Lihat ke Halaman Asli

Renungan Bhagavatam: Raja Dusyanta dan Dewi Shakuntala, Kisah Leluhur Para Pandawa

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13116580591172289874

Raja Dusyanta adalah salah seorang raja bijaksana dari dinasti Puru. Dia dihormati seluruh rakyatnya. Pada suatu kali dalam perjalanan inspeksi di wilayah kerajaannya, sang raja mampir ke ashram Resi Kanwa. Raja Dusyanta bertemu dengan seorang putri cantik yang memperkenalkan diri sebagai putri angkat Resi Kanwa. Shakuntala adalah putri dari Rajarishi Kausika dengan Bidadari Menaka. Rajarishi Kausika melanjutkan pertapaannya untuk mencapai derajat Brahmarishi. Dan, nantinya Sang Rajarishi akan mencapai Brahmarishi bergelar Resi Wiswamitra. Pada suatu hari Menaka harus kembali ke kahyangan dan meninggalkan bayi perempuan kecil di dekat ashram Resi Kanwa, sahabat dari Rajarishi Kausika. Resi Kanwa menemukan bayi perempuan kecil ditemani burung-burung shakunta, maka anak tersebut diberi nama Shakuntala dan diangkat sebagai putri angkatnya. Raja Dusyanta berbahagia kala mendengar bahwa Shakuntala adalah putri Rajarishi Kausika. Dusyanta melamar sang putri menjadi istrinya dan berjanji putra mereka akan menjadi putra mahkota. Shakuntala meminta agar mereka menunggu kepulangan Resi Kanwa, tetapi sang raja terus mendesaknya. Karena kedua hati telah bertaut, maka mereka mengadakan perkawinan secara gandharwa. Pada masa itu seorang kesatria diperbolehkan kawin secara gandharwa. Setelah beberapa lama, Raja Dusyanta kembali ke istana dengan rasa penuh ketakutan terhadap Resi Kanwa. Ada beberapa senjata yang paling ditakuti orang di masa itu, senjata raja adalah pasukannya, sedangkan senjata resi adalah kutukannya. Resi Kanwa datang setelah Raja Dusyanta pergi. Shakuntala masuk kamar, malu menemui ayah angkatnya. Dengan mata batinnya, sang resi paham apa yang telah terjadi. Sang resi berkata, "Shakuntala, aku tidak marah, aku merestui perkawinanmu. Dusyanta adalah raja besar yang adil bijaksana. Ia raja terbaik. Kamu akan menjadi ibu dari putra yang akan menjadi maharaja agung." Tahun demi tahun berlalu, Sarwadamana, sang putra menjadi besar dan nampak aura kewibawaan yang memancar darinya.  Tetapi Dusyanta belum datang juga. Shakuntala merasa waktu berjalan sangat lambat........ Dalam buku "Si Goblok, Catatan Perjalanan Orang Gila", Anand Krishna, Koperasi Global Anand Krishna, 2009 disampaikan.......... Semua hanyalah permainan pikiran belaka. Orang bisa fokus pada satu waktu kemudian menjadi tidak fokus. Momen waktu menjadi sangat kuat melebihi apa pun. Orang lahir pada satu waktu kemudian mati pada satu waktu juga. Ada saat bahagia dan juga saat sedih. Suatu momen bisa bertahan selamanya, tetapi bisa juga berakhir mendadak. Saat Anda bahagia, banyak yang bilang, waktu berlalu begitu cepat. Saat Anda sedih, waktu seolah-olah merayap bagai siput. Jadi, waktu itu apa? Waktu hanyalah cerminan pikiran Anda, kondisi mental Anda. Kita mungkin hidup di rentang sejarah yang sama, tetapi masing-masing dari kita sebenarnya hidup dalam unit waktunya sendiri. Benar, unit waktu saya bisa jadi berbeda dengan unit waktu Anda. Saya mungkin melewati tahun 2009 ini dengan perasaan sedih, dan Anda mungkin sebaliknya. Waktu bisa saja berlalu begitu lambat bagi saya namun begitu cepat bagi Anda......... Akhirnya Kanwa memanggil Sarwadamana, "Cucuku, dari pihak ibumu kau adalah cucu dari Rajarishi Kausika yang agung, yang penuh semangat meniti ke dalam diri, bahkan meninggalkan tahta, membantu orang yang kesusahan dan dihormati bahkan oleh seluruh dewa. Dari pihak ayahmu, Dusyanta mempunyai garis keturunan dari Raja Puru putra Yayati yang bijaksana. Kamu mempunyai genetika bawaan sempurna sebagai raja, sekarang bawa ibumu menghadap ayahmu. Kau jangan memaksa ayahmu menerima dirimu sebagai putranya. Bila dia belum menerima, jangan paksa, yakinlah ada waktunya dia akan memelukmu memanggilmu putra. Aku segera melakukan samadhi mencoba menghubungi kakekmu yang masih bertapa. Dia akan membantumu dari jauh. Yakinlah." Shakuntala kemudian menurut saja digandeng sang putra menuju istana. Sang putra berkata, "Ibu aku telah dipesan kakek, sebaiknya ibu menceritakan kisah sebenarnya kepada ayahanda. Setelah itu jangan menangis. Diterima atau tidak diterima ayahanda adalah urusan Gusti. tetapi masalah ini harus terselesaikan. Sehingga arah hidupku menjadi jelas menjadi putra raja atau mengikuti kakek menjadi seorang pertapa." Sepanjang perjalanan semua orang memperhatikan mereka dengan penuh penghormatan. Seorang ibu muda yang anggun bak dewi kahyangan dengan putra yang tampan dan memancarkan aura kewibawaan. Wajah sang putra tidak asing bagi mereka, itu adalah wajah raja Dusyanta. Sampai di istana mereka melihat sang raja sedang duduk di singgasana. Sang putra segera mengajak sang ibunda bersujud menghormati Gusti yang mewujud sebagi raja. Shakuntala kemudian mengingatkan sang raja tentang kejadian sewaktu sang raja berkunjung ke rumah Resi Kanwa, "Demikian Paduka Raja Dusyanta, ini adalah putramu hasil paduan kasih dari kita berdua." Sang Raja kaget, dan tegang luar biasa, "Tidak, aku tidak ingat benar siapa engkau, nampaknya kita pernah bertemu tetapi aku lupa." Kelemahan dari perkawinan gandharwa adalah tidak adanya saksi atas perkawinan tersebut. Raja Dusyanta bingung, bagaimana dia dapat memberi pemahaman kepada para menterinya tentang kejadian tersebut. Siapa yang dapat membuktikan bahwa remaja tersbut adalah benar-benar putranya? Ini adalah masalah besar bagi kerajaan. Begitu diakui, maka otomatis sang remaja menjadi putra mahkota. Yang tahu betul putra siapa adalah ibunya, tetapi apakah ibunya dapat dipercaya atau tidak? Dan Dusyanta kebingungan....... Shakuntala berkata, "Ingatlah paduka raja mengajariku agar bertanya pada Atman yang berada dalam diriku untuk kawin denganmu. Sesuai kesadaranku pada waktu itu Manas, pikiran kuanggap Atman. Pikiranku segera memberikan persetujuan. Bahkan aku tidak peduli tentang kesadaranku, yang jelas aku sepenuh hati menjadi istrimu. Paduka raja, sekarang bertanyalah pada Atman-mu jangan pada Manas-mu! Seorang raja yang menipu dirinya, menipu Atman-nya tidak akan pernah bisa mendapatkan ketenangan. Mungkin paduka akan menolakku karena aku anak hasil perkawinan seorang raja dengan bidadari, tetapi paduka tak dapat menolak darah dagingmu sendiri. Paduka saya ingatkan bahwa nenek moyang paduka,  Ayu adalah putra dari raja Pururawa dengan Urvasi yang seorang bidadari juga." Shakuntala menangis, hatinya tersayat dan penuh kekecewaan dan kemarahan. Sang putra segera menggandeng ibunya meninggalkan istana, "Bunda tenanglah, arah hidupku telah jelas, aku akan menjadi pertapa yang paling baik yang dapat membahagiakan dirimu. Yakinlah pada putra remajamu ini! Bunda mari pergi tinggalkan istana ini!" Sang remaja berkata, "Wahai paduka raja, aku mendengar dari kakek Resi Kanwa, bahwa kebenaran ucapan adalah sama agungnya seperti pelajaran kitab suci dan membersihkan diri di sungai-sungai suci. Tidak ada dharma yang lebih besar selain kebenaran. Brahman adalah kebenaran mutlak. Jangan menghina Brahman dalam diri paduka. Paduka, Aku dan bunda mohon diri." Sang raja tertegun, melihat punggung sang ibu dan sang anak. Hatinya ingin mengakui, tetapi dia malu kepada seluruh menterinya. Mau bicara tidak bisa, mau berdiri tidak mampu. Semua yang hadir tersentuh melihat sang ibu muda menangis terisak-isak, dihibur putra remaja yang tabah dan perkasa. Tiba-tiba datang suara membahana dari langit: "Dusyanta, perempuan ini adalah istrimu, dan anak remaja ini adalah putramu. Dia akan menjadi maharaja yang besar melebihi dirimu. Shakuntala telah berkata benar. Jangan menghina Shakuntala yang telah lama menderita." Tiba-tiba nampak para dewa di langit yang berkata, "Kemarahan seorang perempuan akan menghancurkan seluruh keluarga keturunan Puru. Kejar segera isterimu, tenangkan isteri yang luhur itu. Panggillah putramu dengan nama Bharata karena kami sudah memintamu mengambil dia. Bhara berarti melindungi, mengawal. Karena putramu inilah anak keturunanmu dipanggil sebagai dinasti Bharata." Sebuah campur tangan Ilahi, tanpa campur tangan ilahi, mungkin dinasti Bharata tak menjadi golongan kesatria, tetapi menjadi golongan brahmana. Dusyanta segera mengejar Shakuntala dan Bharata dan meminta mereka menjadi permaisuri dan putra mahkota. Dalam buku "Si Goblok, Catatan Perjalanan Orang Gila", Anand Krishna, Koperasi Global Anand Krishna, 2009 disampaikan.......... Uang, materi, dan pikiran menurut Buddha, yang terbangkitkan, adalah "benda". Dan, seperti benda lainnya, memiliki awal dan akhir. Semua itu hanya temporer, sementara. Kita berinteraksi dengan ketiganya, dan mendapatkan kenikmatan dari interaksi ini. Akan tetapi, kenikmatan pun hanya temporer, sementara. Kenikmatan pun tidak bertahan lama. Kenikmatan pun tidaklah abadi. Lalu, kita pun kecewa. Padahal, kita sebenarnya mencari kebahagiaan abadi. Kita mencari kebahagiaan spiritual. Kita tidak pernah bahagia, tidak pernah terpuaskan oleh kenikmatan inderawi yang memang hanya sementara. Sayangnya, banyak dari kita tidak menyadari hal ini. Kita tidak menyadari kesalahan kita sendiri, harapan dan ekspektasi yang salah. Bagaimana bisa merasakan kebahagiaan abadi dari materi atau benda yang tidak abadi? Inilah yang menjadi alasan ketidakbahagiaan kita, kekhawatiran kita, stress dan depresi. Kita senantias mencari kebahagiaan, namun hanya segelintir yang menemukan kebahagiaanitu. Kenapa? karena mereka yang segelintir ini mencari kebahagiaan di tempat dan sumber yang tepat. Kebahagiaan itu lebih bersifat rohani dan, oleh karena itu, harus ditemukan di dalam ruh, dari dalam diri masing-masing. Kebahagiaan tidak bisa dicari di luar diri, dari benda-benda luar. Kebahagiaan bukanlah benda. Bukan pula materi. Kebahagiaan itu energi 100% dan 24 karat. Ups, tetapi energi dan materi itu relative, keduanya dikaitkan oleh hukum relativitas yang diteorikan oleh Eistein.......... Demikian beberapa kutipan pandangan Bapak Anand Krishna yang berusaha mencerdaskan seluruh bangsa, dengan visi One Earth, One Sky, One Human Kind. Sayang ada beberapa kelompok yang tidak senang dengan pandangan kebhinnekaan beliau dan berusaha mendiskreditkan namanya. Silakan lihat......... http://www.freeanandkrishna.com/in/ Mata Parikesit menitik mendengar kisah yang disampaikan Resi Shukabrahma dan berkata pelan, "Wahai Guru, sejatinya hanya karena rahmat Ilahi kami menjadi salah satu keturunan Bharata.  Bagaimana dengan Shakuntala-Shakuntala dan Bharata-Bharata lain yang menjadi korban perkawinan gandharwa, yang ayahnya tetap tidak mengakui?" Resi Shukabrahma berkata, "Wahai Raja, semua yang lahir dan hidup tidak dapat lepas dari hukum sebab-akibat. Menanam padi menunggu panen 4 bulan. Menanam pohon jambu menunggu panen 7 tahun. Menanam pohon jati bisa menunggu puluhan tahun. Pikiran, ucapan dan tindakan kita merupakan benih tanaman dan tak ada seorang, bahkan dewa pun yang tahu kapan panennya. Menerima dan menghadapi panen di depan mata dengan penuh kesadaran. Itulah intisari kehidupan....... Bagaimana pun itu semua terjadi dalam jaring ilusi maya. Karena kesadaran kita masih pada tingkatan mental emosional. Para suci kesadarannya telah melampaui kesadaran mental emosional. Semua tindakannya berdasar intelegensia, selaras dengan alam. Bahkan sudah mencapai kesadaran murni, kebahagiaan hakiki. Mereka sudah tidak terpengaruh oleh peristiwa yang terjadi di luar......" Parikesit terharu, "Guru aku pasrah pada-Mu, Guru lebih tahu apa yang lebih baik bagiku. Namaste. Aku bersujud pada Dia yang berada dalam diri Guru." Situs artikel terkait http://www.oneearthmedia.net/ind/ http://triwidodo.wordpress.com http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo http://www.kompasiana.com/triwidodo http://twitter.com/#!/triwidodo3 Juli 2011 Numpang Promo: Manusia tidak berubah, tetapi cara kita memahami kejiwaannya berubah. Psikologi konvensional Freudian yang banyak dipakai para motivator kontemporer dari Covey hingga Hicks ternyata tidak membantu memperindah dunia ini. Para ilmuwan modern seperti Ken Wilber mulai menengok ke belakang dan mempelajari kembali pandangan-pandangan Wiliam James dan Aurobindo, maka ilmu psikologi pun memasuki level baru, yaitu Transpersonal Psikologi yang sekarang sudah diakui oleh Inggris maupun AS. Berarti selama 100 tahun lebih kita menyalahpahami jiwa manusia. Dengan hasil yang sangat berbahaya, yaitu solusi-solusi kita pun salah. Dalam waktu dekat kita akan memulai program online baru, yang bahkan akan memasuki level transpersonal yang lebih advance, yaitu "Spiritual Transpersonal Psychology". Silakan mampir ke http://oeschool.org/e-learning/ Program online baru "Online Spiritual Transpersonal Psychology". Akan dimulai paling lambat tgl 1 September 2011. Program dan pembahasan bilingual. Ada 12 materi biweekly/dua mingguan. Kualifikasi minimal S1. Usia tidak terbatas. Siapa saja boleh ikut. Biaya untuk program 12 lesson Rp 720,000. Pendaftaran terakhir tgl 15 Agustus 2011. Mereka yang mendaftar sebelum tanggal 7 Agustusi dan sudah melunasi, mendapatkan early bird discount dan hanya membayar Rp 540,000. Contact Person: Triwidodo, HP; 081326127289 email tdjokorahardjo@yahoo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline