Lihat ke Halaman Asli

Trixie Maria Novelin

Mahasiswa Psikologi UNS

Fear of Missing Out, Sisi Negatif Dunia Digital (Perspektif Psikologi)

Diperbarui: 3 Juni 2022   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.segmentify.com/

Apa Sih Fear of Missing Out?

Fear of Missing Out (FoMO) merupakan sindrom kecemasan sosial yang memiliki karakteristik untuk ingin selalu terkoneksi dan mengetahui apa yang orang lain lakukan melalui sarana media sosial (Przybylski, 2013). 

Orang-orang yang mengalami FoMO akan merasa gelisah, cemas, takut apabila melewatkan informasi terkini. Berdasarkan hasil riset oleh Australian Psychological Society pada tahun 2015, didapatkan hasil bahwa 50% anak remaja memiliki kecenderungan FoMO ini.

Perkembangan teknologi yang pesat membantu memudahkan kegiatan manusia, terutama dalam hal komunikasi. Saat ini komunikasi tidak hanya dapat dilakukan secara tatap muka, melainkan dapat dilakukan komunikasi secara daring tanpa harus bertatap muka dan bertemu langsung. 

Apalagi beberapa waktu lalu pandemi menyerang dunia, sehingga dengan terpaksa kita harus mengurangi kontak secara langsung dengan sesama. 

Hal ini menjadi salah satu faktor yang mengintensifkan penggunaan media sosial. Baik pada remaja maupun dewasa, sangat bergantung pada media sosial untuk berkomunikasi selama pandemi ini. 

Penggunaan media sosial yang intens dapat menyebabkan adiksi (kecanduan) internet. Dimana adiksi internet berperan sebagai mediator FoMO pada mahasiswa sarjana (Metin-Orta, 2020).

 FoMO didemonstrasikan sebagai faktor penyebab adiksi internet dan dikonfirmasi memberi efek negatif kepada kesejahteraan psikologis manusia (Baker et al., 2016; Milyavskaya et al., 2018). Maka, adiksi internet berhubungan dengan FoMO dimana FoMO dapat menyebabkan adiksi internet.

Fear of Missing Out, Kenapa Bisa Terjadi?

Sumber: gramedia.net

1. Harga Diri

Faktor motivasional yang krusial pada remaja adalah harga diri. Harga diri didefinisikan sebagai seberapa besar seseorang menghargai dirinya sendiri dalam evaluasi terhadap dirinya (Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003). Penilaian seberapa baik atau buruk dirinya (self-liking) dan penilaian terhadap kompetensi (self-competence) dirinya. 

Dari hasil penelitian oleh Siddik dkk (2020), didapatkan hasil bahwa harga diri berkorelasi negatif dengan FoMO. Dimana ketika individu memiliki harga diri yang rendah, maka kecenderungan dirinya mengalami FoMO akan meningkat. Begitu pula sebaliknya semakin tinggi harga diri individu, semakin rendah tingkat kecenderungan FoMO. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline