Lihat ke Halaman Asli

Ziarah ke Makam Nabi, Perkawinan Bagian 5: Perjalanan dari Aku menjadi Kita, dari Pasangan Hidup Menjadi Sahabat dalam Tugas Suci

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1412318618633351072

Foto bersama istri di New York

Bagian 5: Perjalanan Panjang Sebuah Kehidupan

Di antara dua ratus juta penduduk Indonesia, kenapa Anda harus membaca buku ini (Otobiografi Paramhansa Yogananda-penulis)? Renungkan! Mungkin buku ini merupakan buku pertama tentang yoga, yang sedang Anda baca. Alam yang menentukan segala-galanya dan Tuhan Yang Menggerakkan Alam Semesta. Kenapa Anda tertarik untuk untuk membeli buku ini? Atau seorang sahabat menghadiahkan buku ini, kenapa? Kenapa harus buku ini, bukan yang lain? Tanpa Anda ketahui, mekanisme alam sedang bekerja. Tiba sudah waktunya bagi Anda untuk mempelajari sesuatu yang baru. Mungkin Anda dilahirkan dalam keluarga yang sangat ortodoks terhadap salah satu kepercayaan, di mana baru membicarakan konsep-konsep lain saja sudah dianggap tabu. Lantas, kenapa Anda tertarik dengan buku ini? Alam yang menentukan segala-galanya. Alam yang menentukan bahwa tiba sudah waktunya bagi Anda untuk mempelajari sesuatu yang baru. Selesai sudah pendidikan dasar. Lanjutkan pelajaran Anda, masih banyak yang harus diraih. Perjalanan masih panjang, jangan berhenti!(Krishna, Anand. (2002). Otobiografi Paramhansa Yogananda, Meniti Kehidupan bersama para Yogi, Fakir dan Mistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Dari tahun 1991 sampai tahun 1997, adalah kehidupan karir bagi saya di Proyek Irigasi Teluk Lada yang berkembang menjadi Proyek Pengembangan Wilayah Sungai Ciujung-Ciliman. Beberapa proyek yang tersendat di wilayah Banten Selatan tersebut sudah menjadi lancar.

Ada sebuah perjalanan ke luar negeri, diantaranya mempelajari pengelolaan wilayah sungai di USA mulai dari Pantai Barat sampai Pantai Timur bersama para Pejabat Ditjen Pengelolaan Sumber Daya Air. Pengelolaan yang sangat bagus di USA, rata-rata sebuah wilayah sungai dikelola dari kantor dengan hanya sekitar puluhan petugas yang profesional dengan memakai komputer. Menjelang perjalanan selesai, istri kami bersama ibu-ibu lainnya bergabung di Washington. Kami sempat mengunjungi Arlington National Cemetery tempat Presiden John F Kennedy dimakamkan. Ini adalah Presiden Amerka yang dekat dengan Presiden Soekarno.

Pada waktu pulang ke Indonesia, kami dan teman-teman sempat mampir ke Jepang. Dan ada satu hari saya dan istri ikut oneday tour mengunjungi salah satu Temple di Jepang, kalau tidak salah di Asakusa. Saya dan istri sempat membakar dupa di sana. Beberapa tahun kemudian Budi anak kami saat ikut program AFS, pertukaran pelajar ke Jepang juga mampir ke Temple tersebut.

Saya teringat pada waktu saya tugas belajar di Canada, istri saya pulang dari Winnipeg dan saya ikut mengantar sampai di Vancouver. Dengan uang pas-pasan, maka saya tidur di airport Vancouver sampai pagi harinya pulang ke Winnipeg. Istri kami tidak pandai bahasa Inggris, kalau makan bersama di tempat kost saya di Keluarga Warbansky, istri saya hanya bisa bilang delicious dan Mrs. Warbansky yang sudah tua sangat senang. Kami sering membantu membersihkan halaman rumah dan sering diajak makan bersama. Saya dan istri tinggal di basement rumahnya. Saya ingat sewaktu saya di Winnipeg, saya pernah membayangkan bersama dengan istri bersama naik bis di kota Winnipeg. Dan hal tersebut terjadi, bahkan saya dan istri kemudian ikut perjalanan naik kapal sepanjang Red River mampir ke tempat-tempat bersejarah.

Istri kami naik Cathay Pacific Airlines dan harus menginap di Hong Kong. Bagaimana bila tersesat di Bandara Kaitak yang besar dan tidak bertemu penjemput dari hotel ? Cukup nekat! Istri pulang sendiri, tanpa bisa bahasa Inggris, saya tidak bisa amembayangkan. Bagaimana bila salah masuk gate pesawat?

Di kemudian hari, Istri saya menyuruh anak-anak belajar bahasa Inggris, tapi bilang bahwa dengan keyakinan pun kita bisa bepergian ke luar negeri. Tuhan akan menyediakan pendamping, dan pendamping dia adalah saya yang bisa berbahasa inggris walau tidak lancar-lancar amat.

14123186801237772798

Cover Buku Otobiografi Paramhansa

Jalan dan Jalan Terus

Di Pandeglang, Banten kehidupan kami berjalan normal, dan karena sering melakukan pengarahan di depan staf, maka saya mengumpulkan sambutan-sambutan saya, dan dijadikan satu bendel. Untuk membuat sambutan yang baik, saya membaca banyak buku tentang psikologi dan hubungan manusia.

Selama di Pandeglang, hampir setiap bulan kami sekeluarga ke Bandung, karena saya mengikuti pengarahan di Kanwil/Dinas PSDA Jabar. Pada hari Saptu kami sekeluarga juga sering menginap di rumah kami di Jakarta.

Kalau dipikir-pikir memang kami sekeluarga sering bepergian. Sewaktu di Sigli, sering bepergian jalan darat ke Banda Aceh. Kala di Bireuen sering bepergian jalan daratke Banda Aceh dan Medan. Di Pandeglang, sering bepergian jalan darat ke Bandung dan Jakarta. Dan setiap lebaran kami sekeluarga melakukan jalan darat ke Solo.

Saat kerja di Semarang perjalanan Semarang Solo adalah rutin, selain ke seluruh proyek irigasi di Jawa Tengah.

Bahkan setelah pensiun dan menetap di Solo pun perjalanaan rutin Solo-Jogja dan Solo-Semarang pun selalu dilakukan. Bedanya dulu memakai pengemudi dari Dinas dan kini menyetir sendiri dengan co-driver istri saya. Kalau sudah mengantuk saya menepi di SPBU dan setelah sepuluh menit sudah segar kembali.

Benar juga bayangan saya dulu bahwa istri adalah sahabat dalam menjalani sisa hidup. Bioritmik saya dan istri lain, istri bangun jam 6 pagi, menyirami kebun dan membersihkan rumah, sedangkan saya bangun jam 3 pagi berdoa, terus mencuci dan menyeterika pakaian. Kami bersama kala makan, ritual berdoa bersama pagi dan sore, dan bepergian. Bepergian ke Jogja ke Anand Krishna Center Joglosemar termasuk kegiatan rutin, dan bepergian ke Semarang menengok Anak Bungsu yang masih kuliah merupakan kegiatan periodik.

Bekerja di Banten memang perlu mental yang kuat. Ada seorang pemimpin proyek di proyek induk kami yang meninggal dikatakan kena santet. Saya terpaksa dengan beberapa teman mencari “orang pintar” untuk datang ke rumahnya. Saya melihat sesuatu yang meloncat beberapa kali dan menurut orang pintar tersebut sebuah kain putih yang dijahit dengan isi benda-benda tertentu. Di rumah saya juga dipasang botol madu yang digantungkan di empat sudut rumah dan beberapa kali botol tersebut meledak.

Karena tujuan saya proyek lancar, saya beberapa kali minta pertolongan seseorang di Solo agar proyek lancar dan tidak ada hambatan.

Karena kelancaran proyek, rupanya beberapa teman datang ke Aki yangberusia ratusan tahun di Pandeglang menanyakan Pak Tri dan Bu Tri itu bagaimana? Apakah punya “lambaran”? Kata teman saya Aki berkata, mereka orang baik yang kurang hanya shalatnya. Dan saya tertawa......

Ziarah Ke Mekah dan Madinah

“Asy Syu’araa berulang-ulang mengingatkan supaya kita meniru para rasul, para nabi, dan tidak mengharapkan ‘upah’ dari manusia (antara lain seperti dalam ayat 180). Sesungguhnya inilah yang membedakan kita dari para rasul dan khalifatullah. Kita mengharapkan imbalan dari dunia, dan harapan itu membuat kita menjadi ‘warga dunia’. Kita menjadi budak dunia. Sementara para rasul dan khalifatullah tetap mempertahankan kewarganegaraan mereka. Mereka tetap menjadi warga surga yang sedang berkunjung ke dunia. Mereka mempertahankan status mereka sebagai ‘tamu’.”

Asy-Syu’araa ayat 180: dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” Diambil dari Materi Neo Interfaith Studies pada program online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/)

Pada tahun 1996, saya dan istri sempat melakukan perjalanan haji di Mekkah. Saya ingat ada seorang pria setengah baya yang memanggil saya di MesjidMadinah dan mengajak saya ke belakang. Saya diminta menutup mata dan merasakan apa yang terjadi. Pada saat itu air mata saya bercucuran. Dia mengatakan bahwa di depan sana adalah makam Nabi Muhammad SAW. Pria tersebut mengatakan tidak perlu kita berdesak-desakan di belakang Masjid melihat makam nabi, cukup menenangkan diri belasan meter di depan mimbar saja. Pria tersebut memberikan kartu nama, tapi sepulang haji saya sudah lupa menaruhnya di mana.

Pada waktu mengitari Kabah saya dan istri ikut rombongan yang dipimpin oleh seorang pemandu. Pernah pada saat shalat dhuhur saya dan istri sengaja duduk paling depan agar setelah shalat bisa mencium batu Hajar Aswad. Saya sudah sempat memegang batu tersebut saat istri saya berteriak bahwa dia terpepet oleh orang banyak dan saya mendekati istri menyelamatkan diri. Beberapa saat kemudian saya mendengar ada beberapa orang yang sengaja membayar orang-orang yang kuat untuk membuka jalan, mendampingi mereka mencium Hajar Aswad. Tindakan yang dapat membahayakan nyawa orang lain demi keinginan pribadi.

Sepuluh tahun kemudian setelah belajar Materi “Neo Interfaith Studies” pada program online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/) saya baru paham apa arti ibadah atau ritual hajj? Hajj adalah peringatan, untuk mengingatkan kita bahwa fitrah kita bukanlah sebagai warga dunia, tetapi sebagai duta Allah yang sedang berkunjung di dunia atas perintah-Nya. Jika kita tidak menyadari hal itu, maka kita menjadi warga dunia yang sedang berkunjung ke bait Allah sebagai tamu-Nya. Apakah Allah membedakan antara warga atau tamu? Bukankah kita semua adalah ciptaan-Nya? Ya betul. Dia tidak membedakan. Kita sendiri yang menentukan kedudukan kita. Kita sendiri yang memilih, dan menempatkan diri sebagai pengunjung/tamu di dunia atau sebagai warga tetap.

Berikutnya dijelaskan adab atau disiplin seorang tamu di dunia;

1. Penilaian yang benar,

2. Tidak merampas hak manusia,

3. Tidak merusak dunia, dan

4. Selalu bertaqwa pada Gusti Allah (ayat 182/4).

Inilah adab seorang tamu di dunia. Pilihan sepenuhnya di tangan kita. Sesungguhnya seperti mursyid mengatakan "Allah Maalik hai" - Gusti Allah Maha Memiliki. Mau jadi warga dunia atau tamu di dunia, kita semua tetaplah milikNya. Adalah demi kebaikan kita sendiri bahwa pilihan itu di-"cipta"-kan supaya kita bisa "bermain" dengan cantik. Marilah kita mencontohi permainan cantik para pecinta-Nya dengan mempertahankan kewarganegaraan surga kita yang sedang berkunjung ke dunia sebagai tamu. Sehingga hajj kita bukanlah sebagai tamu Allah, tetapi sebagai hamba Allah.

Setelah masuk komunitas Anand Ashram, saya baru tahu sadar bahwa untuk kuliah saja (misalnya kedokteran) kita berani mengeluarkan biaya yang sangat besar, akan tetapi untuk keselamatan dunia dan kebahagiaan abadi kita berat hati untuk mengeluarkan biaya. Saya tahu untuk latihan meditasi atau program spiritual tertentu seperti Reiki di luar negeri sangat-sangat mahal. Mereka yang berani mengorbankan biaya untuk memperoleh sesuatu, berbeda hasilnya dengan mereka yang ingin memperoleh sesuatu dengan gratis. Beberapa teman mengambil e-learning dengan subject Neo Interfaith Studies pada program online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/) . Mereka bisa langsung diskusi dengan saya dan Pak Marhento dan teman-teman yang lain lebih bebas, dan bisa mendalami interfaith studies dengan lebih baik. Biayanya juga tidak mahal-mahal amat. Menurut kami ini adalah subjek yang perlu dipahami demi perkembangan bangsa dan perkembangan diri ke depan. Ternyata ada benang-benang merah persamaan dari berbagai faith. Bahkan Faith-faith yang nampaknya berbeda-beda tersebut hakikatnya satu jua.

Blog terkait:

http://triwidodo.wordpress.com/

http://kisahspiritualtaklekangzaman.wordpress.com/

http://www.oneearthmedia.net/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline