Saya pernah menulis keluhan di Surat Pembaca Kompas tentang layanan Telkomsel yang saya alami tahun lalu.
http://www1.kompas.com/suratpembaca/read/13817 & http://www1.kompas.com/suratpembaca/read/13970. Suapaya tidak mengalami hal yang sama tahun ini, saya kemudian proaktif . Tetapi jaringan Telkomsel di Grapari Graha Pena macet. Mereka berjanji menghubungi saya, tetapi setalah hari ketiga tetap tak ada kontak. Saya bilang saya akan menghentikan langganan dan mau mencari tahu paket-paket yang ditawarkan Telkomsel. Customer service tidak mengetahui paket yang disediakan Telkomsel tanpa sistem online. http://teknologi.kompasiana.com/internet/2011/06/08/telkomsel-tanpa-sistem-online/.
Hari ini saya dihubungi oleh Telkomsel dan memberi tahu bahwa paket langganan iPhone Turbo Plus saya otomatis diperpanjang. Saya harus ikut paket Rp.250.000 untuk internet 500MB tanpa bonus bicara dan SMS. Kata Telkomsel otomatis terjadi karena saya mengabaikan SMS. Saya tidak tahu SMS apa maksudnya. Yang saya terima dari Telkomsel hanya SMS iklan dan tak ada hubungnnya dengan langganan iPhone 3G saya. Seperti yang saya alami tahun lalu, kali Telkomsel juga ngotot. Saya minta bukti atas kengototan itu, karena memang fakta bagi saya tidak ada SMS.
Saya butuh biaya langganan yang semurah mungkin, karena alasan Kartu Halo saya praktis tidur karena kualitas layanan Telkomsel yang sangat buruk. Ini dibuktikan oleh Telkomsel sendiri yang komunikasinya dengan saya berulang kali error. Padahal lokasi kantor saya Unhas dengan antena Telkomsel yang ada dimana-mana sangat dekat. Satu-satunya alasan saya menggunakan Kartu Halo, karena nomor saya adalah nomor yang sudah melekat dan penting bagi kolega lama. Mengapa saya harus dipaksa membayar internet Rp. 250.000,- untuk 500 MB yang kualitasnya buruk? Saya kuatir pengalaman saya tahun lalu membayar 2 sistem langganan regular dan paket iPhone secara paksa terulang kembali. Saat itu Telkomsel ngotot akan penggunaan saya yang overkuota, padahal faktanya kuota yang ada saja sulit digunakan. Setelah saya menulis di Surat Pembaca Kompas, baru mereka mengaku salah, tetapi uang tidak dikembalikan. Harus marah lagi baru uang lebih itu bisa diproses.
Hal ini saya tulis untuk pelajaran bagi Telkomsel yang selalu memaksakan efek negatif kesalahannya kepada pelanggan.
Wassalam,
Triyatni
0811410790
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H