Lihat ke Halaman Asli

Renungan Bhagavatam: Kematian Sakatasura dan Trinavarta, Mesin-Mesin Pembunuh Kamsa

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Putra Nanda dan Yasodha telah berusia tiga bulan. Yashoda sangat berbahagia kala melihat sang bayi sudah mulai bisa tengkurap. Sang bayi memang amat menawan, dan setiap orang selalu mencintainya dengan hati yang tulus. Pada suatu saat sang bayi dimandikan di sungai Yamuna dan kemudian diberikan pakaian yang bagus. Sang bayi nampak mengantuk dan Yashoda meletakkan sang Bayi di bawah pedati yang sudah ada di tepi sungai Yamuna. Sekejap yashoda melupakan sang bayi dan asyik mengobrol dengan para gopi. Ini adalah pelajaran dari kita bahwa mereka mereka yang dekat dengan Avatara, Wujud Ilahi, kadang-kadang melupakan berkah tersebut dan terlelap dalam permainan dunia, sehingga muncul masalah. Yashoda melupakan sang bayi dan asyik mengobrol dengan para Gopi lainnya. Sita yang sudah bertahun-tahun berjalan bersama Sri Rama, bahkan meminta Sri Rama untuk memperoleh Kijang Kencana. Seperti manusia yang sudah dekat dengan Tuhan, yang merupakan tujuan akhir manusia, malah minta pada Tuhan untuk sesuatu hal yang bersifat duniawi. Sehingga Sita menjadi terperangkap dalam sandera Rahwana, gambaran ego manusia, dan memerlukan perjuangan panjang untuk dapat kembali menjadi dekat dengan Sri Rama, Dia Yang Berada di Mana-Mana. Dalam program online Svarnadvipa Institute of Integral Studies, Bapak Anand Krishna menyampaikan dalam sebuah materi............. Keluhan kita sering bahwasanya kita tidak merasakan kehadiran Allah (Lukas 2: 44/7). Kesadaran kita pasang surut. Dalam meditasi atau latihan spiritual lainnya pun kita sudah tidak merasakan seperti apa yang kita rasakan "dulu". Keluhan-keluhan ini terjadi karena "walau sudah dekat dengan Gusti, kita take things for granted". Orang tua Yesus tahu persis siapa anak mereka. Tetap saja seperti diwartakan dalam lukas 2:48-9, mereka bisa meninggalkan dia seorang diri di Yerusalem. Sehari kemudian mereka baru sadar bila Yesus kecil tidak bersama mereka. Ini salah siapa? Setelah itu pun, ketika sadar bahwa Yesus tidak bersama mereka, mereka masih bertanya-tanya kepada kawan dan kerabat di dalam rombongan mereka........... Betapa cepatnya kita melupakan Yesus ketika berada dalam frekuensi kesadaran gerombolan. Akhirnya mereka kembali ke Yerusalem dan menemukan Yesus. Apa kata Yesus? Dia selalu bersama Gusti di Bait Gusti - berarti selalu dalam kesadaran kemahadiran Gusti. Yang meninggalkan siapa? Yesus meninggalkan kita atau sebaliknya justru karena kita berada di frekuensi rendah materi maka kilauan wajah Yesus tidak tampak lagi? kita jatuh dari gelombang kesadaran kemahahdiran-Nya, maka kehadiran Yesus pun tidak terasa, karena Beliau selalu berada dalam kesadaran kemahahadiran-Nya. Tiba-tiba terdengar suara ribut, kereta pedati tersebut jatuh, hancur bersama dengan barang-barang yang ada di atasnya. Yashoda bersama para Gopi segera lari menuju sang bayi. Dana anak-anak kecil bercerita bahwa kaki kecil sang bayi menendang kereta pedati sehingga terjungkal dan rusak. Siapakah yang dapat percaya dengan cerita para anak kecil. Mana mungkin kaki seorang bayi mungil berusia tiga bulan menendang sebuah kereta pedati? Adalah Kamsa yang menyuruh seorang Asura bernama Sakatasura untuk menculik dan membunuh sang bayi putra Nanda dan Yashoda. Kematian Putana mulai meyakinkan diri Kamsa bahwa putra Nanda dan Yashoda sebenarnya adalah putra kedelapan Vasudeva dan Devaki yang telah pindah tempat seperti yang diucapkan oleh Mahamaya. Oleh karena itu Kamsa mengirimkan "mesin-mesin pembunuh" untuk membunuh putra Nanda dan Yashoda tersebut. Sakatasura mengubah wujudnya sebagai kereta pedati dan bermaksud membawa sang bayi dan melarikannya keluar dan kemudian membunuhnya. Akan tetapi kaki kecil sang bayi avatara telah menyentuhnya dan Sakatasura meninggal. Vamana Avatara pernah menggunakan kaki kecilnya untuk menaklukkan Raja Bali dengan tiga langkahnya. Langkah pertama meliputi langit, langkah kedua meliputi bumi dan langkah ketiga di atas kepala sang raja memuliakan Raja Bali. Varaha Avatara pernah menggunakan kaki celeng raksasa untuk menendang Hiranyaksa sehingga Hiranyaksa meninggal. Dan kali ini sang bayi avatara menyentuh Sakatasura dan sang asura menjadi terbebaskan. Pada era Satya Yuga, Sakatasura lahir sebagai Utkaca putra dari Hiranyaksa. Utkaca pergi ke pondok Muni Lomasa dan menebang beberapa pohon. Muni adalah Resi yang melakukan pengabdian kepada Tuhan dengan cara diam atau sedikit sekali mengucapkan kata-kata. Muni Lomasa kemudian mengutuknya sehingga dia tidak mempunyai wujud. Dan Wujud Utkaca yang sangat besar tersebut berubah menjadi udara. Utkaca mohon ampun, dan Muni Lomasa berkata bahwa dalam manvantara berikutnya dia akan disentuh oleh Narayana dan ia akan terbebaskan. Bila Putana, asura wanita penyihir adalah simbol dari guru palsu yang harus dilenyapkan oleh Sri Krishna, maka Sakatasura adalah simbol dari kereta pedati yang membawa kebiasaan lama dan kebiasaan baru. Sri Krishna menendang belenggu  "kereta pedati pola pikiran" ini dengan menendangnya keluar........ Tanpa sadar manusia telah terbelenggu oleh kebiasaannya. Terbelenggu oleh obsesi masa lalu yang terungkap dengan sifat genetik tertentu yang dikaruniakan kepada masing-masing manusia. Kemudian manusia juga terbelenggu oleh obsesi dalam kehidupan saat ini. Dalam buku "Ah Mereguk Keindahan Tak Terkatakan Pragyaa-Paaramitaa Hridaya Sutra Bagi Orang Modern", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2000 disampaikan......... Sang Buddha telah melampaui segala macam pengalaman dan tidak memiliki keinginan lagi akan hidup dalam keadaan "achitta varanah". Saya menerjemahkannya secara bebas, "hidup tanpa gangguan yang disebabkan oleh pikiran". Secara harfiah, chinta berarti "pikiran" mind. Kemudian, varanah berarti "bungkusan". Nah, karena sebelum kata chintta ada "a", maka achitta-varanah bisa diterjemahkan sebagai "tanpa bungkusan pikiran". Hidup tanpa bungkusan pikiran. Seorang Boddhisatva "hidup tanpa bungkusan pikiran". Apa maksud Sang Buddha? Sementara ini, kita belum pernah hidup bebas. Kita belum kenal kebebasan. Kita hidup dalam kurungan. Dan yang mengurungi kita adalah pikiran. Berlapis-lapis pikiran yang mengurungi kita......... Ada tiga lapisan utama: Lapisan Pertama adalah yang ada warisi dari kelahiran sebelum ini. Obsesi-obsesi anda dari masa lalu, keinginan-keinginan yang tidak tercapai dalam masa kelahiran sebelumnya, sehingga anda masih harus lahir kembali. Lapisan Kedua adalah yang terbentuk dalam kelahiran ini. Keinginan-keinginan dan obsesi-obsesi baru. Lapisan ketiga adalah yang anda peroleh dari masyarakat. Hukum negara, dogma agama, kode etik yang berlaku dalam kelompok anda semuanya ikut membentuk lapisan yang ketiga ini. Dan lapisan-lapisan tersebut bagaikan kurungan. Anda hidup dalam kurungan yang berlapis-lapis. Anda belum pernah hidup bebas............ Hanya seorang Buddha yang hidup bebas. Hanya dialah yang hidup di luar kurungan. Buddha sedang mengundang anda untuk membebaskan diri dari "kurungan". Tetapi anda tidak berani. Anda masih ragu-ragu. Anda masih bimbang, "Di dalam kurungan, hidup saya sudah cukup secure. Cukup terjamin. Sudah bisa makan enak. Sudah bisa jalan-jalan ke Mal. Sudah bisa nonton film. Sudah bisa ke diskotik. Di luar sana, semua itu ada nggak?............ Seorang Yesus sangat persuasive. Seorang Muhammad sangat lembut. Mereka akan memberikan gambaran "surga". Mereka ingin anda bebas dari kurungan. Dan mereka tahu persis, jika tidak diberikan iming-iming surga, anda tidak akan berani keluar dari kurungan. Untuk menerima undangan seorang Buddha, anda haruslah seorang pemberani. Berani loncat keluar dari kurungan, tanpa berpikir lagi. Kalau sudah mulai pikir-pikir, anda tidak akan pernah keluar dari kurungan. Banyak sekali pertimbangan. Dan anda akan memilih berada dalam kurungan. Hidup sekian lama dalam "kurungan pikiran", banyak di antara anda telah menjadi pengecut, tidak berani mengambil resiko. Anda belum berani hidup bebas............ Sebaliknya, seorang Buddha tidak pernah takut. Ia hidup bebas Es Dhammo Sanantano demikianlah adanya! Buddha melanjutkan: Dengan cara inilah, para Buddha dari tiga jaman telah mencapainya. "Dengan cara itulah" berarti dengan cara melampaui segala macam pengalaman. Berarti dengan cara melampaui keinginan untuk mencapai sesuatu. Tiga jaman berarti masa lalu, masa kini dan masa depan. Para Buddha masa lalu mencapainya dengan cara ini. Para Buddha masa kini tengah berupaya untuk mencapainya dengan cara yang sama. Begitu pula dengan para Buddha masa depan, mereka juga akan menempuh jalan yang sama. Mereka pun akan menggunakan cara yang sama. Siddhartha tengah memberikan metode lintas jaman, lintas agama, lintas budaya, meditasi!........ Demikian pandangan Bapak Anand Krishna untuk memberdayakan diri, untuk mencerdaskan bangsa, untuk meningkatkan kesadaran. Sayang ada beberapa kelompok yang tidak suka dengan pandangan beliau yang lintas keyakinan dan mencoba mendiskreditkan nama beliau. Silakan lihat.... http://www.freeanandkrishna.com/in/ Pada suatu ketika saat Yashoda selesai memandikan sang bayi di halaman rumahnya, dia merasa sang bayi terasa sangat berat. Melihat sang bayi sedang tertidur nyenyak, maka Yashoda meninggalkan sang bayi di halaman dan masuk ke rumah menyelesaikan beberapa pekerjaan. Asura Pembunuh suruhan Kamsa bernama Trinavarta datang dan mengambil wujud angin puyuh. Seluruh penduduk Gokula berada dalam kepanikan dan menutup mata dan segera masuk ke rumah, karena debu, daun-daun kering dan kerikil beterbangan. Tidak berapa lama angin puyuh reda, dan Yashoda segera lari ke halaman mencari sang bayi. Akan tetapi sang bayi tidak nampak. Yashoda ketakutan bahwa sang bayi terbawa oleh angin puyuh. Asura Trinavarta membawa sang bayi terbang tinggi ke langit dan bermaksud menjatuhkannya, kala dia merasa sang bayi begitu berat, sehingga dia tidak kuat membawanya. Kemudian dalam keadaan setengah sadar dia merasa tangan mungil sang bayi mencekiknya dan tubuhnya jatuh ke bumi. Asura Trinavarta mati. Beberapa saat kemudian penduduk Gokula merasa seperti ada gempa bumi dan mendengar suara seperti bukit runtuh di tepi hutan. Mereka berlari ke sana dan melihat seorang asura yang luar biasa besarnya mati dengan sang bayi yang masih berada dalam pelukannya. Para penduduk tak dapat memperkirakan apa yang terjadi dan hanya bersyukur kepada Narayana yang telah menyelamatkan sang bayi putra Nanda dan Yashoda. Trinavarta dalam kehidupan sebelumnya adalah seorang raja yang merupakan seorang bhakta Narayana yang teguh. Pada suatu ketika di pantai Reva yang indah dia menikmati waktu luang dengan ribuan wanita cantik. Ketika Muni Durvasa datang, sang raja tidak memberikan hormat kepada sang muni, sehingga keluarlah kutukan, "Wahai hati yang dipenuhi rasa kenikmatan, jadilah seorang Asura penikmat duniawi!" Ketika sang raja memohon ampun, Muni Durvasa berkata, "Wahai Raja, sentuhan tangan Krishna akan memberimu kebebasan!"...... Setelah mendapat sentuhan sang bayi avatara, Trinavarta menemui kebebasan......... Trinavarta, asura angin puyuh melambangkan kebanggan semu seorang pelajar yang mengarah kepada filosofi semu.  Kebanggaan palsu tersebut dibuang oleh Sri Krishna. Dalam buku "Indonesia Under Attack Membangkitkan Kembali Jatidiri Bangsa", Anand Krishna, One Earth Media, 2006 disampaikan......... Filsafat memang hampir selalu membingungkan. Kecuali kita menemukan Intinya, yaitu Falsafah sesuatu yang mencerahkan. Terjadinya pencerahan, lahirnya Falsafah, mengakhiri peran filsafat dalam hidup. Filsafat adalah jalan menuju Falsafah, Pencerahan. Jalan dapat membingungkan, apalagi mereka yang baru menempuhnya pertama kali. Tujuan tidak pernah membingungkan. Dan, dari Pencerahan-lah lahir kesadaran akan Kemahadayaan Kasih......... Dalam buku "Indonesia Under Attack Membangkitkan Kembali Jatidiri Bangsa", Anand Krishna, One Earth Media, 2006 juga disampaikan......... Kepercayaan terhadap konsep tentang Tuhan tidak sama dengan kepercayaan pada Tuhan. Kepercayaan seperti itulah yang disebut candu oleh Marx dan racun oleh Mao. Kau sedemikian rupa termabukkan dengan konsep yang kau percayai, sehingga jiwamu mati. Tidak berkembang lagi. Kemudian, konsep-konsep itu kau berhalakan. "Aku tidak memahami maksudmu." Ada yang berkonsep bahwa Tuhan tidak dapat digambarkan. Maka, penggambaran Tuhan diharamkan. Ada yang berkonsep bahwa Tuhan dapat digambarkan, maka penggambaranya dihalalkan. Pikiranmu menghalalkan sesuatu, dan mengharamkan yang lain. Pikiranmu yang percaya pada konsep tentang halal dan haram terjebak dalam definisi buatannya sendiri. "Definisi buatan sendiri? Kau salah, definisi-definisi itu bukanlah buatan sendiri. Definisi-definisi itu diwarisi secara turun-temurun. Definisi itu dari Tuhan, setidaknya demikianlah pemikiran mereka." Demikian pemikiran mereka. Demikianlah yang terpikir oleh mereka........ Dalam buku "Indonesia Under Attack Membangkitkan Kembali Jatidiri Bangsa", Anand Krishna, One Earth Media, 2006 dalam bab lainnya juga  disampaikan......... Tetapi, ya, konsep tentang kebenaran itu berasal dari pikiran. Pikiran yang setiap saat mengalami pasang-surut, naik-turun, kadang menguat, kadang melemah. Maka setiap konsep yang lahir darinya mengalami hal yang sama. Bila konsep tentang kebenaran seperti itu yang dijadikan landasan, maka berantakanlah semuanya. "Bukan, bukan konsep tentang kebenaran. Tetapi, Kebenaran itu sendiri. Kebenaran dengan "K" besar." Let me warn your once again, asal kau tidak keberatan......... karena, bagi kelompok agama, Kebenaran dengan "K" besar itu menjadi sama dengan Tuhan. Maka, mereka pun berkonsep tentang Tuhan. Dan, konsep-konsep itu sudah pasti saling bertentangan, beda dari manusia ke manusia karena semuanya berasal dari pikiran. Pikiran manusia yang berbeda-beda. Inilah yang terjadi selama ini. Lihat saja keadaan mereka yang menjadikan Tuhan, atau lebih tepatnya "konsep tentang Tuhan" sebagai landasan. Mereka menempatkan diri sebagai konsep yang paling tepat, paling benar. Mereka menganggap diri mereka sebagai wakil Tuhan, kemudian menindas dan merampas kebebasan orang lain atas nama Tuhan..........

Untuk Kebahagiaan Sejati, Ikuti Program Online Spiritual Trasnpersonal Psychology http://oeschool.org/e-learning/

Situs artikel terkait http://www.oneearthmedia.net/ind/ http://triwidodo.wordpress.com http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo http://www.kompasiana.com/triwidodo http://twitter.com/#!/triwidodo3 Agustus 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline