Lihat ke Halaman Asli

Resensi Cerpen "Perempuan Balian" Karya Sandi Firly

Diperbarui: 21 April 2021   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resensi Cerpen Perempuan Balian karya Sandi Firly. | pexels

Identitas cerpen

  • Judul cerpen                : Perempuan  Balian
    Nama pengarang.       : Sandi Firly
    Cetakan                         : 24 Juni 2012
    Tanggal terbit              : Kompas dan Jurnal cerpen Indonesia

Pendahuluan

Lahir pada 16 Oktober 1975 di Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah. Seusai menempuh pendidikan di Ilmu Komunikasi FISIP, Universitas Islam Kalimantan, Banjarmasin pada 1999.

Ia bekerja sebagai wartawan; 2000-2009 menjadi wartawan dan redaktur pelaksana di Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group), 2009-2010 menjabat sebagai pemimpin redaksi Radar Bandung (Jawa Pos Group), dan sejak 2010-sekarang bertindak sebagai redaktur pelaksana Media Kalimantan.

Sejumlah cerita pendeknya dipublikasikan di media cetak nasional, antara lain KOMPAS, Jurnal Cerpen Indonesia, dll. Novel perdananya, Rumah Debu (November 2010), membawanya pada perhelatan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2011 di Ubud, Bali.

Isi
Cerita ini berisi tokoh perempuan bernama Idang. Ayahnya terkenal sebagai seorang Balian dan dukun kesohor karena bisa memanggil dan mengikat orang dari tempat yang jauh. Ayah idang meninggal saat Idang berusia 12 tahun. Ibu Idang meninggal saat melahirkan Idang. Kelahiran Idang yang menyebabkan kematian ibunya dianggap sebagian orang sebagai kelahiran pembawa kemalangan hidup.

Idang kemudian dianggap gila karena sering menceritakan mimpi yang aneh-aneh. Mimpi tentang munculnya ular dan mimpi tentang ayahnya yang hadir dalam mimpi.

Angapan Idang sbagai orang gila dikuatkan dengan perilakuknya yang suka memanjat pohon yang oleh masyarakat hanya pantas dilakukan laki-laki. Ia hidup di pegunungan Meratus bersama dengan neneknya. Tokoh Idang yang ditampilkan di dalam cerpen ini dikaitkan dengan ritus atau upacara pengobatan orang sakit yang berlangsung di Balai Atiran.

Pengantar

Unsur Intrinsik

  1. Tema   : Seorang anak yang dianggap tidak waras ternyata adalah seorang balian.
  2. Alur      : Maju
  3. Latar /Setting:
  4. Waktu     : Pada suatu malam
  5. Tempat  : Di Balai atiran, Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan
  6. Suasana : Acara penobatan ritual
  7. Tokoh     : Perempuan muda (Idang), Danang itat (Lelaki tua), Aku, Anak laki-laki, Ibu muda, Seorang ayah, Dua lelaki.
  8. Watak

Aku             : Tidak peduli

Ibu muda : Teguh

Idang         : Pendiam, penyendiri,

9. Sudut pandang : Orang pertama terlihat pada cerita tersebut yang banyak menggunakan kata 'aku' yang penulis sendiri terlibat dalam tokoh cerita tersebut.

10. Amanat : Janganlah memandang orang dengan sebelah mata, karena setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan hendaklah menghargai apa yang seseorang bisa lakukan.

Unsur Ekstrinsik

  • Budaya : Masyarakat yang dalam pengobatan suatu penyakit masih menggunakan upacara ritual adat.
  • Moral    : Dalam cerita tersebut Si Idang dijauhi akibat orang mengiranya tidak waras dan dipandang buruk oleh masyarakat sebagai pembawa kemalangan.
  • Sosial    : Masyarakat di Pegunungan Maratus saling tolong menolong.
  • Keagamaan : Cerita tersebut masih mempercayai hal-hal yang berkaitan dengan ghaib seperti adanya mitos tentang akan adanya
  • bencana yang akan terjadi jika ada seorang balian perempuan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline