Peternakan babi bisa dikatakan sebagai pengembangan usaha mikro untuk meningkatkan ekonomi. Pada umumnya penduduk di lingkungan tempat tinggal saya Jln patang 2 Kelurahan tomarundung Kecamatan wara barat kota palopo provinsi Sulawesi-selatan. Pada umumnya mereka mayoritas non muslim, usaha satu-satunya yang mereka pertahankan yaitu peternakan babi dengan luas 30 m2 sekalipun minim.
Seperti pada umumnya yang mereka keluhkan untuk meningkatkan usahanya dikarenakan keterbatasan biaya, mereka pada umumnya bisa memelihara babi antara 2-10 ekor, karna harga perekornya anak babi = Rp 650.000. setelah mereka pelihara 7-8 bulan barulah mereka bisa menjual dengan harga Rp 2.500.000, masih dikurangi biaya faksin babi = 1 ekor babi / 3 bulan = Rp 10.000, apabila diperlukan kebiri ada biaya tambahan sebesar = Rp 30.000 / ekor babi, dan perbaikan kandang = Rp 200.000 / bulan, sewa tanah = Rp 500.000 / tahun.
Biaya pakan dedak = Rp 300.000 / bulan itu pun masih dicarikan tambahan sayuran di pasar yang tidak layak untuk di konsumsi dan juga dirawa-rawa mencari kangkung yang sangat jauh dari tempat tinggal itu pun juga perlu biaya transportasi. Apa bila banjir mereka sangat sulit mendapatkan bahan pakan, karna bahan pakan didapat dari sisa makanan dari rumah ke rumah untuk menambah cukup si ternak babi.
Mereka beternak sudah 15 tahun sampai saat ini, menurut mereka belum pernah ada bantuan dari pemerintah berupa yang berkaitan dengan peternakan babi.
Seperti yang diketahui dikalangan umum bahwa peternakan babi itu limbahnya sangat mengganggu lingkungan dan udara. " pewawancara, mengatakan : bagaimana dengan limbah peternakan babi dan pencemaran udara apakah ibu juga merasakan nyaman". pemilik peternakan babi menjawab : mengatakan sangat lah tidak nyaman sekalipun saya sudah membersihkan kandang babi pagi dan sore dalam sehari." pemilik peternakan babi berharap kepada pemerintah, begitu pun juga dengan limbah yang sangat mengganggu karna "si pemilik peternakan babi mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan solusi terkait masalah limbah babi dan pencemaran udara, tetapi sampai saat ini belum ada solusinya.
Menurut pemilik peternakan babi ada himbauan dari pemerintah untuk memindahkan ternak babi di lokasi yang sudah disediakan pemerintah, tetapi si pemilik ternak babi mengatakan bahwa sulit untuk mengikuti arahan dari pemerintah karna sangat merugikan waktu, tenaga, dan biaya transportasi. Apabila mereka harus berhenti beternak babi maka mereka akan kehilangan mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya. Karna dengan beternak babi mereka bisa mencukupi kebutuhan seperti menopang kehidupan sehari-hari, pendidikan anak sekolah, dan juga untuk keperluan pesta kematian.
Saya sebagai penulis artikel saya sangat berharap ada kebijakan dari pemerintah demi kesejahteraan ekonomi bagi peternak babi, untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat dari limbah babi, kiranya pemerintah bisa membantu pembuatan pengelolahan limbah kotoran (septiteng), atau reactor pembuatan biogas untuk mengelolah limbah kotoran babi. Dan untuk meningkatkan ekonomi para peternak babi kiranya dapat dibantu permodalan untuk meringankan kesulitan bagi para peternak babi.
PENULIS ARTIKEL : TRI WIDIYANTI
MAHASISWA : IAIN PALOPO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H