Lihat ke Halaman Asli

Triyono

guru kehidupan

Warung Kopi sebagai Ruang Pendidikan Suara Hati

Diperbarui: 10 Maret 2021   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Tahukah anda bahwa warung kopi itu ruang publik tempat sekolah hikmat, etika dan politik ?

Bermula ingin mengusir kejenuhan sudah hampir satu tahun mengajar secara on line, sore itu sengaja mampirlah ke warung kopi pinggir jalan, di bawah rindangnya pepohanan. Dengan penuh semangat terbayang secangkir kopi yang ditemani pisang goreng  atau mendoan hangat. 

Awalnya agak menggerutu karena meja sederhana diwarung itu sudah dipadati pengunjung.  Sambil antri pesan kopi, aku mencoba mengamati sejenak beberapa orang yang sudah menikmati kopi itu. 

Ekspresi sikap khas dan gaya duduk nangkring diwarung kopi tidak mengurangi rasa hormat dan santun . Mengapa ? benar dugaanku bahwa penikmat kopi itu terdiri   dari berbagai profesi seperti tukang bangunan, pedagang keliling, terlihat dari pakaian dan barang bawaannya.

Sekalipun mendapat tempat duduk yang sempit,  pelan-pelan hati saya terhibur manakala mendengarkan obrolan mereka.

Pengamatan saya bahwa mereka belum saling mengenal tepai pembicaraan itu sangat akrab dan hangat dalam sekejap membaur menjadi sahabat. Sekalipun tanpa undangan agenda  dan moderator namun begitu santun dan hangat dalam menyampaikan pendapat sesekali dibumbui canda dan tawa. 

Kopi  dan pisang goreng yang seharusnya menjadi tujuan untuk menghibur diri, namun telah tergantikan dengan membuka HP membaca artikel, youtube, pernyataan pemimpin parpol, Menteri ke dalam suatu obrolan yang bernada evaluasi, kejengkelan namun juga ada nada harapan. Pembicaraan hangat sepeti layaknya pengamat politik amatir. 

Sekalipun tidak mengecap Pendidikan tinggi namun obrolan itu begitu tajam yang seharunya menjadi koreksi dan perenungan bagi para pembuat kebijakan yang alasannya memperjuangkan kebnaran dan kesejahteraan. 

Sesekali mampirlah di warung kopi pinggir jalan. Temukan inspirasi di sana ada diskusi hangat  dan belarasa tanpa ada gebrakan meja, kata-ka hinaan. Pentingnya mengasah diri diwarung kopi tidak kalah pentingnya dengan menghadiri rumah ibadah atau seminar internasional. Hangatnya warung kopi mengasah kepekaan dan  mendengarkan jeritan ketidak berdayaan. Sesekali tanggalkan jas dan sepatu mengkilat, mampirlah ke warung kopi, disana  tidak akan menurunkan harga diri, mampirlah ke warung kopi untuk menghayati kepekaan suara hati  diri sendiri dan sesamamu. (T).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline