Lihat ke Halaman Asli

Renungan Bhagavatam: Wiswamitra, Perjuangan Tak Kenal Lelah Seorang Brahmarishi

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13112950491349135135

Alkisah pada suatu hari, Raja Kausika putra mendiang Raja Gadhi, beserta pasukannya mengunjungi Resi Vasistha. Mereka dijamu Resi Vasistha dengan hidangan berlimpah. Raja Kausika heran bagaimana caranya Resi Vasistha dapat menyiapkan hidangan begitu lezat yang mencukupi seluruh kebutuhan pasukannya. Kemudian Resi Vasistha memanggil lembu Ilahi Sabala yang merupakan sumber segala kebutuhan yang tak ada habisnya, dan menjelaskan kepada Raja Kausika bahwa Sagala lah yang menyediakan hidangan tersebut. Raja Kausika berkata, "Wahai Resi, lembu ini lebih bermanfaat bagi kerajaan daripada berada di ashram pedesaan, biarlah lembu ini saya bawa ke istana." Karena Resi Vasistha merasa berkerkeberatan, maka Raja Kausika memerintahkan para prajuritnya menyeret Sabala. Keinginan untuk memiliki Sabala, dan keinginan untuk mempertahankan kenikmatan dari Sabala, membuat Raja Kausika lupa diri dan mencari pembenaran dengan mengatakan bahwa istana lebih butuh Sabala daripada ashramnya Resi Vasistha. Lembu Ilahi Sabala meneteskan air mata, dia sangat sedih, mengapa Resi Vasistha yang sudah dianggap sebagai orang tuanya melepaskan dia begitu saja mengikuti sang raja. Tergerak oleh rasa kasih, Resi Vasistha kemudian berkata kepada Sabala, "Sabala keluarkan pasukan untuk mengalahkan pasukan Raja Kausika." Sabala kemudian menciptakan pasukan yang sebanding kekuatannya dengan pasukan Raja Kausika. Dan, pasukan Raja Kausika mengalami kekalahan telak dari pasukan ciptaan Sabala. Raja Kausika merasa malu, ternyata kekuatan seorang raja tidak dapat mengalahkan kekuatan seorang resi. Raja Kausika pulang ke istana, menyerahkan kekuasaan kepada putra mahkotanya dan pergi bertapa mohon senjata dari Shiva. Dengan tapa kerasnya Shiva berkenan memberikan senjata Bramastra. Dengan panah Bramastra anugerah dari Shiva tersebut, Raja Kausika kembali mendatangi padepokan Resi Vasishta. Dengan panahnya padepokan tersebut dihancurkan menjadi abu dan akhirnya berhadapanlah Raja Kausika dengan Resi Vasistha. Resi Vasistha memakai tongkatnya sebagai senjata. Ternyata panah Bramastra pun terserap ke dalam tongkat Brahmadanda dari Resi Vasistha. Kembali Raja Kausika menderita kekalahan dari Resi Vasistha. Dan sang raja kembali bertapa ribuan tahun agar dapat menjadi seorang resi yang dapat menandingi Resi Vasistha. Dikisahkan bahwa Raja Trisanku dari dinasti Surya, yang merupakan leluhur Sri Rama tidak ingin mati berpisah dari raganya, dan ingin ke surga bersama raganya. Dia meminta Resi Vasistha mengabulkan permohonannya, tetapi dia ditolak. Ketika sang raja mohon kepada para putra Vasistha, mereka bahkan mengutuknya menjadi seorang chandala, sehingga tak ada seorang pun yang mengenalinya, dan dia pergi mengembara dan tidak kembali ke istana. Dalam pengembaraannya, sang chandala bertemu dengan Resi Kausika yang sedang bertapa. Kausika mengenali bahwa sang chandala adalah Raja Trisanku. Raja Trisanku berkata, "Sewaktu menjadi raja, aku selalu berbuat baik dan tak pernah menyimpang dari dharma, tetapi putra Vasistha telah mengutukku, kami mohon pertolongan Bapa Resi." Resi Kausika membantu Raja Trisanku, dan bahkan mengusahakan Raja Trisanku dapat naik ke surga bersama tubuhnya. Ketika Raja Trisanku naik ke surga dan dan ditolak Indra, Resi Kausika kemudian membuatkan surga khusus bagi Trisanku, dan para dewa terpaksa menyetujuinya karena takut kepada kesaktian Resi Kausika. Begitu banyak galaxy di alam semesta dan sampai saat ini jumlahnya milyaran dan masih berkembang terus. Dalam sebuah galaxy pun ada milyaran matahari. Bhagawan Abyasa mengingatkan bahwa alam semesta ini sangat luas. Bahkan bumi pun hanya setitik debu dalam kebesaran alam semesta. Oleh karena itu jangan sekali-kali merasa angkuh terhadap kekuasaan Yang Maha Kuasa. Pada suatu saat Resi Kausika terketuk oleh pengorbanan Resi Ajigarta yang merelakan putranya menjadi persembahan Varuna, agar cucu Raja Trisanku yang menjadi putra mahkota selamat. Resi Kausika kemudian memanggil seratus putranya agar ada salah satu yang sanggup berkorban menggantikan putra Resi Ajigarta. Separuh putranya menolak dan beralasan mengapa putra seorang rajaresi menggantikan putra resi tak terkenal sebagai korban persembahan. Kemudian kelimapuluh putranya dikutuk menjadi pengikut suku liar Nisadha, pemakan anjing selama 1.000 tahun. Kutukan tersebut bisa dimaknai, bahwa seorang putra yang tidak patuh dan tidak berbakti kepada orang tuanya, akan lahir kembali selama beberapa kehidupan sebagai penjaga setia yang patuh kepada majikan, layaknya anjing yang patuh pada tuannya. Hutangnya adalah kesetiaan mengabdi, sehingga karena tidak mengabdi kepada orang tua, maka dia harus mengabdi pada seorang majikan dalam beberapa generasi. Demikian pula kala Kausika sedang mengadakan upacara persembahan agar Raja Trisanku bisa naik ke surga, para putra Vasistha datang melecehkannya, "Bagaimana bisa seorang bekas raja dapat menaikkan seorang chandala ke surga." Para putra Vasistha pun kemudian dikutuk  Kausika menjadi pengikut suku liar Nisada selama 1.000 tahun. Kutukan tersebut dapat dimaknai, seorang brahmana yang membuat seorang raja menjadi chandala, dan menyepelekan tapa seorang ksatriya, maka dia pun harus merasakan bagaimana penderitaan seorang  akibat perbuatannya dan bagaimana rasanya disepelekan masyarakat. Mereka yang suka mempersulit kehidupan orang lain harus segera sadar. Dalam buku "Masnawi Buku Kesatu, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001 disampaikan......... Ada hukum Alam yang bekerja dengan rapi sekali. Yang mencela akan dicela.Yang menghujat akan dihujat. Yang menindas akan tertindas. Yang menzalimi akan dizalimi. Inilah Hukum Sebab Akibat. Dalam Fisika dikenal dengan sebutan Hukum Aksi-Reaksi. Setiap Aksi akan menimbulkan reaksi. Dan Anda tidak dapat menghindarinya. Karena itu, mereka yang sedang berbuat baik sesungguhnya tidak perlu mengharap imbalan. Tidak perlu membuang energi memikirkan hasil. Imbalan akan datang sendiri. Hasil akan terlihat sendiri.......... Resi Vasishta memang bijaksana dan tidak mempunyai keterikatan terhadap keluarga. Resi Vasistha, tidak marah putra-putranya dikutuk, karena berpendapat sebuah kutukan hanya dapat terjadi karena adanya keselarasan dengan hukum sebab akibat. Kesalahan masa lalu bisa saja memberikan akibat pada saat ini. Putra-putra kandungnya adalah para putranya pada kehidupan saat ini. Sudah ribuan putra dalam ribuan kehidupan dimiliki dalam kehidupan sebelumnya. Putra sejatinya adalah para muridnya, yang ingin meningkatkan kesadaran melalui dirinya sebagai seorang Guru. Resi Vasistha paham masalah hakim-menghakimi adalah urusan pikiran. Dalam buku "Mawar Mistik, Ulasan Injil Maria Magdalena", Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007 disampaikan......... Jiwa tidak pernah menghakimi. Hakim-menghakimi adalah urusan pikiran. Pikiran tidak mengenal Jiwa, karena Kebenaran Jiwa melampaui keterbatasan pikiran. Yang mengenal Jiwa adalah Jiwa sendiri - ialah "aku" di dalam diri kita. Ialah Sang Aku Abadi........ Indra yang takut pada kesaktian Wismamitra yang semakin keras bertapa, mengutus bidadari Menaka, untuk menggoda. Kausika tergoda dan hidup bersama Menaka selama 5 tahun dan lahirlah Dewi Shakuntala yang nantinya menjadi ibu dari Bharata, nenek moyang Pandawa dan Hastina.  Walaupun sudah lama bertapa, potensi bawah sadar dari hasrat yang terpendam masih muncul juga dalam keadaan tertentu. Kenikmatan inderawi selalu minta pengulangan. Dan sesuatu yang dilakukan berulang-ulang menjadi kebiasaan, kecanduan bahkan dapat mengubah karakter. Itulah sebabnya dikatakan bahwa setelah kesalahan dilakukan berulang-ulang, perasan bersalah sudah lenyap, kita sudah dikendalikan oleh kebiasaan. Problemnya adalah bahwa kebiasaan yang sudah mendarah daging, akan menjadi bagian dari pikiran bawah sadar yang sangat sulit dilepaskan. Dosa adalah perbuatan yang tidak selaras dengan alam, tetapi taubat, metanoia, kembali ke jalan benar, kembali ke keselarasan alam terasa sangat sulit karena melawan belenggu pikiran bawah sadar. Lebih mudah menghindari suatu tindakan daripada melakukan tindakan berkali-kali dan kemudian berupaya melepaskan diri. Ada dua cara untuk menghabiskan obsesi. Pertama nikmati sampai jenuh sehingga hal yang menjadi obsesi  sudah tidak menarik lagi. Kedua dengan menyadari bahwa obsesi tersebut tak ada batasnya, begitu tercapai akan muncul obsesi lebih besar, sedangkan bila tidak tercapai akan kecewa.. Sebetulnya dengan datangnya Bidadari Menaka, Keberadaan mengajari kelembutan terhadap Kausika. Dalam buku "Masnawi Buku Kesatu, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001 disampaikan......... Wanita tidak lemah, tetapi lembut. Seperti kelembutan bunga. Bagaimana anda menangani sekuntum bunga? Dengan cara yang sama pula anda harus menangaani seorang wanita. Sesungguhnya, dia memberi Anda kesempatan untuk menjadi "lebih" lembut. Hubungan Anda dengan seorang wanita, entah dia pasangan anda, ibu Anda, saudara Anda, kekasih Anda atau siapapun dia, merupakan Rahmat Allah. Lewat hubungan itu, Allah sedang "melembutkan" jiwa Anda. Lewat hubungan dengan wanita-wanita disekitar Anda, Allah sedang mengguyuri jiwa Anda, menyirami jiwa Anda dengan Air Kasih. Dengan kelembutan kasih. Allah sedang mengangkat derajat Anda. Allah sedang meningkatkan kesadaran Anda............ Setelah mendapatkan pelajaran kelembutan, Kausika kembali meneruskan bertapa selama 1.000 tahun. Takut tersaingi Kausika, Indra kembali mengutus bidadari Rambha untuk menggoda, tetapi kali ini Kausika tidak tergoda, bahkan mengutuk Rambha untuk hidup sebagai manusia selama 1.000 tahun di dunia. Dengan perenungan selama 1.000 tahun, Kausika sudah tidak tergoda oleh bidadari lagi. Akan tetapi, tiba-tiba kesadaran Kausika muncul, bahwa dia telah menguasai ilmu yoga, tetapi belum bisa mengendalikan diri dan masih sering mengutuk. Padahal dia sudah belajar kelembutan dari Menaka sebelumnya. Potensi kekerasan masih ada dalam dirinya. Selanjutnya Kausika segera meneruskan tapanya dengan membisu. Tak mau bicara dengan siapa pun. Bukan hanya diam agar tidak menyakiti orang lain, Kausika pun diam agar tidak ada keangkuhan dalam dirinya untuk memperlihatkan kelebihannya. Dalam buku "Masnawi Buku Kesatu, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001 disampaikan......... Ucapan ibarat napas yang dihembuskan di depan cermin. Sebersih-bersihnya cermin itu untuk sesaat akan berkabut, sehingga wajah kita tidak akan terlihat jelas......... Lalu, jika Anda sudah mendengarkan suara hati nurani dan sudah tidak mengabaikannya lagi, jangan berisik. Jangan pamer. Jangan cepat-cepat menganggap diri anda hebat. Belajarlah untuk menyimpan rahasia. Diam-diam saja. Karena, setiap kata,setiap ucapan akan menciptakan "kabut keangkuhan". Dan "cermin kesadaran" pun akan berkabut kembali. Anda tidak akan bisa melihat wajah anda yang sebenarnya, yang hakiki. Anda tidak akan bisa menemukan jati diri. Hindari kata-kata. Hindari banyak bicara. Seorang penyelam meditasi tahu persis apa yang dimaksudkan oleh sang maulana. Dia menyadari bahaya yang disebabkan oleh "banyak bicara"......... Demikian beberapa kutipan pandangan Bapak Anand Krishna untuk memberdayakan diri masyarakat. Sayang pandangan tersebut kadang disalahpahami oleh mereka yang tidak senang, sehingga mereka berupaya untuk mendiskreditkan namanya. Silakan lihat...... http://www.freeanandkrishna.com/in/ Para dewa menghormati semangat tak kenal lelah Kausika dan memberinya gelar Brahmarishi kepadanya. Akan tetapi hal tersebut belum memuaskannya, dia hanya mau menyudahi tapanya bila Resi Vasistha mengakui dirinya adalah seorang resi. Dalam buku "Masnawi Buku Kesatu, Bersama Jalaludin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai", Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001 disampaikan......... Bila seorang murshid menerima Anda sebagai murid, itu bukan karena keahlian atau pun kebolehan Anda, tetapi semata-mata karena belas kasihnya terhadap Anda. Yang dia perhatikan adalah "muraad" simurid. Murid berarti "ia yang memiliki muraad". Dan "muraad" berarti "keinginan". Keinginan untuk apa? Untuk bergabung dengan "sang raja rimba". Untuk bersatu dan menyatu dengan murshid, karena sang murshid sesungguhnya sudah bersatu, sudah menyatu dengan Keberadaan........ Dengan sabar Resi Vasistha mendatangi Kausika dan mengakui Kausika sebagai resi yang bergelar Resi Wiswamitra, Sahabat Universal, Sahabat Alam Semesta. Resi Vasistha berkata, "Saat ini sudah kutunggu lama, akhirnya Resi Wiswamitra menjadi mitraku sebagai Guru Sri Rama. Semoga kita diberkahi Sri Rama, Dia Yang Berada di Mana-Mana." Demikian perjalanan hidup seorang raja yang tak kenal lelah berupaya meningkatkan kesadaran, yang akhirnya menjadi Brahmarishi dan guru dari seorang avatara. Resi Wiswamitra sejak zaman dulu sudah menjadi Guru dari dinasti Surya, sejak Raja Trisanku, Hariscandra putra Trisanku, Rohita putra Harischandra dan setelah beberapa generasi akhirnya menjadi guru Sri Rama, sang avatara. Dan setelah perkawinan Sri Rama dengan Dewi Sinta, tugasnya selesai dan dia pergi ke pegunungan Himalaya........ Situs artikel terkait http://www.oneearthmedia.net/ind/ http://triwidodo.wordpress.com http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo http://www.kompasiana.com/triwidodo http://twitter.com/#!/triwidodo3 Juli 2011 Numpang Promo: Manusia tidak berubah, tetapi cara kita memahami kejiwaannya berubah. Psikologi konvensional Freudian yang banyak dipakai para motivator kontemporer dari Covey hingga Hicks ternyata tidak membantu memperindah dunia ini. Para ilmuwan modern seperti Ken Wilber mulai menegok ke belakang dan mempelajari kembali pandangan-pandangan Wiliam James dan Aurobindo, maka ilmu psikologi pun memasuki level baru, yaitu Transpersonal Psikologi yang sekarang sudah diakui oleh Inggris maupun AS. Berarti selama 100 tahun lebih kita menyalahpahami jiwa manusia. Dengan hasil yang sangat berbahaya, yaitu solusi-solusi kita pun salah. Dalam waktu dekat kita akan memulai program online baru, yang bahkan akan memasuki level transpersonal yang lebih advance, yaitu "Spiritual Transpersonal Psychology". Setelah program online di Svarnadvipa Institute of Integral Studies ( http://svarnadvipa.org ) yang dimulai Februari 2011, kini One Earth Integral Education Foundation  akan memulai program e-learning. Program online baru "Online Spiritual Transpersonal Psychology". Akan dimulai paling lambat tgl 1 September 2011. Program dan pembahasan bilingual. Ada 12 materi biweekly/dua mingguan. Kualifikasi minimal S1. Usia tidak terbatas. Siapa saja boleh ikut. Biaya untuk program 12 lesson Rp 720,000. Pendaftaran terakhir tgl 15 Agustus 2011. Mereka yang mendaftar sebelum tanggal 7 Agustusi dan sudah melunasi, mendapatkan early bird discount dan hanya membayar Rp 540,000. Contact Person: Triwidodo, HP; 081326127289 email tdjokorahardjo@yahoo.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline