Lihat ke Halaman Asli

Renungan Bhagavatam: Krishna dan Pedagang Buah, Kemuliaan dalam Memberi

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Krishna dan Rama senang bermain dengan anak-anak sebayanya di halaman rumah dan dijalan. Para Gopi dan Gopala senang dengan anak-anak kecil lucu yang suka menari dan jenaka. Mereka juga senang main hujan-hujanan di kala musim hujan tiba. Rohini dan Yashoda sering kewalahan saat mereka bermain lumpur di dekat rumah mereka. Krishna dan Rama pandai bersandiwara, sehingga para orang tua dan remaja di Gokula tidak pernah tahu bahwa mereka berdua adalah para avatara yang mempunyai tugas khusus menegakkan dharma. Pada suatu hari ada seorang perempuan Nisadha yang sudah tua sebagai pedagang buah datang ke rumah Nanda. Kita masih ingat bahwa Rajarishi Kausika pernah mengutuk putra-putra Resi Vasistha dan juga kelimapuluh putra raja Kausika sendiri untuk menjadi orang Nisadha. Orang-orang Nisadha berkehidupan sebagai para pemburu yang sering berpindah-pindah tempat. Para perempuan Nisadha kadang membawa buah-buahan ke desa dan menukarnya dengan butir-butir gandum. Kali ini tinggal beberapa butir buah-buahan yang tersisa dan dia menawarkannya di depan rumah Nanda. Krishna kecil mendatangi pedagang buah tersebut dan minta barter buah-buahan yang dibawanya dengan butir-butir gandum dari rumahnya. Sang perempuan pedagang tersenyum dan mengangguk. Krishna kecil masuk ke rumah membawa butir-butir gandum dengan kedua telapak tangannya yang kecil menemui sang pedagang di jalan. Akan tetapi disepanjang perjalanan, butir-butir gandum tersebut berjatuhan dan tinggal sedikit tersisa di telapak tangan yang diserahkan ke sang pedagang. Sudah bolak-balik Krishna mengambil butir-butir gandum dari rumahnya dan membawanya ke sang pedagang dan selalu saja tercecer di jalan dan tinggal sedikit yang tersisa di telapak tangannya. Sang pedagang tersenyum penuh kasih kepada Krishna kecil. Butir-butir gandum tersisa diletakkan sang pedagang ke keranjang. Dan kali ini sang pedagang memegang kedua telapak tangan Krishna yang lucu dan kecil. Sang pedagang mengambil seluruh sisa buah yang ada di keranjangnya dan memberikan kepada Krishna kecil yang segera didekapkan ke dada kecil Krishna. Sang perempuan tua pedagang tersenyum bahagia dapat menyenangkan anak kecil yang sangat menawan. Sang pedagang kemudian pamit kepada anak kecil tersebut dan meneruskan perjalanannya. Sudah seharian sang perempuan pedagang berjalan dan dia ingin beristirahat di bawah pohon yang rindang. Kala itu sang perempuan terkesima, ternyata butir-butir gandum yang jumlahnya sedikit yang dibawa anak kecil tersebut berubah menjadi banyak permata yang sangat berharga............ Sang perempuan tua pedagang buah-buahan segera menemui keluarga dan beberapa kerabat dalam kelompoknya. Dia menceritakan kejadian yang menimpanya. Kemudian mereka bersepakat menghentikan kehidupan mereka sebagai pemburu yang suka berpindah dan hidup berumah-tinggal di pinggir sebuah hutan. Mereka dapat hidup layak dengan banyak permata yang didapat perempuan tersebut. Mereka menanam pohon buah-buahan di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka hidup berbahagia dan sang perempuan tua menjadi menjadi wanita bijak yang selalu berdoa kepada Narayana yang telah mengubah penghidupan mereka.......... Dalam Bhagavad Gita 9:26-34 disampaikan......... Jika seseorang yang berhati bersih dan penuh kasih mempersembahkan daun, bunga, buah atau air, "Aku" menerimanya. Apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah sebagai persembahan kepada-Ku. Ia yang berkarya tanpa keterikatan duniawi pasti akan mencapai Kesadaran Tertinggi. "Aku" yang berada dalam diri setiap makhluk sesungguhnya satu dan sama. "Aku" tidak membenci ataupun menganggap seseorang lebih penting daripada yang lain. Namun, mereka yang berkarya dalam kasih, akan selalu merasakan kehadiran"Ku". Seseorang yang tersesat pun, apabila menyadari kehadiran-"Ku" di mana-mana, akan segera mencapai Kesadaran Tertinggi, karena ia telah memahami hal yang benar. Ia tidak akan pernah sesat lagi. Disebabkan oleh karma yang kurang baik, apabila seseorang lahir dalam keadaan yang kurang menguntungkan, akan mencapai Tujuan yang Tertinggi pula, apabila menyadari Kehadiran "Aku" di mana-mana. Apalagi mereka yang memang sudah lahir dalam keadaan yang menguntungkan. Mereka tentu akan mencapai Puncak Kesadaran yang Tertinggi itu. Pusatkan kesadaranmu pada "Aku". Berpalinglah pada"Aku". Berkaryalah demi "Aku". Demikian kau akan dengan sangat mudah mencapai Kesadaran Tertinggi........ Pedagang perempuan tua dari suku Nisadha menggambarkan keadaan seseorang yang lahir dalam keadaan kurang menguntungkan disebabkan karma-karma kurang baik yang pernah dilakukannya di kehidupan sebelumnya. Akan tetapi dengan berkesadaran kasih, melakukan semua kegiatannya sebagai persembahan kepada Tuhan, berkarya untuk Tuhan, dengan mudah dia mencapai Kesadaran Tertinggi......... Raja Parikesit tertegun mendengar kisah yang disampaikan oleh Resi Shuka, "Luar Biasa! Betapa berbahagianya sang perempuan tua bisa melihat dan memegang tangan Sri Krishna. Dan nasib buruk yang menimpanya berubah menjadi kebahagiaan. Terima kasih Guru yang telah memberikan mutiara-mutiara berharga kepada kami. Tanpa wejangan Guru kami belum tahu apa-apa. Bahkan sampai saat ini pun kami merasa bahwa Guru adalah sumber kebijaksanaan yang tak ada habisnya. Namaste!" Para leluhur kita juga menangkupkan tangan di depan dada yang ditujukan kepada orang yang lebih tua atau atasannya. Bukan berarti dia menyembah orang tersebut, akan tetapi dia menyembah Hyang Widhi yang bersemayam dalam diri orang yang dihormatinya. Dalam buku "The Gita Of Management, Panduan Bagi Eksekutif Muda Berwawasan Modern", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2007 disampaikan.......... Dengan menangkupkan kedua telapak tangan kita dan menaruhnya di dada, kita menyalami seseorang, siapa saja dia, dan mengucapkan, "Namaste!" Itulah cara orang-orang di wilayah peradaban Sindhu bersalaman. Hingga hari ini pun, cara ini masih dipakai di dataran India, Indocina, Thailand, Kamboja, Vietnam dan sebaginya...... Arti namaste adalah "Aku Menyalami Ia yang Bersemayam di dalam Diri-Mu!" jiwa, Percikan Ilahi, atau Roh Allah dalam diri manusia yang disalami, bukan raganya........ Aku Sejati nan Abadi di balik jubah raga, di balik lapisan-lapisan pikiran, emosi, dan lain sebagainya........... Bhagawan Abyasa, kini menceritakan tentang seorang pedagang kecil. Sang pedagang kecil tidak hanya memikirkan keuntungan pribadinya, akan tetapi dia juga melakukan persembahan kepada Krishna kecil. Dia tidak berjiwa dagang. Dagang adalah pekerjaannya, sehingga setiap hari dia harus berdagang, akan tetapi dia mempunyai hati nurani, tidak semuanya dikalkulasikan dengan untung-rugi. Sang pedagang mendapatkan anugerah sebuah kesempatan untuk mempersembahkan barang dagangannya kepada Krishna secara tulus. Tidak semua orang mendapat kesempatan tersebut, dan sang pedagang tanpa sadar telah menggunakan kesempatan dengan baik. Sang pedagang berhasil karena dia melepaskan kalkulasi untung rugi dari pikiran dan dia menggunakan hati nuraninya. Dalam buku "Masnawi Buku Kedua Bersama Jalaluddin Rumi Memasuki Pintu Gerbang Kebenaran", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2000 disampaikan........ Anda pikir anda "bisa" menyumbang, "bisa" beramal-saleh, "bisa" berderma? Tidak, Anda tidak "bisa" melakukan semua itu, jika tidak "diberi" kesempatan oleh, Tuhan. Sementara ini, Anda belum "memperoleh" kesempatan untuk berderma, untuk beramal'' saleh, untuk menyumbang. Jangan kaget, jangan tersinggung-lakukan introspeksi diri. Anda berderma untuk apa? Menyumbang untuk apa? Beramal-saleh untuk apa? Jika untuk "menagih" surga, anda hanyalah seorang penagih hutang. Jika untuk "memperoleh" ganjaran dan pahala, maka hubungan Anda dengan Allah, dengan "Apa" pun sebutan Anda bagi "Dia"-hanyalah hubungan antara "peminjam" dan "penagih". Anda tidak lebih baik daripada para penagih hutang yang mendatangi Shaykh dan' mendesak dia untuk melunasi pinjamannya. Pikirkan! Jika Anda menyumbang, berderma, dan beramal-saleh "bukan karena kewajiban", "bukan pula untuk mendapatkan (menagih) imbalan ; ketahuilah bahwa Allah telah "memberikan"' kesempatan itu kepada Anda! Berbahagialah bahwa di antara sekian banyak penagih hutang, pemberi pinjaman dan rentenir, Anda dipilih untuk menjadi "pencinta"! Para penagih hutang mendapatkan kembali hutang mereka. Itu saja. Tidak lebih, tidak kurang. Demikian pula keadaan Anda, jika Anda berdagang dengan Allah. Apa yang Anda berikan "dengan nama" Dia akan diberikan kembali kepada Anda. Tidak lebih, tidak kurang. Terserah Anda-apa mau anda? Hubungan seperti apa yang Anda inginkan dengan Tuhan? Hubungan antara kekasih dan yang dikasihi, atau hubungan antara peminjam dan penagih?......... Demikian nasehat Bapak Anand Krishna untuk meningkatkan kesadaran putra-putri bangsa. Bapak Anand Krishna menyampaikan pandangannya sebagai manusia dan sebagai warga negara Indonesia. Beliau tidak memakai asesoris agama manapun juga. Dan pandangannya juga secara esensi selaras dengan nasehat universal dalam setiap agama. Beliau ingin menyatukan bangsa. Itulah salah satu masalah yang dihadapi bangsa kita. Bila ada beberapa bangsa yang masalah utamanya ras, etnis, atau bahasa, maka masalah utama kita adalah keyakinan/kepercayaan. Sayang pandangan kebhinnekaan beliau tidak disenangi oleh beberapa pihak tertentu yang berusaha mendiskreditkan nama baiknya. Silakan lihat..... http://www.freeanandkrishna.com/in/ Bhagawan Abyasa memberikan nasehat secara tersirat dalam kisah pedagang buah dengan Krishna kecil, barterlah dengan sesama manusia untuk menghidupimu dan kepada Tuhan persembahkan semuanya dengan tulus penuh kasih. Barter, maksudnya berdagang dengan kesetaraan, sama-sama mendapat manfaatnya. Dan kepada Tuhan dalam wujud manusia yang memerlukan bantuan lakukanlah persembahan dengan tulus. Dalam buku "Masnawi Buku Kedua Bersama Jalaluddin Rumi Memasuki Pintu Gerbang Kebenaran", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2000 disampaikan........ Apa maksud Nabi? Salahkah Si Sahabat yang berdoa agar terbebaskan dari penderitaan di akhirat? Lagipula, dia sedang melakukan barter, tukar-menukar, "Ya Allah, biarlah aku menderita sekarang, agar nanti tidak menderita lagi." Dia tidak meminta sesuatu gratis. Oleh Nabi, itu pun dianggap salah. Barter dengan Tuhan, tukar-menukar dengan Allah? Kita memang berjiwa pedagang dan kita anggap Tuhan pun demikian. Maka, berani-beraninya kita berupaya untuk menjalin hubungan dagang dengan Tuhan. Ada "pedagang" yang sedang melakukan perjalanan suci "untuk" memperoleh pengampunan-Nya. Ada pula "pedagang" yang berdoa "agar" keinginannya tercapai. Apa pun yang kita lakukan, ada buntutnya. Ada "mau "-nya. Bermohonlah, supaya yang sulit dipermudah bagimu. Supaya Dia menuntunmu sepanjang jalan hidup ini, karena Dia pula yang menjadi tujuan hidupmu. Mohonlah bimbingan-Nya. Nasihat ini sekaligus merupakan teguran agar dia tidak "berdagang" dengan Tuhan. Seorang sahabat harus berupaya agar kesadarannya mendekati kesadaran nabi. Dan kesadaran nabi tidak mengenal "hubungan dagang". Tidak ada barteran, tukar-menukar dan lain sebagainya. Seorang nabi, seorang avatar, seorang mesias, seorang buddha tidak akan menjalin hubungan dagang dengan Tuhan, dengan Allah, dengan Keberadaan. Dia berserah diri sepenuhnya, "Bukan kehendakku, Ya Allah, tetapi terjadilah Kehendak-Mu!". Seorang Nabi sedang bicara dengan kerumunan. Ada juga doa-doa berbau "dagang" yang mereka ajarkan. Doa-doa semacam itu diperuntukkan bagi mereka yang masih berjiwa dagang, bukan bagi para "sahabat". Pilihan ada di tangan kita, mau mempertahankan jiwa dagang atau mau bersahabat dengan nabi. Bila mau bersahabat dengan nabi, kita harus pasrah. Harus menerima Kehendak Ilahi. Jangan mengeluh, jangan menyangsikan kebijakan-Nya........... Sungai Kehidupan mengalir terus. Dan, kita ikut mengalir bersama sungai itu. Tujuannya apa? Menyatu, bersatu dengan Lautan Keberadaan. Tujuan hidup manusia hanya "satu" - menyatu, bersatu dengan Tuhan. Jika memang demikian, doa apa lagi yang harus anda ucapkan? Tidak bisa lain, permohonan anda pun harus satu, "Supaya yang sulit dipermudah; supaya Dia menjadi penuntun, karena Dia pula yang menjadi tujuan hidup." "Aku dalam perjalanan menuju Engkau, Ya Allah, Ya Rabb. Aku tidak tahu, bekal apa yang akan kubutuhkan dalam perjalanan ini. Apa yang harus kuminta? Engkau Maha Tahu!"............ Untuk Kebahagiaan Sejati, Ikuti Program Online Spiritual Trasnpersonal Psychology http://oeschool.org/e-learning/ Situs artikel terkait http://www.oneearthmedia.net/ind/ http://triwidodo.wordpress.com http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo http://www.kompasiana.com/triwidodo http://twitter.com/#!/triwidodo3 Agustus 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline