Lihat ke Halaman Asli

FX TRIYAS HADI PRIHANTORO

belajar menjadi lebih baik

Sejarawan Peter Kasenda, Masuk Sekolah

Diperbarui: 14 Maret 2016   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Program sejarawan masuk sekolah baru pertama kali dilaksanakan ke siswa/i SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta , Sabtu (12/12/15). Bertempat di audio ruang atas, sebanyak 32 orang mengikuti program ini. Dengan nara sumber sejarawan Peter Kasenda (dosen universitas 17 Agustus Jakarta).

Kegiatan ini atas kerjasama Balai Soedjatmoko (Gramedia) di Surakarta. Sessi pertama pemutaran film, masa penjajahan Jepang. Dimana Jepang melakukan romusha (perekrutan tenaga untuk bekerja)  pada saat datang ke Indonesia dengan semboyan 3 A. Penuh antusian peserta program ini mengikuti dan menonton salah satu film yang sarat edukasi.

Sebelum pemutaran, koordinator Balai Soedjatmoko, Yunanto Sutyastomo mengatakan kegiatan ini sebagai sarana pembelajaran dan menumbuhkan kecintaan pada sejarah. “ Dengan kegiatan ini semoga akan muncul sejarawan-sejarawan muda,” pungkasnya.

Usai melihat film, Sejarawan Peter Kasenda langsung memberikan pertanyaan kepada siswa. “ Mengapa tanggal 10 nopember disebut sebagai hari pahlawan?” Pertanyaan awal yang menggugah empati peserta. Beberapa siswa menjawab dengan penuh antusias. “ Pada dasarnya tanggal 10 nopember disebut hari pahlawan karena terjadinya bentrokan bersenjata di Surabaya saat NICA datang,” ucapnya.

Perlu diketahui Soekarno dan Hatta mendapat gelar kepahlawanan dua. Yaitu pahlawan proklamator dan pahlawan nasional. Lalu pertanyaannya mengapa Soeharto dan Gus Dur belum ditetapkan sebagai pahlawan. “ semuanya tinggal tunggu waktu karena hakekat pahlawan merupakan orang yang berjasa baik melawan penjajah maupun bidang lainnya,” kata Peter.

Hampir satu jam lebih Peter Kasenda memberikan pembelajaran sejarah. Selanjutnya pemberian kesempatan bertanya dan memberi pertanyaan. Akan dipilih 3 pertanyaan terbaik dan diberi masing sebuah buku.

Robertus Suteja salah satu penanya yang mendapat buku. “ Dalam masa transisi bagaimana Jepang memasukkan doktrin 3 A?” 

Prinsipnya penjajah Jepang punya nilai positif. Salah satunya memberi kesempatan para pemuda untuk maju. Pembentukan Pasukan Peta (Pembela Tanah Air), TKR dan menjadi militer (TNI) merupakan peran Jepang. “ Jendral Sudirman merupakan tokoh pemuda didikan militer Jepang,” ucap Peter.

Penulis buku Soekarno di bawah Wibawa Jepang (Kompas 2015) dan Soeharto melanggengkan kekuasaan 25 tahun (Kompas 2012) mengakhiri pertemuan dengan membagikan 3 bukunya kepada penanya terbaik. Dan tidak lupa untuk meminta  menanyakan dan mengkritisi lebih lanjut lewat email Peterkasenda@hotmail.com atau peterkasenda@rocketmail.com. “ hadiah buku menanti,” pungkasnya.

(hans[caption caption="Peter Kasenda memberikan pembelajaran"][/caption]

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline