Lihat ke Halaman Asli

Triwibowo Probo Sukarno

Konselor Sekolah

Kepercayaan, Mistis, dan Danau Tiga Warna Kelimutu

Diperbarui: 25 Mei 2019   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta BPAP NTT yang berasal dari Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur (dokumen penulis)


Dunia telah mengakui Indonesia bagian timur merupakan surga bagi para pecinta wisata alam. Umumnya keindahan alam tersebut hidup secara berdampingan dengan adat masyarakat di sekitarnya. 

Itulah yang membuat wisatawan baik lokal maupun mancanegara berbondong-bondong mengunjungi daerah wisata di Indonesia bagian timur. Itu pula yang membuat obyek wisata tersebut melejit namanya di kancah internasional.

Bagi anda yang masa kecil atau muda dulu pernah memiliki dan mengamati uang kertas Rp 5000,- tentunya anda masih ingat gambar apa yang tertera di lembaran tersebut? Ya, danau Kelimutu atau yang tersohor dengan nama danau tiga warna. 

Sebuah danau istimewa di puncak gunung Kelimutu yang sarat nilai-nilai mistis masyarakat suku Lio yang mendiami daerah tersebut. November yang lalu saya berkesempatan mengunjungi danau yang memiliki banyak keunikan yang secara akal pikiran sulit dipercaya.

Great Land of Flores

Taman Nasional Bumi Kelimutu terletak di kecamatan Kelimutu, Ende, tepatnya di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. NTT yang akhir-akhir ini menggalakkan slogan barunya, "New Tourism Theritory", berupaya meningkatkan jumlah wisatawan, baik asing maupun mancanegara melalui peningkatan kualitas obyek wisata. Kabupaten Ende merupakan Central of Flores, karena terletak di tengah-tengah pulau Flores.

Berbicara mengenai Ende, tentunya kita tidak lepas dari sejarah masa kolonial. Ya, Ende merupakan lokasi pengasingan sang Proklamator, Soekarno, oleh Belanda pada tahun 1929-1933. Rumah pengasingan Bung Karno saat ini menjadi salah satu situs yang dilindungi, serta dijadikan obyek wisata sejarah. Selain itu, terdapat gereja Cristo Regi yang berusia lebih dari seratus tahun. 

Bung Karno telah melakukan banyak diskusi dengan para missionaris pada zaman tersebut, terutama berkaitan dengan kerukunan antarumat beragama di tanah Ende. Untuk mengenang keberadaan sang Proklamator, pemerintah daerah mendirikan Taman Renung yang terletak di tengah kota. 

Di dalam taman renung tersebut terdapat sebuah pohon sukun besar, yang merupakan tempat Bung Karno duduk sambil merenungkan masa depan bangsa Indonesia. Di samping pohon sukun tersebut, dibangun sebuah patung besar berwujud Bung Karno sedang duduk menatap ke arah laut sehingga menambah nuansa khusu bagi pengunjung yang sedang mengenang Proklamator.

Kiri Tebing, Kanan pun Jurang

Perjalanan saya menuju puncak kelimutu masih dalam rangkaian kegiatan Bakti Pemuda Antar Provinsi (BPAP) di desa Nuamuri, NTT, tepatnya pada tanggal 17 November 2014. Bersama 20 peserta BPAP dan personil Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ende, kami berangkat mengendarai bus mini. Sebagai obyek wisata yang sudah mendunia, wisatawan akan merasa mudah untuk menjangkau danau tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline