanan keuangan untuk memenuhi kebutuhan segelintir orang.
- Operasional lembaga keuangan yang kaku
- Sebagai sebuah lembaga yang berbasis kehati-hatian, lembaga keuangan bergerak sebagaimana pesawat jumbo A-380 dan tidak bisa selincah super fighters. Belum lagi mekanisme perizinan membatasi lingkup usaha lembaga keuangan. Tidak heran kalau dikatakan sebagai highly regulated business.
- Profit oriented
- Lembaga keuangan merupakan sebuah lembaga yang bermotif keuntungan. Lembaga keuangan yang berbentuk badan sosial jarang ditemui.
- Middllemen based economy
- Negara kita sering dikatakan memiliki biaya siluman tinggi. Salah satu penyebabnya adalah peranan perantara yang marak dimana-mana dan menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan menurunkan daya saing. Teknologi bisa menerabas itu semua.
Sebagaimana sebuah revolusi, selalu ada risiko akan gagal ataukah berhasil. Apabila revolusi berhasil, maka akan membuat keseimbangan baru, tetapi apabila gagal, akan menjadi sebuah pelajaran berharga. Kita gantungkan harapan agar keseimbangan yang terjadi di masa yang akan datang akan lebih baik daripada yang kita miliki saat ini. (try)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI